Beberapa pengamat asing juga mempertanyakan bagaimana seorang kepala negara bisa terbunuh, sambil menyatakan bahwa kematian itu meragukan. Ini karena Deby dilindungi pasukan pengawal.
Militer Chad hanya mengakui lima kematian dalam pertempuran akhir pekan, yang dinyatakan telah menewaskan 300 pemberontak.
“Kami masih belum memiliki keseluruhan cerita,” tegas Laith Alkhouri, penasihat intelijen global kepada The Associated Press. "Ini menimbulkan kekhawatiran tentang penilaian pasukan keamanan atas bentrokan tersebut dan intelijen mereka mengenai parahnya situasi."
Analis lain menunjuk pada sejarah panjang Deby yang mengunjungi medan perang sebagai mantan panglima militer sendiri.
Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa ini adalah kudeta yang dilakukan oleh pasukannya.
"Siapa pun yang mengikuti Deby tahu bahwa dia biasa berkata 'untuk memimpin pasukan Anda harus mencium bau mesiu,' "cuit Cameron Hudson dari Pusat Afrika Dewan Atlantik.
Deby adalah sekutu utama Prancis dalam perang melawan ekstremisme Islam di Afrika, menjadi tuan rumah pangkalan untuk Operasi Barkhane militer Prancis, dan memasok pasukan penting untuk upaya penjaga perdamaian di Mali utara.
Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly menyampaikan belasungkawa kepada rakyat Chad, dalam konferensi pers dengan mitranya dari Jerman di Paris.
"Yang terpenting bagi kami sekarang, adalah bahwa proses transisi demokrasi dapat dilaksanakan, dan stabilitas Chad dipertahankan," katanya.
“Selebihnya," tambahnya, "otoritas Prancis membutuhkan“ sedikit lebih banyak waktu untuk menganalisis situasi."