Dikutip Kalbar-Terkini .com dari The Irrawaddy, Rabu, 7 April 2021, Brigade 5 KNU telah merebut dua pos militer di Distrik Papun di Negara Bagian Karen. Mereka juga memblokir pengiriman makanan ke pasukan militer yang berbasis di Papun.
Hal ini telah mendorong militer Myanmar untuk melakukan serangan udara yang menewaskan beberapa orang, dan memaksa ribuan orang mengungsi dari rumah mereka.
Selain aksi militer, KNU sedang bernegosiasi dengan Komite yang mewakili Pyidaungsu Hluttaw (Parlemen Nasional) atau CRPH, sebuah badan yang mewakili anggota parlemen Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) terpilih pimpinan Aung San Su Kyii yang dikudeta. Mereka akan membahas pembentukan serikat federal.
Juru bicara KNU Brigade 5 Padoh Mahn Mahn kepada koran The Irrawaddy pun memberitahjukan situasi terakhir di Papun, dan pembicaraan KNU dengan CRPH.
Bagaimana pertempuran antara militer Myanmar dan Brigade 5 KNU? Apakah ada pemboman lebih lanjut?
Ada pengeboman dari 27 hingga 31 Maret 2021. Belum ada pengeboman sejak 1 April 2021 ini. Tapi belum aman, dan masih ada pengintaian. Kami melihat adanya pengumuman gencatan senjata sepihak oleh dewan militer. Mereka berhenti menyerang, mungkin karena gencatan senjata, mungkin juga mereka sedang membuat persiapan, dengan alasan gencatan senjata.
Bagaimana cara mengatasi pengungsi?
Penduduk desa tidak berani pulang. Beberapa dari mereka melarikan diri ke perbatasan Thailand, tetapi mayoritas bersembunyi di gua dan hutan, untuk menghindari pemboman lebih lanjut. Beberapa berada di hutan Thailand, dan sedang berjuang untuk mencari makanan dan tempat berteduh.
Awalnya, kami mendengar bahwa pihak berwenang di Provinsi Mae Hong Son di Thailand bersiap untuk menampung para pengungsi. Bagaimana situasi di lapangan? Pertama-tama, mereka (militer Myanmar) mengatakan bahwa mereka membuat persiapan di berbagai tempat.
Tetapi, ketika orang-orang kami mulai muncul, mereka menolaknya. Tidak ada jaminan orang dapat melarikan diri dengan aman ke Thailand.