Inggris Terancam Resesi: Langsung Hadang PM Baru!

7 September 2022, 08:55 WIB
Liz Truss terpilih menjadi PM Inggris menggantikan Boris Johnson yang mengundurkan diri /Foto: Reuters/ Hannah McKay//

LONDON, KALBAR TERKINI - Perdana Menteri (PM) Inggris yang baru harus dapat mengeluarkan negaranya dari ancaman resesi ekonomi.

Biaya hidup di Inggris telah meroket akibat naiknya harga-harga sandang dan pangan menyusul terjadinya krisis energi.

Krisis tersebut, dari catatan Kalbar-Terkini.com, merupakan dampak dari 'operasi militer' Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari 2022.

Inggris dan banyak negara memberlakukan berbagai sanksi ke Kremlin.

Baca Juga: Kasus Pengantin ISIS 2015 Terungkap, Turki Murka ke Inggris!

Sebagai reaksi, alih-alih perbaikan pipa, Rusia mengurangi pasokan gas buminya ke Inggris dan negara-negara Eropa.

Eropa yang sangat bergantung dari aliran gas Rusia menjadi panik karena pengurangan aliran gas itu.

Bahkan pada Desember 2022, saat musim dingin melanda Eropa, Rusia diyakini akan mematikan aliran gas dari pipa Nordstream 1.

Dilansir dari The Associated Press, Senin, 5 September 2022, pengganti Johnson segera diumumkan pada hari ini.

Baca Juga: Truss dan Sunak Berebut Jabatan PM Inggris: Margareth Thatcher masih Melegenda!

PM Inggris yang baru juga diharapkan dapat mengatasi ketidakpastian politik akibat harga energi yang meroket.

Masalah pelik tersebut memicu puluhan ribu pekerja melakukan pemogokan dalam dua bulan terakhir ini.

Partai Konservatif yang berkuasa berencana mengumumkan pengganti Johnson dari dua kandidat.

Keduanya, Menteri Luar Negeri Liz Truss, dan mantan Kepala Departemen Keuangan Rishi Sunak.

Pengganti Johnson sebagai ketua partai akan dipilih dari pemenang suara paling banyak dari anggota partai tersebut.

Baca Juga: PM Inggris Dipaksa Mundur, Boris Johnson: Tunggu Dulu, sampai Parlemen Pilih PM Baru!

Demikian pula untuk jabatan sebagai perdana menteri.

Adapun ancaman resesi ekonomi begitu sgnifikan di Inggris akibat volatilitas harga gas global yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina.

Rata-rata tagihan energi rumah tangga di Inggris melonjak menjadi lebih 4.000 dolar AS per tahun.

Angka ini hampir tiga kali lipat dari tahun lalu. Inflasi di atas 10 persen untuk pertama kalinya terjadi sejak dekade 1980-an.

Pemerintah menghadapi seruan yang semakin mendesak untuk memberikan dukungan keuangan bagi warga.

Dukungan ini untuk membantu jutaan warga membayar pemanas esensial dan listrik untuk melewati musim dingin.

Adapun secara luas, Truss dianggap sebagai yang terdepan dalam perlombaan kepemimpinan.

Truss telah memenangkan dukungan dari banyak anggota Partai Konservatif dengan semangat Thatcher-nya (mantan PM Margareth Thatcher).

Salah satu kampanyenya adalah untuk membatalkan intervensi negara, dan memangkas pajak.

Trust telah berjanji bahwa jika terpilih bakal bertindak segera untuk mengatasi tagihan energi yang melonjak.

Hanya saja, Trust menolak memberikan rincian apa pun.

Sementara itu, Sunak berusaha menggambarkan dirinya sebagai ekonom yang lebih realistis.

Sunak berjanji untuk sementara akan memotong pajak pertambahan nilai untuk tagihan energi.

Tetapi dia bersikeras tidak akan memaksimalkan kartu kredit negara.

Hanya dinyatakan, pemotongan pajak yang signifikan harus menunggu sampai inflasi terkendali.

Kedua finalis kandidat kuat ini juga kagum terhadap Thatcher, PM Inggris pada 1979-1990.

"Semuanya sangat tidak spesifik, dan kami benar-benar menunggu perdana menteri berikutnya," kata Tim Bale, profesor politik di Universitas Queen Mary London.

Bale berharap bahwa PM yang baru segera bekerja dan memberi tahu tentang apa yang akan dilakukan.

"Ini tentang apa yang sebenarnya harus dilakukan dalam situasi darurat," lanjutnya.

Menurut Steven Fielding, profesor sejarah politik di Universitas Nottingham, politik Truss telah bermain baik.

Truss kemungkinan didukung oleh sekitar 180.000 anggota Partai Konservatif yang memiliki suara dalam memilih pemimpin negara.

Tetapi, banyak yang pesimis Truss akan memberikan banyak bantuan keuangan kepada orang-orang termiskin di negara itu.

“Ini adalah seseorang yang percaya pada pasar secara radikal," ujarnya.

Truss dinilainya percaya bahwa tujuan pemerintah adalah menuju negara yang jauh lebih kecil, dan lebih cepat daripada nanti.

"Dia menganggapnya sangat serius," katanya.

“Jadi, saya pikir kita akan memiliki perdana menteri pasar bebas yang sangat radikal," tegasnya.

"Dia juga sayap kanan, dan yang sebenarnya lebih sebagai ideologis daripada pragmatis," lanjutnya.

Masalah ekonomi dipastikan pasti akan mendominasi bulan-bulan pertama masa jabatan PM yang baru.

Penerus Johnson juga harus mengarahkan Inggris di panggung internasional dalam menghadapi perang Rusia di Ukraina,

Juga untuk menghadapi China yang semakin tegas.

Selain itu, PM yang baru harus memimpin Inggris keluar dari ketegangan dengan Uni Eropa setelah Brexit, terutama di Irlandia Utara.

Truss telah berbicara keras sebagai menteri luar negeri untuk ketiga masalah utama.

Beberapa analis percaya, Truss mungkin akan mengurangi retorika kuatnya jika menjadi pemimpin.

“Masing-masing masalah yang paling populer di dalam negeri adalah menjadi cukup tangguh," kata David Lawrence, peneliti di lembaga Chatham House London.

Salah satu aspek kunci dari kebijakan luar negeri yang harus diwaspadai adalah apakah Truss akan menempatkan kelompok Konservatif 'elang China'.

"Kelompok ini "berpengaruh di pemerintahan," tambah Lawrence.

Inggris telah terombang-ambing sejak 7 Juli 2022, ketika Johnson mengumumkan berhenti.

Ini terjadi setelah pemerintahannya diliputi oleh satu skandal etika terlalu banyak.

Baik Truss dan Sunak adalah pemain kunci dalam Kabinet Johnson.

Hanya saja, Sunak mengundurkan diri sebagai protes di hari-hari terakhir masa jabatan Johnson.

Pemerintah Truss mungkin tidak cocok dengan banyak orang.

Ketidakcocokan ini akan mengingatkan kalangan tentang kesalahan Johnson.

Johnson tetap sebagai PM untuk sementara, tetapi telah dikritik secara luas.

Ini karena Johnson gagal menanggapi krisis biaya energi yang memburuk.

Para pejabat telah menekankan bahwa setiap kebijakan baru perlu menunggu sampai penggantinya ada.

Pemungutan suara dalam kontes kepemimpinan ditutup pada Jumat lalu.

Pemenangnya akan diumumkan pada Senin ini.

Johnson dan penggantinya kemudian akan melakukan perjalanan ke Skotlandia untuk bertemu dengan Ratu Elizabeth II pada Selasa.

Kunjungan itu untuk secara resmi mengajukan pengunduran dirinya.

Kunjungan lainnya adalah diundang untuk membentuk pemerintahan.

Pertemuan ratu dengan PM secara tradisional berlangsung di Istana Buckingham, London.

Tetapi penguasa berusia 96 tahun itu menderita masalah mobilitas dalam beberapa bulan terakhir.

Karena itu, pengaturan dipindahkan untuk pertama kalinya ke Dataran Tinggi Skotlandia.

Di wilayah itu, ratu secara tradisional menghabiskan musim panasnya.***

Sumber: The Associated Press

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: Euro News

Tags

Terkini

Terpopuler