Georgia Marak Unjuk Rasa Tolak Eksodus Wamil Rusia

30 September 2022, 20:09 WIB
Gambar satelit menunjukkan antrian panjang mobil Rusia di perbatasan dengan Georgia.* /Maxar Technologies/

KALBAR TERKINI - Eksodus pria Rusia berusia wajib militer (wamil) akhirnya mendapat perlawanan dari Georgina, tetangga terdekat Rusia.

Perlawanan ini digelar dalam bentuk unjuk rasa, tepat di salah satu kota perbatasan dengan Rusia, Kamis, 29 September 2022.

Padahal, Georgia adalah negara favorit para pengungsi Rusia, terutama kaum pria berusia yang lari dari wajib militer.

Baca Juga: Rusia Dilanda Demo Tolak Wajib Militer: Polisi Diserang Senpi dan Bom Molotov!

Selain itu, Georgia termasuk salah satu negara tetangga yang tidak memberlakukan visa bagi warga Rusia.

Sejak 'operasi militer' Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022, rakyat Georgia, yang negaranya juga tetangga dekat Ukraina dan Rusia, sangat terbuka menyambut kedatangan pengungsi Ukraina.

Antrian besar orang Rusia, kebanyakan pria usia militer, terjadi sejak Presiden Vladimir Putin mengumumkan pengerahan lebih banyak tentara cadangan ke Ukraina.

Sebagaimana dilansir Kalbar-Terkini.com dari Euro News. Kamis, unjuk rasa di georgia diprakarsai salah satu partai pro-Barat.

Baca Juga: Ukraina Bantai Rakyat Sendiri: Cari Perhatian Dunia dan Memfitnah Dilakukan Rusia

Seorang kader dari Partai Droa menyatakan, para pengungsi itu merupakan ancaman untuk keamanan dan ekonomi Georgia.

"Georgia diduduki oleh Rusia, sama seperti sebagian Ukraina yang masih diduduki Rusia," katanya.

"Itu sebabnya mereka tidak diterima di sini sebagai teman atau saudara," lanjut aktivis Ukraina ini.

Menurutnya, jika ingin mengubah sesuatu di negara mereka, termasuk menentang perang dan mobilisasi, mereka harus mengatasi masalah ini di dalam negeri sendiri.

Baca Juga: Barat Klaim Opini Internasional Salahkan Rusia: Termasuk Tetangganya China dan India!

Giga Lemonjava, Sekretaris Eksekutif Droa, mengatakan: "Ratusan dan ribuan warga Rusia melintasi perbatasan Rusia-Georgia setiap hari."

"Pihak Georgia tidak memiliki informasi pasti tentang siapa orang-orang itu. dan apa niat mereka yang sebenarnya saat tiba di Georgia," lanjutnya.

Menurutnya, Pemerintah Georgia sangat terbuka bekerja sama dengan FSB Rusia (Federal Security Service).

"Tapi, pemerintah tidak melakukan apa pun untuk menanggapi ancaman. dan tantangan yang datang dari Rusia," tambahnya.

"Migrasi semacam itu merupakan ancaman nyata bagi keamanan nasional Georgia, ekonomi dan stabilitas Georgia secara umum," tegas Lemonjaya.

Kementerian Dalam Negeri Georgia mengklaim, lebih dari 53.000 orang Rusia telah memasuki negara itu sejak pekan lalu.

Namun, orang Rusia yang melarikan diri dari wajib militer menyatakan, pihak berwenang Moskow telah membuat pos pemeriksaan di pihak Rusia.

Rusia juga telah mendirikan kantor perekrutan di perlintasan perbatasan Verkhy Lars.

Aparat Rusia terus mencari untuk menangkap siapa saja yang mencoba melarikan diri dari dinas militer.

"Pendapat saya adalah (di Rusia) situasinya sangat tidak stabil, sangat buruk, dan mengancam kehidupan orang-orang," kata Kiril Kuznetsev, warga Sankt Peterburg.

"Tidak ada hal baik yang terjadi ketika orang-orang seperti (pemerintah saat ini) memegang kekuasaan," lanjutnya.

Aleksandr Kamisentsev, warga Rusia dari Saratov, mengaku memutuskan pada saat-saat terakhir untuk pergi.

"Karena saya tidak akan membunuh saudara-saudara Ukraina saya, atau masuk penjara," tegasnya.

"Semuanya sangat menakutkan (di sisi perbatasan Rusia) - air mata, jeritan, banyak orang. Ada perasaan bahwa pemerintah tidak tahu bagaimana mengaturnya," keluhnya.

"Tampaknya mereka ingin menutup perbatasan. Tetapi pada saat yang sama, mereka takut akan terjadi protes dan membiarkan orang pergi," kata Kamisentsev.

Pihak Ossetia Utara, wilayah Rusia yang berbatasan dengan Georgia, menyatakan keadaan 'siaga tinggi'.

Ditegaskan, makanan, air, stasiun pemanas, dan bantuan lainnya harus dibawa bagi mereka yang telah menghabiskan berhari-hari dalam antrian.

Relawan di sisi perbatasan Georgia juga telah membawa air, selimut, dan bantuan lainnya.

Ossetia Utara juga telah membatasi banyak mobil penumpang memasuki wilayahnya.

Beberapa media merilis foto di persimpangan yang menunjukkan sebuah van hitam dengan tulisan 'kantor wajib militer' di atasnya.

Pos pemeriksaan lain semacam itu didirikan di Rusia di sepanjang perbatasan Finlandia, menurut outlet berita independen Rusia, Meduza.

Ada banyak laporan tentang pria tanpa pelatihan militer dan dari segala usia telah menerima pemberitahuan wajib militer.

Finlandia juga melaporkan rekor jumlah kedatangan Rusia akhir pekan lalu.

Ini terjadi ketika pihak berwenang di Helsinki mengumumkan pada Jumat, 23 September 2022.

Dinyatakan, mereka berencana untuk 'secara signifikan membatasi masuknya warga Rusia'.

Adapun keputusan untuk itu akan diselesaikan dalam beberapa hari mendatang.

"Di sini, di Vaalimaa, lalu lintas telah meningkat sejak Rabu lalu, ketika Rusia mengumumkan mobilisasi parsial di negara itu," kata Letnan Jesse Pirttinen.

Petugas penjaga di penyeberangan perbatasan Vaalimaa ii menambahkan bahwa kini terjadi 40 persen peningkatan lalu lintas kendaraan.

Sementara itu, di perbatasan Rusia dan Kazakhstan, kerumunan orang, kebanyakan laki-laki, juga mencari cara untuk melarikan diri.

Banyak yang telah mengajukan residensi di Kota Oral, dan mencoba mencari akomodasi sementara di sekitar kota.

Pada Selasa, pihak berwenang Kazakhstan menyatakan, 98.000 orang Rusia telah tiba sejak Putin memberikan perintah mobilisasi pekan lalu.***

Sumber: Euro News

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: Euro News

Tags

Terkini

Terpopuler