India, penghasil asap bahan bakar fosil terbesar ketiga di dunia, menekan AS dan negara-negara kaya lainnya untuk menghasilkan miliaran dolar AS yang telah mereka janjikan, untuk membantu negara-negara miskin membangun alternatif untuk pembangkit listrik tenaga batu bara, dan jaringan listrik penghisap energi.
Toh dana itu tak pernah terlihat.
Menteri Lingkungan India, Prakash Javadekar menyatakan janji itu pada awal April 2021, setelah kunjungan utusan Biden, John Kerry.
Presiden Rusia Vladimir Putin, yang negaranya menurut beberapa penilaian adalah pencemar iklim terburuk keempat di dunia, juga menerima undangan AS, tetapi Putin masih marah, karena Biden menyebutnya 'pembunuh'. Ini sebagai bagian dari ketegangan tinggi atas agresivitas Rusia di luar negeri, dan sanksi AS.
Di dalam negeri AS, perpecahan politik yang diekspos oleh kepresidenan Trump, telah membuat AS lebih lemah daripada Kesepakatan Perjanjian Iklim di Paris 2015.
Pun tidak dapat dijamin bahwa Presiden AS yang berbeda pada 2024 tidak akan membatalkan upaya iklim Biden.
Pemerintahan Biden berpendapat, kekuatan pasar akan segera membuat bahan bakar yang lebih bersihm sehingga efisiensi energi menjadi sangat murah, bersih dari emisi, dan ramah lingkungan.***
Sumber: Associated Press