Sudah Tewas 'Didor', Kepala Remaja Myanmar ini Dibenturkan ke Dinding, Tentara: Susah Dibunuh!

- 17 Maret 2021, 00:53 WIB
TEWAS - Perempuan muda Yadanar Htoon (20) ditembak aparat dalam aksi unjuk rasa di Kota Myingyan, Provinsi  Mandalay, Myanmar, Senin, 15 Maret 2021./MYANMAR NOW/
TEWAS - Perempuan muda Yadanar Htoon (20) ditembak aparat dalam aksi unjuk rasa di Kota Myingyan, Provinsi Mandalay, Myanmar, Senin, 15 Maret 2021./MYANMAR NOW/ /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

MYINGYAN,  KALBAR TERKINI -  Senin, 15 Maret 2021, Tun Ye Naing (18) terkapar di tanah. Nafasnya tersengal-sengal. Matanya nanar. Tubuh remaja lelaki penjual rokok ini bersimbah darah, karena ditembus timah panas dari aparat junta militer.  

Tak diketahui siapa aparat yang menembak, saking banyaknya jumlah mereka. Melihatnya masih hidup, seorang tentara mendekati Ye Naing, menjambak rambutnya. Kepala Ye Naing kemudian dibenturkan berkali-kali ke dinding, dan tubuhnya dicampakkan ke tanah setelah Ye Naing terlihat tewas.

Baca Juga: 38 Pendemo Tewas Sehari, Situasi Myanmar Kian Memanas Meski Pemimpin Dunia Terus Mengutuk

Baca Juga: Militer Myanmar Boros Beli Persenjataan, Ini Tiga Negara Pemasok Utamanya

Baca Juga: Ayahnya Tewas Ditembak Junta, Tangis Balitanya Pecah di Pemakaman

"Anak ini susah dibunuh," kata tentara itu sebelum menyeret tubuh remaja ini entah ke mana. 

“Ada noda darah di dinding,” kata seorang pengunjuk rasa yang melihat dan menceritakan peristiwa itu. “Tapi, kami tidak melihat dengan tepat apa yang terjadi, karena kami sedang berlari. Kami hanya melihat bahwa dia kemudian dibawa pergi dengan truk. "

Dilansir Kalbar-Terkini.com dari Myanmar Now, Selasa, 16 Maret 2021, belakangan diketahui bahwa Ye Naing dibawa ke Rumah Sakit Myingyan, dan jenazahnya diambil oleh anggota keluarganya, sekitar pukul 19:30 waktu setempa  atas bantuan organisasi amal.

Ye Naing adalah seorang pencari nafkah di keluarganya, yang setiap hari mengantarkan rokok tradisional  Myanmar kepada pedagang lokal.  

Tewas di Warung

Masih pada Senin di Myingyan. Suara-suara tembakan menggelegar di jalanan. Hla Soe  (56) pun tergesa-gesa menutup warungnya. Toh takdir  mengharuskan wanita ini tewas oleh sebutir peluru yang menerjang tubuhnya. 

Warga sekitar pun berduka. Betapa tidak, Soe dikenal sebagai  seorang ibu rumah tangga yang baik. Dia tak pernah ikut berdemo, selain rajin menunggui warung kelontongnya, serta begitu welas asih mengurus suami dan puteranya yang masih berusia tiga tahun, suatu anugerah Allah kala usianya sudah memasuki senja.  

"Hla Soe tidak ikut dalam protes. Dia seorang pedagang, dan ditembak ketika mencoba menutup jendela warungnya,"  kata seorang penduduk setempat. 

Sebanyak  20  warga Myanmar tewas pada Senin dan Selasa kemarin. Jumlah ini sudah termasuk enam warga  di Myingyan:  Hla Soe (56),  Yan Myo Aung (16), Aung Myo Zaw (17) dan Tun Ye Naing (18). Yadanar Htoon (20), dan Kyaw Saw (26). 

Hari itu, polisi dan tentara membabi-buta memberondong setiap kendaraan yang bolak-balik membawa korban dari kalangan pengunjuk rasa. Warga yang rumahnya menampung para korban pun tak luput dari tembakan.

Tiga dari enam warga ini  pun tewas pada Senin sore, dan seorang lainnya meninggal pada malam hari di sebuah klinik luar ruang darurat, tempat para dokter yang mogok dari rumah sakit pemerintah, merawat para pengunjuk rasa yang terluka. 

Dua korban tewas ditambahkan ke daftar korban di malam hari pada Senin, ketika pasukan junta menyuruh anggota keluarga mereka untuk datang, dan mengambil jenazah dari Rumah Sakit Myingyan.

"Saya rasa, dua orang terluka yang dibawa militer ke rumah sakit, meninggal di tempat," kata seorang dokter kepada Myanmar Now. “Satu ditembak di kepala, satunya lagi ditembak di sisi kiri dada." 

Rumah Sakit Myingyan telah ditutup karena staf medisnya  bergabung dengan Gerakan Pembangkangan Sipil. "Rumah sakit ini sudah diambil alih oleh polisi dan tentara," tambah dokter tersebut. 

Hanya empat perawat dan satu dokter militer yang bekerja di rumah sakit itu.

Tidak ada lagi pasien yang datang karena pintu masuk dijaga ketat oleh angkatan bersenjata.

Sedikitnya 17 warga lainnya terluka dalam tindakan keras pada Senin di Myingyan, dan lima di antanya dalam kondisi kritis. 

Baru Tamat SMA

Yan Myo Aung yang tewas, baru saja tamat SMA pada 2020, dan tinggal bersama ibunya. "Ibunya tidak dapat menghentikannya untuk ikut protes anti-kudeta karena anak ini sangat bersemangat,"  kata seorang penduduk yang menghadiri pemakamannya. 

Korban tewas lainnya, Aung Myo Zaw telah menyelesaikan kelas 10, dan berharap pandemi Covid-19 berakhir, dan sekolah dibuka kembali.

"Dia yang termuda dari tujuh keluarga, yang semuanya ikut demo anti-kudeta,"  kata seorang kerabat.***

 

Sumber: Myanmar Now

 

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah