INDONESIA WAJIB WASPADA! AS Siap Kacaukan Asia, Peneliti: Belajarlah dari Irak, Afghanistan hingga Suriah

8 April 2022, 21:47 WIB
AS dan Rusia Berebut Klaim Nasib Ukraina, Mengenaskan Seperti Afghanistan? /Reuters/Kevin Lamarque/

KALBAR TERKINI - Kian kencang manuver AS untuk membangkitkan hegemoninya termasuk ekspansi NATO ke Asia.

Ekspansi NATO ke Asia ini hanya akan menciptakan turbolensi kekacauan di antara negara-negara kawasan.

Sehingga semuanya diminta untuk cerdas dan waspada menghadapi manuver AS yang memanfaatkan NATO.

Baca Juga: Taiwan Diperas AS hingga Kering Kerontang: Terjebak dalam Kelicikan Pembelian Senjata

Tak puas memprovokasi Rusia hingga Kremlin melancarkan operasi militer ke Ukraina, negara yang memimpin Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) ini, berusaha lagi untuk melebarkan sayap militer NATO ke Asia.

Tujuan ekspansi NATO pasca bubarnya SEATO, dilansir Kalbar-Terkini.com dari tabloid Global Times, Kamis, 7 April 2022, selain untuk mengisolasi Rusia, juga untuk menekan China yang abstain di DK PBB terkait sanksi ke Rusia.

Provokasi AS di Ukraina dan berbagai dampak sadis lainnya dari perang di bekas negara Uni Soviet ini telah menjadikan AS merasa berada 'di atas angin': Mendapat simpati dari banyak negara Eropa, terutama Eropa Barat serta negara-negara anggota NATO.

Baca Juga: Taiwan Diperas AS hingga Kering Kerontang: Terjebak dalam Kelicikan Pembelian Senjata

Menteri Luar Negeri Korea Selatan dan Jepang diundang untuk bergabung dengan sesi NATO dalam pertemuan pada Kamis.

Inilah pertemuan pertama kalinya ketika NATO berusaha untuk mendapatkan kerja sama dari Asia untuk mengisolasi Rusia dan menekan China.

Tetapi, para analis menilai bahwa AS memaksa lebih banyak negara untuk memihak dalam Krisis Ukraina, dan menggunakannya sebagai kesempatan untuk membantu ekspansi global NATO.

Baca Juga: NATO Kirim Senjata lebih Mematikan ke Ukraina: Perang Proksi karena Pengecut Hadapi Rusia!

Pertemuan Menteri Luar Negeri NATO di Brussel sepakat untuk mempertahankan, dan lebih memperkuat dukungan untuk Ukraina.

Juga untuk meningkatkan kerja sama dengan negara-negara mitra, mengingat implikasi global dari tindakan Rusia di Ukraina, menurut sebuah pernyataan yang dirilis setelah pertemuan pada Kamis.

Para menteri juga sepakat bahwa Konsep Strategis NATO berikutnya, yang akan diselesaikan di KTT Madrid pada Juni 2022, harus memperhitungkan hubungan masa depan NATO dengan Rusia, dan 'pengaruh China yang berkembang' pada keamanan sekutu, katanya.

Baca Juga: Ekspansi NATO Terhenti jika Berani Diblokir! Aliansi Tandingan Rusia dan China?

NATO akan meningkatkan kerja samanya dengan mitra Asia-Pasifik di berbagai bidang, seperti dunia maya, teknologi baru, disinformasi, keamanan maritim, perubahan iklim, dan ketahanan, menurut pernyataan itu.

Menteri Luar Negeri Korea Selatan Chung Eui-yong berada di Brussel untuk menghadiri pertemuan para menteri luar negeri Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Kamis.

Dia adalah menteri luar negeri Korea Selatan pertama yang bergabung dengan sesi penting NATO, menurut kantor berita Yonhap News.

Selain Korea Selatan, tiga negara - Jepang, Australia, dan Selandia Baru - juga menghadiri sesi NATO. Nikkei Asia melaporkan, ini adalah pertama kalinya seorang menteri Jepang menghadiri pertemuan semacam itu.

Dengan mengundang empat negara Asia-Pasifik, NATO dan AS ingin menarik lebih banyak negara untuk membentuk front persatuan melawan Rusia atas konflik yang terakhir dengan Ukraina.

Langkah seperti itu juga dianggap akan membantu ekspansi global NATO, terutama ke Asia. Sebab, AS selalu berusaha membangun kerangka kerja yang lebih efektif untuk menahan China di kawasan Asia-Pasifik.

Hal ini ditegaskan oleh Li Kaisheng, seorang peneliti dan wakil direktur di Institut Hubungan Internasional Akademi Ilmu Sosial Shanghai.

Sebagai sekutu penting AS di Asia, Korea Selatan dan Jepang selalu ingin memainkan peran yang lebih besar dalam urusan regional dan internasional, dan mereka dapat bekerja lebih erat dengan AS.

Ini karena dikoordinasikan oleh NATO dengan aliansi Asia-Pasifik, termasuk mekanisme Quad AS, Jepang, India dan Australia), dan AUKUS (AS, Inggris dan Australia," kata Li.

"Korea Selatan juga dapat bersandar ke AS setelah presiden terpilih Yoon Suk-yeol menjabat pada bulan Mei mendatang," tambahnya.

Yoon -yang menekankan lebih lanjut untuk mempromosikan aliansi Korea Selatan-AS dalam hal keamanan- terpilih sebagai presiden negara itu pada Maret 2022.

Dengan AS membujuk sekutunya untuk bergabung dengan front persatuan dalam memukul China, menurut para analisis, Yoon akan diuji apakah dia akan menjaga hubungan negaranya dengan China, yang bebas dari pengaruh aliansinya dengan AS.

Nikkei Asia juga melaporkan bahwa pada Rabu lalu, NATO sedang berusaha memperdalam kerjasamanya dengan negara-negara Asia-Pasifik.

"Ini untuk mencegah China dari mendukung Rusia dalam perang di Ukraina, dan blok ini khawatir tentang bantuan keuangan dan militer China ke Rusia," tambah Li.

China sendiri telah membantah disinformasi yang disebarkan oleh AS dan beberapa media Barat, bahwa negara itu sedang mempertimbangkan untuk memasok Rusia dengan senjata dalam mendukung operasinya di Ukraina.

Tudingan AS itu dinilai oleh China adalah alasan AS dan NATONYA. Aliansi ini menggunakan konflik di Ukraina untuk tujuan strategisnya sendiri, memanfaatkan krisis untuk menghidupkan kembali pengaruh NATO.

NATO ingin mengubah Krisis Ukraina menjadi 'pertempuran' antara apa yang disebut 'demokrasi' dan 'otokrasi'," kata Yang Xiyu, seorang peneliti senior di Institut Studi Internasional China.

Yang menambahkan bahwa sejak awal abad ini, AS telah menggunakan NATO untuk mengalihkan fokus strategis global dan sistem aliansinya ke timur.

"Dari perang Irak hingga perang Afghanistan dan Suriah, kita telah menyaksikan operasi militer NATO yang lebih sering di luar NATO," ujarnya.

"Dan lebih banyak kehadiran anggota NATO di Laut China Selatan dan Timur, serta kawasan Asia-Pasifik. Tujuan strategis pertemuan NATO adalah untuk memulai ekspansi globalnya," tegas Yang.

Pada Selasa lalu, AS, Inggris dan Australia mengumumkan bahwa mereka akan bekerja sama untuk mengembangkan senjata hipersonik di bawah kerangka aliansi AUKUS yang baru.

Langkah tersebut, menurut analis, adalah untuk membangun replika NATO di Asia-Pasifik guna melayani hegemoni AS.

Dengan mengumpulkan NATO dan sekutu AS di Asia-Pasifik bersama dalam pertemuan NATO, maka NATO akan menjadi platform bagi AS untuk memimpin sekutu globalnya, dan mewujudkan ekspansinya dari Eropa ke Asia-Pasifik.

Para analis ini juga mencatat bahwa ekspansi NATO adalah akar dari konflik saat ini, antara Rusia dan Ukraina, tetapi blok tersebut tidak pernah merefleksikan masalahnya.

Menurut laporan media, Finlandia sedang mempertimbangkan untuk bergabung dengan NATO.

Sebagai tanggapan, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian menyatakan dalam konferensi pers pada Kamis bahwa posisi China terkait ekspansi NATO ke timur, sangat jelas.

NATO adalah produk Perang Dingin, dan seharusnya sudah menjadi sejarah sejak lama.

"Kami menyarankan negara-negara terkait untuk berhati-hati dalam mengembangkan hubungan dengan NATO." kata Zhao.

Yang memperingatkan, AS sedang mengoordinasikan sekutu untuk menahan China dan Rusia untuk menyebarkan konfrontasi secara global.

"Jadi, China harus bekerja lebih keras untuk menyatukan lebih banyak negara untuk menentang mentalitas Perang Dingin, dan memperdalam kerja sama dengan negara-negara dengan kepentingan bersama, termasuk Korea Selatan dan Jepang," tegasnya.

Sebagai produk Perang Dingin, NATO mewakili konfrontasi, dan menargetkan negara-negara tertentu. Ekspansi globalnya membawa polarisasi dan bentrokan.

"Ekspansinya di kawasan Asia-Pasifik pasti akan menargetkan China, merusak lingkungan keamanan regional, dan membawa turbulensi,"kata Li.

Karena itu, negara-negara kawasan didesak untuk memiliki pemahaman yang jelas tentang hasil bencana yang ditimbulkan oleh NATO.***

Sumber: Global Times

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: Global Times

Tags

Terkini

Terpopuler