Nord Stream Diledakkan AS, Pelajaran untuk Eropa, Putin: Tertangkap Basah!

14 Oktober 2022, 08:27 WIB
Ilutrasi Pipa Nordstream /Dw.com


KALBAR TERKINI - Dugaan kuat AS menyabotase pipa gas Nordstream 1 dan 2 di Laut Baltik harus menjadi 'shock therapy' bagi negara-negara Eropa anggota NATO.

Negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara ini untuk tidak begitu saja mengikuti kemampuan AS, sekalipun negara itu Ketua NATO.

Masalahnya, dua jalur pipa milik BUMN migas raksasa Rusia Gazprom itu, memasok gas elpiji untuk sebagian besar kebutuhan di Eropa.

Baca Juga: Nord Stream II Dibayangi Sanksi AS ke Rusia, Jubir Kremlin: 'Pake' Akal Sehatlah!

Musim dingin yang segera tiba pada Desember mendatang kian mengerikan di Eropa.

Hal ini karena minusnya gas untuk penghangat ruangan, memasak makanan, dan berbagai kebutuhan lain.

Dilansir Kalbar-Terkini.com dari Russia Today, Rabu, 12 Oktober 2022, Putin mengisyaratkan tentang pelaku sabotase /

"Ledakan jaringan pipa gas ini telah mempermudah untuk memaksa LNG AS ke Eropa," katanya.

Baca Juga: Nordstream 1 dan 2 Meledak, Diduga Sabotase: Orang Eropa segera 'Mati Kedinginan'!

Demikian pidato Putin dalam forum Pekan Energi Rusia di Moskow, Ibukota Rusia, Rabu.

"Mereka yang paling diuntungkan dari kerusakan jaringan pipa gas ini adalah pihak yang bertanggung jawab atas kerusakan tersebut," tegas Putin.

“Semua orang mengerti siapa yang berada di balik ini, dan siapa yang diuntungkan," lanjutnya.

"Seseorang sekarang ini dapat memaksa gas alam cair dari AS ke negara-negara Eropa, dalam skala yang jauh lebih besar,” lanjutnya.

Baca Juga: AS Dituding Ledakkan Pipa Nordstream, Mantan Menlu Polandia: Terima Kasih AS!

Menurutnya, gas alam cair (LNG) AS 'jelas kurang kompetitif ketimbang gas Rusia', karena harganya yang lebih tinggi.

Mengenai ledakan Nord Stream 1 dan 2, Putin mengatakan: “Semua fakta telah terbukti dan didokumentasikan."

"Dan, para ideolog dan sponsor kejahatan itu adalah penerima manfaat akhirnya, yang mendapat untung dari ketidakstabilan dan konflik," katanya.

“Siapa yang berdiri di belakang sabotase jaringan pipa Nord Stream?" lanjut Putin.

"Jelas,"katanya: "Mereka yang ingin sepenuhnya memutuskan hubungan antara Rusia dan UE (Uni Eropa)."

'Mereka merusak kedaulatan politik Eropa, melemahkan kapasitas industrinya, dan menguasai pasarnya,” kata presiden.

"Mereka juga adalah mereka yang 'memiliki kapasitas teknis untuk melakukan ledakan seperti itu," tambah Putin.

Perusak yang disebut Putin sebagai 'mereka' ini diklaimnya telah melakukan sabotase seperti itu.

"... tertangkap basah saat melakukannya, tetapi menghindari tanggung jawab,” tambahnya.

Pipa Nord Stream 1 dan 2, yang dibangun untuk mengirimkan gas Rusia ke UE melalui Jerman, tiba-tiba kehilangan tekanan, Senin, 26 September 2022.

Hal ini terjadi menyusul serangkaian ledakan bawah laut yang kuat di lepas Pulau Bornholm, Denmark.

Kebocoran yang meluas itu dianggap sebagai hasil sabotase, menyebabkan kebocoran gas besar-besaran sehingga pipa tak dapat dioperasikan.

Moskow kemudian menyatakan, salah satu jalur Nord Stream 2 tetap tidak terpengaruh.

Jalur pipa ini tetap menawarkan pasokan gas ke Eropa.

Media Barat berspekulasi, Rusia bisa saja meledakkan jaringan pipanya sendiri.

Ini diklaim disengaja untuk menempatkan UE di bawah tekanan yang lebih besar di tengah krisis energi.

Moskow telah membantah klaim tersebut.

Putin sebelumnya menyatakan, 'Anglo-Saxon', bahasa sehari-hari untuk aliansi AS-Inggris, bisa berada di balik sabotase itu.

Sabotase tersebut digambarkan oleh Rusia sebagai 'tindakan terorisme internasional'.

Tak lama setelah kebocoran ditemukan, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memuji insiden itu.

Tapi, teganya, insiden ini disebutnya sebagai 'kesempatan luar biasa' bagi Eropa.

Hal ini 'untuk sekali dan untuk semua menghilangkan ketergantungan akan energi Rusia'.

Pada akhir September 2022, Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolay Patrushev menyatakan, Moskow telah melacak pelakunya.

Moskow telah memperoleh 'bahan-bahan tertentu'.

Ini menunjukkan adanya jejak Barat dalam mengatur dan mengeksekusi' ledakan tersebut.

Patrushev berpendapat, AS adalah penerima manfaat utama dari gangguan tersebut.

Pernyatan Patrushev ini mengutip serangan yang didukung CIA ke infrastruktur minyak Nikaragua, dekade 1980-an.

Serangan ini sebagai contoh yang bersejarah atas keterlibatan AS dalam jenis sabotase semacam itu.

Menurut Jurubicara Gazprom Sergey Kupriyanov kepada Rossiya 24, Senin lalu, sabotase pipa Nordstream pernah pula terjadi pada 6 November 2015.

Ketika itu, sebuah kapal selam tak berawak, yang dilengkapi alat peledak, berakhir di bawah pipa tersebut pada 2015.

Kapal itu adalah Seafox, sebuah perusak ranjau bawah laut milik NATO.

Seafox ditemukan selama inspeksi visual terjadwal dari pipa gas Nord Stream di kedalaman 40 meter.

Lokaisnya di antara pipa Nord Stream.

"Hampir tepat di bawah salah satunya," kata Kupriyanov.

Insiden yang mendapat liputan media terbatas saat itu, mendorong penghentian singkat pengiriman gas.

Pesawat tak berawak tersebut akhirnya ditemukan oleh militer Swedia.

NATO saat itu mengaku telah 'kehilangan' perangkat selama latihan militer.

Drone buatan Jerman itu membawa hulu ledak seberat 1.4 kilogram.

Ini dimaksudkan untuk menghancurkan amunisi dan ranjau yang tidak meledak, menurut data yang tersedia untuk umum.

“Itu latihan NATO untuk Anda, ketika alat peledak tingkat militer berakhir tepat di bawah pipa kami," kata Kupriyanov.

“Itu latihan NATO untuk Anda, ketika alat peledak tingkat militernya berakhir tepat di bawah pipa kami,” lanjut Kupriyanov menyimpulkan.***


Sumber: Russia Today

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: Russia Today

Tags

Terkini

Terpopuler