Ancaman Perang Saudara Trending di Amerika Serikat, Ternyata Ini yang Terjadi

8 Januari 2023, 13:04 WIB
Ilustrasi bendera Amerika Serikat. /Pixabay/DWilliam /

KALBAR TERKINI - Dalam beberapa tahun terakhir Amerika Serikat mengalami kemunduran dalam bidang ekonomi, sosial, dan politik.

Namun kerusakan sosial dan politik dalam negeri Amerika serikat mungkin telah memasuki level baru.

Politik dalam negeri Amerika Serikat sangat terpecah belah antara kedua partai politik mereka yaitu Democrat dan Republican.

Sentimen politik yang terus memecah belah ini setidaknya telah ada sejak tahun 2016 pada masa pemerintahan Barack Obama.

Baca Juga: Presiden Marcos Junior Kunjungi Beijing, Filipina China Akan Kolaborasi? Bagaimana dengan Laut China Selatan?

Perpecahan antara masyarakat Amerika Serikat antara pendukung partai Republican dan Pendukung partai Democrat semakin parah setelah terpilihnya Donald Trump pada tahun 2017.

Dengan kedua pendukung partai bahkan memperdebatkan pandangan hidup pribadi, Ras, agama, hingga norma sosial mereka.

Perpecahan di Amerika menjadi sangat terlihat di mata dunia pada tahun 2020.

Dimulai dengan kematian berbagai pemuda-pemuda kulit hitam ditangan polisi dengan pembunuhan George Floyd pada 25 May 2020.

Ini menjadi kejadian yang memulai rangkaian kericuhan, penjarahan berbagai toko, hingga pembunuhan terjadi di berbagai kota.

Baca Juga: UPDATE Jadwal Wakil Indonesia di Malaysia Open 2023, Jonatan Christie vs Wang Tzu Wei, Ginting Lawan Siapa?

Pada rangakain protes ini sempat terbentuk CHAZ yaitu daerah autonomi di Capitol Hill Seattle yang dibentuk oleh mereka yang melakukan protes melawan polisi.

Di saat yang sama juga terjadi “Asian Hate” yaitu berbagai penyerangan secara random terhadap etnis asia baik orang Tionghoa, Jepang, atau Korea yang berada di Amerika atau lahir di Amerika karena dituduh menyebarkan virus Covid-19.

Pertanyaan-pertanyaan mengenai kemungkinan terjadinya perang saudara kedua di Amerika Serikat mulai bermunculan sejak tanggal 6 Januari 2021.

 Dimana pendukung Donald Trump menyerbu Gedung Capitol di Washington D.C akibat kekalahan Donald Trump dalam pemilu yang terjadi karena Donald trump memaksakan pendapatnya bahwa pemilu tersebut “Dicuri” darinya.

Baca Juga: JADWAL PROLIGA Minggu, 8 Januari 2023 dan Pekan ke 2 yang Akan Dimulai Tanggal 12, Cek Lawan Surabaya BIN

Sejak saat itu, Amerika mulai dikejutkan dengan pidato-pidato mengancam memulainya perang saudara oleh kelompok-kelompok ekstremis di internet.

Pada tahun 2022 media Amerika seperti MSNBC membuat headline “Seberapa dekat kita ke perang saudara?” pada tanggal 2 September 2022 lalu.

Headline yang sama juga dibuat oleh media The New York Times yang menanyakan “Apakah Amerika menuju ke perang saudara lagi?” pada 12 Oktober 2022.

Kemudian “Apakah Perang Saudara Tak Terhindarkan?” pada headline 21 Desember 2022 lalu.

Dengan Amerika masuk menuju ke era kekerasan dalam berpolitik sebaiknya kita mulai mengenal kelompok-kelompok milisi ekstremis yang ada di Amerika Serikat.

Baca Juga: JADWAL Bioskop Ayani XXI Megamall Pontianak, Minggu, 8 Januari 2023 Lengkap Dengan Harga Tiket, M3GAN 17 Plus

Salah satu kelompok milisi terbesar di Amerika yang media Amerika Serikat berhasil telusuri adalah sebuah organisasi bernama “Georgia III%”.

 Organisasi ini melatih anak muda dan orang-orang yang percaya dengan pandangan mereka untuk menggunakan senjata api dan taktik berperang.

Georgia III% adalah cabang dari salah satu kelompok milisi terbesar di Amerika serikat yang dikenal sebagai “Three Percenter” atau “III%”.

Three Percenter sendiri adalah kelompok milisi anti pemerintah di Amerika serikat yang dibentuk pada tahun 2008 dan masih ada hingga sekarang.

 Walaupun secara legal sudah tidak aktif sejak 21 Februari 2021.

Three Percenter sendiri memiliki perlengkapan dan persenjataan militer seperti rompi anti-peluru, helm tempur militer, hingga berbagai tipe senapan serbu automatis.

Dalam sebuah interview, salah satu anggota grup “Anti-terror” Georgia III% menjelaskan kepada media Amerika bahwa

“Pada ajaran Kristen tidak ada pemaksaan non-kristen untuk masuk (ke ajaran Kristen) dengan menodongkan pisau atau senjata api. Tapi saya pikir Islam adalah sifatnya teroristik jadi ini adalah kebaikan melawan kejahatan.”

Dengan pernyataan seperti ini, kita dapat mengetahui siapa yang menjadi target dari kelompok bersenjata tersebut.

Berdasarkan sejarah tentunya pernyataan mereka sama sekali tidak benar karena dalam penjajahan Spanyol ke Amerika pada tahun 1493.

 Pasukan kerajaan dan misionaris Katolik Kristen dari spanyol yang beroperasi di tanah jajahan memaksa orang-orang asli suku Amerika untuk masuk ke ajaran mereka menggunakan ancaman militer.

Pada saat ini jumlah anggota dari III% belum dapat ditentukan secara pasti.

Tapi di Amerika Serikat terdapat berbagai kelompok milisi dari pro Amerikanisme seperti III% hingga supporter dari ideologi Adolf Hitler yaitu Nazism.

Dalam sebuah laporan mengenai perkembangan kelompok Neo-Nazi di Amerika Serikat, media Amerika menemukan bahwa kelompok-kelompok tersebut biasanya diisi oleh veteran-veteran bekas penjajahan Afghanistan.

Hingga perang-perang sebelumnya seperti penjajahan Iraq dan lainnya dimana katanya pengikut ideologi tersebut banyak bermunculan.

Ada yang mengatakan “Setiap Peperangan yang diciptakan diluar akan dibawa pulang ke dalam negeri sendiri.

Apakah pernyataan tersebut mulai menjadi kenyataan untuk Amerika Serikat? Jawabannya belum terlihat di depan mata.

Namun yang terpenting adalah dengan menggunakan contoh dari kekacauan politik di Amerika Serikat.

Walaupun Indonesia belum ada menciptakan peperangan di luar negeri sejak 1976, namun, kita mendapatkan peringatan jelas akan bahayanya faksionalisme dan fanatisme ideologi, nasionalisme, ras, dan agama dalam berpolitik dalam negeri.

***

Penulis: Aldy Habibie

 

Editor: Yuni Herlina

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler