USAHA Swedia Untuk Gabung Dengan NATO Terancam Gagal, Ternyata Ini Penyebabnya

28 Januari 2023, 18:54 WIB
Pemimpin Partai Sayap Kanan Swedia Rasmus Paludan Bakar Al Quran Berbuntut Panjang Hubungan Turki-Swedia /Reuters/TT NEWS AGENCY

KALBAR TERKINI -  Tanggal 21 Januari 2022 terjadi sebuah aksi protes di Swedia yang diarahkan ke kedutaan Turkiye.

Aksi ini diwarnai dengan aksi pembakaran Al Quran oleh salah satu dari anggota yang ikut dalam protes bernama Rasmus Paludan, seorang pemimpin politik ekstremis.

Aksi tersebut dikecam oleh perdana menteri Swedia dan secara umum tidak dipandang baik oleh masyarakat dan pemimpin negara tersebut.

Namun reaksi terkuat mungkin datang dari dunia timur tengah dimana masyarakatnya mayoritas muslim.

Baca Juga: Organisasi Ilmuwan Dirian Albert Einstein Atur Ulang jam Kiamat, Isyaratkan Akhir Dunia Sudah Dekat

Aksi ini direspon oleh masyarakat muslim di berbagai belahan dunia terutama di Timur Tengah dimana deretan protes terjadi di Yaman, Iraq, dan Jordan dalam respon dari kejadian tersebut.

Pemerintahan Iran, Afghanistan, dan Arab Saudi juga telah memberikan respon mereka. Aksi protes juga terlihat di Malaysia.

Pemerintah Indonesia mengecam kejadian tersebut dan dikabarkan telah memanggil duta besar Swedia mengenai insiden pembakaran Al-Qur’an yang terjadi pada 21 Januari tersebut.

Ini menunjukan timbulnya keretakan dalam hubungan Indonesia dan Swedia akibat dari kejadian tersebut.

Baca Juga: Kelahiran 1993 Masuki Usia 30 Tahun Atau Fase Kematangan Ditahun 2023, Simak Daftar Usia Sesuai Tahun Lahir

Namun mungkin dampak yang sangat kuat terdapat dalam respon dari negara yang menjadi target protes tersebut, Turkiye.

Turkiye telah lama menahan Swedia dari bergabung dengan NATO sejak mereka mencoba untuk bergabung tahun lalu setelah terjadinya peperangan di Ukraina.

Pada saat itu, Turkiye menunda bergabungnya Swedia dari bergabung dengan NATO karena mereka menduga Swedia melindungi teroris Kurdi.

Sejak saat itu Turkiye juga mengalami pengeboman di Istanbul pada 13 November 2022 lalu yang pemerintah Turkiye menduga merupakan salah satu aksi teroris-teroris Kurdi tersebut.

Baca Juga: SUDAH DIBUKA, Berikut Link Surat Pendaftaran Pantarlih Pemilu 2024 Lengkap dengan Persyaratan dan Jumlah Gaji

Sekarang dengan aksi pembakaran Al-Qur’an pada 21 Januari tersebut, Presiden Turkiye Tayyip Erdogan merespon dengan mengatakan

Swedia jangan mengharapkan dukungan dari kami untuk (bergabung) dengan NATO.

Sudah jelas bahwa mereka yang melakukan perbuatan tercela seperti itu di depan kedutaan negara kita sudah tidak bisa lagi mengharapkan segala bentuk kebajikan dari kita mengenai aplikasi mereka.

Jika Swedia ingin membuktikan bahwa mereka harus didukung untuk bergabung dengan NATO maka mereka mungkin merusak kesempatan tersebut dengan sendirinya.

Rentetan kejadian tersebut berpotensi untuk menimbulkan keretakan dalam hubungan Swedia dengan berbagai Negara-negara yang memiliki mayoritas masyarakat muslim seperti Indonesia dan Malaysia yang sebelumnya tidak memilki masalah dengan Swedia.

Kejadian di Swedia ini juga memperbesar sentimen Anti-Nato yang sudah lama ada di berbagai negara-negara muslim dan juga negara-negara non-muslim yang tidak termasuk dalam NATO.

Hal ini dikarenakan Jens Stoltenberg mengatakan bahwa kejadian tersebut walaupun tidak sopan, bukanlah hal yang dilarang oleh hukum.

Apakah ini salah satu contoh dari kebebasan berpendapat yang kebablasan? Jika bukan maka pertanyaan berikutnya adalah sampai mana aksi mengekspresikan sebuah pendapat akan mulai bisa dikatakan kelewatan?

Mungkin ini adalah pertanyaan yang ada di dalam kepala masyarakat-masyarakat dunia mengenai situasi demokrasi di berbagai negara barat pada saat ini.

Penulis: Aldy Habibie

***

Editor: Yuni Herlina

Sumber: BBC YouTube

Tags

Terkini

Terpopuler