Tiongkok Blokade Pulau Taiwan, Pakar China: Kami Miliki Kemampuan Membunuh!

5 Agustus 2022, 09:04 WIB
ilustrasi/ Angkatan Laut Tiongkok akan bantu Indonesia dalam Evakuasi KRI Nanggala 402 dan menurunkan 3 kapal Salvage.* /ANTARA

KALBAR TERKINI - Angkatan Laut dan Udara Tiongkok memblokade Taiwan sejak Rabu, 3 Agustus 2022 resmi untuk menindaklanjuri kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelocy di pulau 'sarang pemberontak'.

Latihan militer di sekitar Pulau Taiwan oleh Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) ini terus berlanjut sejak kunjungan Pelosi pada Rabu lalu.

Blokade bersama tersebut merupakan persiapan Tiongkok untuk melakukan serangan lau, darat dan udara, dengan melibatkan senjata-senjata tercanggih.

Baca Juga: MENGERIKAN! Perang Berkobar di Taiwan: China vs AS-Taiwan jika Pelosi Kunjungi Taiwan!

Mleibatkan pula jet tempur siluman J-20 dan rudal hipersonik DG-17, latihan ini digenjot setelah Pelosi mendarat di pulau yang dianggap secara serius melanggar kedaulatan China.

Latihan tersebut belum pernah terjadi sebelumnya, karena rudal konvensional PLA diperkirakan akan terbang di atas Taiwan untuk pertama kalinya.

Dengan blokade laut dan udara tersebut, dilansir Kalbar-Terkini.com dari tabloid Pemerintah China, Global Times, untuk kali pertamanya PLA memasuki area dalam jarak 12 mil laut dari Pulau Taiwan.

Blokade ini menunjukkan bahwa tidak akan ada lagi apa yang disebut garis tengah. Para ahli menilai, dengan mengelilingi Taiwan sepenuhnya maka PLA benar-benar memblokade Taiwan.

Baca Juga: Militer China Nyatakan akan Kubur Penyusup: Jika Pelosi Kunjungi Taiwan!

Tindakan ini menunjukkan kontrol mutlak penuh daratan China atas segala sesuatu terkait upaya kemerdekaan Taiwan.

Komando Laut Timur PLA pada Rabu mengorganisir Angkatan Laut, Angkatan Udara, Pasukan Roket, Pasukan Dukungan Strategis, dan Pasukan Dukungan Logistik Gabungan.

Semua matra militer ini terlibat dalam latihan gabungan, yang berorientasi untuk pertempuran realistis di laut dan ruang udara di utara, barat daya, dan tenggara pulau.

Siaran pers Komando Laut Timur PLA menyatakan, blokade bersama, serangan laut, serangan darat dan latihan tempur udara ini menjadi inti dari operasi tersebut.

"Latihan tersebut untuk menguji kemampuan operasional gabungan pasukan," kata siaran pers.

Ini adalah pertama kalinya PLA akan meluncurkan artileri jarak jauh langsung melintasi Selat Taiwan, sebagai langkah menunjukkan kemauan kuat PLA dalam menjaga kedaulatan nasional dan integritas teritorial.

Latihan ini juga untuk menggagalkan upaya pemisahan diri lewat 'kemerdekaan Taiwan', dan kekuatan campur tangan eksternal.

Demikian Zhang Junshe, seorang peneliti senior di Akademi Penelitian Angkatan Laut PLA, mengatakan kepada Global Times, Rabu.

Senada itu, pakar militer China daratan Zhang Xuefeng menilai, jika rudal konvensional PLA diluncurkan dari daratan ke arah barat Taiwan dan mengenai sasaran di timur, ini berarti rudal akan terbang di atas pulau.

"Dan, ini belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Zhang.

Zhang juga menunjukkan bahwa lima dari zona latihan terletak di sebelah timur, yang disebut garis tengah Selat Taiwan, dan ini berarti bahwa keberadaan garis tersebut telah ditolak melalui tindakan nyata PLA.

Beberapa zona latihan juga untuk pertama kalinya ditetapkan untuk mencakup area dalam jarak 12 mil laut ke pulau Taiwan.

"Tetapi karena Taiwan sebagai bagian dari China, maka apa yang disebut laut teritorial Taiwan juga merupakan laut teritorial China," lanjut Zhang.

Juga, latihan PLA di sekitar Taiwan dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa negara Tiongkok mampu memblokade seluruh pulau.

"Ini juga menunjukkan bahwa masalah Taiwan bisa dilakukan oleh Tiongkok melalui cara-cara yang tidak damai, jika situasinya tidak dapat diperbaiki lagi," kata para pengamat.

Dari area latihan militer PLA yang ditunjuk, operasi tersebut dapat menimbulkan ancaman bagi pelabuhan utama dan jalur pelayaran di Taiwan, membentuk penyumbatan total.

Gaya penyumbatan ini bisa menjadi salah satu rencana aksi yang diambil di masa depan untuk mencapai reunifikasi secara paksa.

Hal ini ditegaskan oleh Herman Shuai, nota bene seorang purnawiran berpangkat letnan jenderal dari Taiwan kepada Global Times, Rabu.

Dua area latihan utara yang ditunjuk oleh PLA terletak di lepas pantai Pelabuhan Keelung dan Pelabuhan Taipei, area latihan pusat terletak di lepas Pelabuhan Taichung, area latihan selatan terletak di lepas Pelabuhan Kaohsiung/

"Sedangkan yang di timur, terletak di lepas Pelabuhan Hualien. Area latihan adalah 'templat' untuk "mengunci Taiwan," kata Shuai.

"Jika latihan PLA memakan waktu lama, itu akan menjadi penghalang besar bagi Taiwan," tambahnya.

"Latihan PLA kali ini komprehensif dan sangat ditargetkan, menunjukkan tekad untuk menyelesaikan pertanyaan Taiwan sekali, dan untuk semua," kata pakar militer China daratan, Song Zhongping.

Latihan tersebut harus dilihat sebagai latihan rencana perang.

"Jika terjadi konflik militer di masa depan, kemungkinan rencana operasional yang saat ini sedang dilatih, akan langsung diterjemahkan ke dalam operasi tempur," kata Song.

"Itu berarti bahwa rencana pertempuran kami telah dijelaskan kepada AS dan pihak berwenang Taiwan," lanjutnya.

Dengan demikian, katanya: "Kami cukup percaya diri untuk memberi tahu mereka tentang konsekuensi dari provokasi lebih lanjut dengan cara ini."

"Dibandingkan dengan krisis Selat Taiwan pada 1996, kekuatan militer PLA kali ini telah meningkat pesat," kata para analis.

“Pada 1996, kami tidak memiliki kapal induk, perusak besar Tipe 055, atau rudal hipersonik," ujarnya.

"...…sejak itu, kemampuan kami untuk menyerang, menangkap, dan membunuh, telah sangat meningkat, dan pilihan serta kepercayaan militer kami telah meningkat,” tambah Song.

Sementara itu, Shuai percaya bahwa pada 1996, kemampuan pertahanan diri Taiwan relatif kuat, kemampuan proyeksi PLA masih belum mencukupi, dan jumlah kapal perang amfibi terbatas.

Juga, Korps Marinir Angkatan Laut PLA serta Angkatan Udara tidak memiliki keunggulan mutlak. Itu sebabnya PLA ketika itu tidak memiliki kemampuan untuk memblokir pulau itu sepenuhnya.

"Itu hanya menggunakan metode uji peluncuran rudal untuk mengirim peringatan, tetapi itu tidak menimbulkan ancaman apa pun ke laut lepas Taitung dan Hualien, belum lagi kapal induk AS," ujar Shuai.

Tapi sekarang, lanjutnya, telah berbeda karea PLA telah berkembang bertahun-tahun.

"Apakah itu dengan kapal perusak besar Tipe 055, kapal induk atau kapal pendarat amfibi, sekarang sepenuhnya memiliki kekuatan untuk memblokade Pulau Taiwan," tambahnya.

Tidak mencegat penerbangan Pelosi tidak berarti kegagalan PLA.

Sebaliknya, China daratan memilih untuk menghindari insiden yang dapat memicu Perang Dunia III.

Pihak berwenang Tiongkok mengumumkan pada Rabu bahwa sejumlah 'pemisah Taiwan' serta beberapa perusahaan yang terkait dengan kegiatan separatis, akan dihukum sesuai hukum.

Zhang Hua, peneliti di Institut Studi Taiwan, Akademi Ilmu Sosial China, menilai bahwa undang-undang tentang menghukum separatis Taiwan sudah lengkap, dan berlaku di daratan.

"Pemisah Taiwan dapat diadili menurut Hukum Pidana Tiongkok karena memecah belah negara, menghancurkan reunifikasi tanah air, dan membahayakan keamanan nasional," kata pakar itu.

Zhang Wensheng, wakil dekan Institut Penelitian Taiwan di Universitas Xiamen menambahkan bahwa setelah reunifikasi, maka daratan Tiongkok dapat mengumpulkan bukti terhadap separatis Taiwan sesuai dengan hukum pidana.

Bisa didirikan suatu pengadilan khusus untuk untuk mengadili mereka secara in absentia, dan memaku semua orang di mana pun mereka berada.

Selain itu, ruang lingkup sanksi dapat diperluas ke anggota keluarga separatis Taiwan.

Ini berarti mereka akan dilarang melakukan pertukaran bisnis dengan China daratan dan institusi tempat mereka bekerja juga harus dimasukkan dalam daftar sanksi.

Pakar China daratan menilai bahwa tidak dapat dikesampingkan lagi bahwa lebih banyak peraturan terhadap separatis Taiwan akan diadopsi di masa depan.

Mempertimbangkan bahwa Undang-undang Anti-Pemisahan lebih merupakan kerangka dan hukum prinsip, maka pemerintah pusat dapat merumuskan undang-undang khusus.

UU ini menargetkan separatis Taiwan, serupa dengan undang-undang keamanan nasional untuk Wilayah Administratif Khusus Hong Kong.***

Editor: Arthurio Oktavianus Arthadiputra

Sumber: Global Times

Tags

Terkini

Terpopuler