Kereta Api di Taiwan Tabrak Truk, 51 Penumpang Tewas Tergencet

- 2 April 2021, 22:43 WIB
KECELAKAN MEMATIKAN - Para penumpang kereta api ini menyelamatkan diri dengan  cara memanjat jendela menuju atap gerbong. Kecelakaan kereta api yang mematikan dalam sejarah Taiwan ini terjadi  pada Jumat, 2 April 2021 siang, menewaskan 51 orang dan 100 lainnya terluka./CNA PHOTO /
KECELAKAN MEMATIKAN - Para penumpang kereta api ini menyelamatkan diri dengan cara memanjat jendela menuju atap gerbong. Kecelakaan kereta api yang mematikan dalam sejarah Taiwan ini terjadi pada Jumat, 2 April 2021 siang, menewaskan 51 orang dan 100 lainnya terluka./CNA PHOTO / /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

HUALIEN COUNTY, KALBAR TERKINI - Peristiwa kecelakaan kereta api paling mematikan dalam sejarah Taiwan terjadi pada Jumat, 2 April 2021 siang. Sebanyak 51 orang tewas dan puluhan lainnya terluka.  Kereta api ini bernama Taroko Nomor 408 atau disebut Taroko Express, salah satu model terbaru Taiwan.  

Di negara pulau ini, kecelakaan serupa pernah terjadi pada Oktober 2018, ketika sebuah kereta ekspres tergelincir saat berbelok di tikungan sempit di pantai timur laut, menewaskan sedikitnya 18 orang, dan melukai hampir 200 orang.

Disusul pada 1991, kecelakaan kereta api menewaskan 30 orang, sebagaimana dikutip Kalbar-Terkini.com dari The Associated Press, Jumat. Dalam peristiwa hari ini, kecelakaan terjadi setelah kereta api menabrak truk kosong yang tergelincir dari bukit. 

Banyak penumpang yang tewas karena terlindas. Beberapa lainnya yang selamat, terpaksa memanjat keluar jendela kemudian berjalan di sepanjang atap kereta menuju tempat yang aman. 

Baca Juga: Tujuh WNI Ditangkap di PNG, Diduga Menambang Emas Ilegal

Baca Juga: Ternyata 'Air Soft Gun', Pistol Lelaki Arogan yang Viral di Medsos

Baca Juga: Direnggut Kanker, Wanita ini Donasikan Duitnya Satu Juta Dolar AS untuk Anak-anak Afrika

Rem darurat truk tidak diaktifkan dengan benar, menurut pusat bantuan bencana pemerintah, sehingga truk tergelincir sekitar 20 meter menuruni lereng bukit. Beberapa menit kemudian, gerbong utama kereta menabraknya. 

Pejabat Administrasi Kereta Api Weng Hui-ping menjelaskan, tabrakan itu terjadi tepat sebelum kereta memasuki terowongan. Kereta yang membawa lebih dari 400 orang tersebut, tergelincir di dekat area Ngarai Taroko pada hari pertama liburan panjang akhir pekan, ketika banyak orang menggunakan kereta  api di Taiwan, termasuk banyak keluarga dengan anak-anak.  

Foto dari tempat kejadian menunjukkan gerbong kereta yang terjepit di dinding terowongan.

“Banyak orang yang terlindas kursi kereta, dan ada orang lain di atas kursi. Jadi, mereka yang di bawah tergencet, sehingga tubuhnya hancur atau pingsan," kata seorang penumpang dengan kain kasa yang ditempel di sikunya  kepada penyiar Taiwan EBC. 

Korban yang tidak menunjukkan wajah atau menyebutkan namanya berkata lagi: "Awalnya mereka (para korban lain) masih merespon saat kami panggil. Tapi saya kira mereka kehilangan kesadaran setelah itu." 

Dinas Kebakaran Nasional mengkonfirmasi,  jumlah korban yang terluka sebanyak 100 orang. Sedangkan  korban tewas, sudah termasuk pengemudi kereta api yang masih muda dan baru menikah, serta seorang asisten pengemudi.

Banyak Mayat belum Ditemukan

Pihak dinas tersebut sebelumnya mengklaim sudah menghitung semua penumpang baik yang tewas maupun cedera. Belakangan, juru bicara dinas ini mengatakan, mungkin lebih banyak mayat yang terperangkap di dalam mobil yang hancur, dan jumlah korban tewas mungkin masih meningkat. 

Juru bicara ini berbicara dengan syarat anonim karena tidak diizinkan untuk memberikan informasi ke media. Weng dari Administrasi Kereta Api menyebut,  kecelakaan itu sebagai bencana rel paling mematikan di Taiwan.

Menurutnya, sebuah truk konstruksi yang pemiliknya adalah kontraktor , meluncur dari lokasi kerja di atas rel. "Tidak ada orang di dalam truk saat itu. Investigasi telah diluncurkan, dan polisi Hualien telah mewawancarai satu orang," katanya. 

Hamparan rel tempat kereta bergaris oranye ini tidak memiliki pagar pelindung. Pita kuning dan merah menandai area kecelakaan.

Tenda-tenda  didirikan, Puluhan penyelamat dan pejabat terlihat berkumpul. 

Seorang pria muda yang diwawancarai oleh media Taiwan di sebuah rumah sakit menyatakan bahwa dia sedang bepergian dengan teman-temannya untuk liburan. "Tapi, saya tidak tahu lagi ke mana mereka sekarang," katanya. 

"Semua orang terbang ke mana-mana," lanjut pria itu, yang hanya menyebut nama belakangnya sebagai Chen,  sambil duduk di kursi roda dengan tangan digips.   

Sebagian besar dari 24 juta penduduk di negara pulau berpegunungan ini, tinggal di dataran datar di sepanjang pantai utara dan barat,  yang merupakan rumah bagi sebagian besar lahan pertanian, kota terbesar, dan industri teknologi tinggi.   

Bagian timur Taiwan yang berpenduduk sedikit, tempat kecelakaan terjadi,  sangat populer di kalangan wisatawan. Banyak di antaranya yang bepergian ke sana dengan menaiki kereta api untuk menghindari jalan pegunungan. 

Dalam tweet-nya, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menyatakan, layanan darurat telah sepenuhnya dimobilisasi untuk menyelamatkan, dan membantu para korban baik penumpang maupun staf  kereta api nahas itu.  

"Kami akan terus melakukan segala yang kami bisa untuk memastikan keamanan mereka setelah insiden yang memilukan ini," katanya.

Kecelakaan itu terjadi pada hari pertama dari empat hari Festival Penyapuan Makam, sebuah hari libur keagamaan tahunan. Selama festival, orang-orang melakukan perjalanan ke kampung halamannya  untuk pertemuan keluarga, sekaligus  memberi penghormatan di makam leluhur.  

Perdana Menteri Taiwan Su Tseng-chang menegaskan, pihaknya akan  memerintahkan pihak Administrasi Kereta Api untuk segera memeriksa  sepanjang jalur rel lain guna mencegah terulangnya peristiwa serupa.  

Sekitar 50 relawan dari Yayasan Buddha Tzu Chi yang ditempatkan di tenda bantuan dekat lokasi kecelakaan, menyatakan bahwa  anak-anak termasuk di antara lusinan korban telah melarikan diri dari gerbong kereta. Mereka merawat luka ringan, dan menawarkan makan siang. 

"Kami melihat orang-orang turun dari kereta, dan mereka terlihat sangat terpukul  atau gugup," kata Chen Tzu-chong, pemimpin tim Tzu Chi di lokasi. 

Sistem rel ekstensif Taiwan mengalami peningkatan substansial dalam beberapa tahun terakhir. Terutama dengan penambahan jalur berkecepatan tinggi untuk menghubungkan ibu kota Taipei, dengan kota-kota pantai barat di selatan.*** 

 

Sumber: The Associated Press 

 

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah