Komitmen Biden untuk mengurangi emisi bahan bakar fosil AS hingga 52 persen pada 2030 akan dinyatakan dalam KTT iklim virtual untuk 40 pemimpin dunia pada Kamis ini, menandai kembalinya AS ke upaya iklim global, setelah empat tahun penarikan di bawah Presiden Donald Trump.
Jepang, pengguna berat batu bara, mengumumkan target baru pengurangan emisi 46 persen pada Kamis menjelang pembukaan KTT, ketika AS dan sekutunya berusaha menciptakan 'sebuah momentum'.
Baca Juga: Sejarah 22 April, Perjanjian Saragosa Ditandatangani Memisahkan Wilayah Jajahan Portugal dan Spanyol
Adapun janji pemerintahan Biden sejauh ini akan membutuhkan upaya iklim AS yang paling ambisius, yang pernah dilakukan: hampir menggandakan pengurangan yang telah dilakukan oleh pemerintahan Presiden Barrack Obama dalam kesepakatan iklim Paris 2015.
Urgensi baru pun datang ketika para ilmuwan menyatakan bahwa perubahan iklim disebabkan oleh pembangkit batu bara, mesin mobil, dan penggunaan bahan bakar fosil lainnya.
Pernyataan ini pun ditambah bahwa perubahan iklim telah memperburuk kekeringan, banjir, angin topan, kebakaran hutan dan bencana lainnya, serta manusia dinyatakan telah kehabisan waktu untuk mencegah bencana yang paling ekstrim: pemanasan global!
"Amerika Serikat tidak menunggu. Biaya penundaan terlalu besar, dan negara kami bertekad untuk bertindak sekarang," demikian pernyataan pemerintahan Biden. “Perubahan iklim merupakan ancaman eksistensial. Tetapi menanggapi ancaman ini, kami menawarkan kesempatan untuk gaji yang baik, pekerjaan serikat pekerja, memperkuat komunitas kerja Amerika, melindungi kesehatan publik, dan memajukan keadilan lingkungan.”
Langkah Rumit Biden
Tetapi, pejabat pemerintahan Biden ketika memberi pengarahan kepada wartawan sebelum pengumuman Biden tersebut, tidak menyebutkan secara langsung bagaimana langkah-langkah politis rumit ini bisa menghentikan AS menyapih dari minyak, gas alam, dan batu bara.
Para pejabat hanya menekankan tentang peran teknologi, termasuk penangkapan karbon dan tenaga hidrogen, yang notabene belum dikembangkan, dengan harga terjangkau.