Tusla, Kota yang Meratap: Ketika Negro-negro Kaya Dibunuh Kulit Putih

1 Juni 2021, 20:40 WIB
Kota Tusla, Negara Bagian Oklahoma, Amerika Serikat./FOTO: JERRY WAXMAN DARI PIXABAY/ /JERRY WAXMAN DARI PIXABAY

KALBAR TERKINI - Masa lalu yang kelam bahkan pahit akan membuat seseorang atau suatu bangsa  kelak menjadi lebih kuat dan bijak.  Di bawah  bayang-bayang 'hitam' masa lalu, kalimat ini yang setidaknya membuat AS berusaha tampil sebagai garda terdepan dalam memperjuangkan hak asasi manusia (HAM) di dunia.

Sekitar dua bulan silam, Presiden Rusia Vladimir Putin dikecam oleh Presiden AS Joe Biden sebagai pembunuh,  karena Rusia dituding oleh Biden telah melakukan aneksasi yang melanggar HAM di Krimea. Tudingan dalam wawancara Biden dengan sebuah stasiun televisi di AS ini pun dianggapi oleh Putin dengan santai: mempertanyakan  parahnya masalah HAM di AS. Di antaranya, pembantaian oleh orang kulit putih terhadap jutaan penduduk asli Amerika, yakni Indian.

Pasca ditemukan oleh Kristoforus Kolumbus, penjelajah  asal Genoa, Italia,  12 Oktober 1492, imigran dari mancangara  mengalir ke Benua Amerika. Belakangan, berdirilah AS, suatu negara yang dibentuk oleh berbagai etnis,  terutama dari Benua Eropa, Benua Afrika,  dan Benua Asia terutama Tiongkok.  

Baca Juga: Tusla Tangisi Dosanya Bantai 300 Ribu Negro: Biden Kucurkan 100 Miliar USD

Namun, karena kemampuan teknologi  orang Eropa yang lebih tinggi,  ditambah jumlah yang lebih besar,  menjadikan imigran dari benua-benua lain kalah bersaing di sektor lapangan kerja, pemerintahan  dan militer. Orang Afrika,  yang jumlahnya dominan dibandingkan dari Asia, banyak yang menjadi budak,  atau bekerja di sektor-sektor marjinal.Termasuk menjadi kuli dalam proyek pembangunan rel kereta api yang sedang dibangun di seantero negara, pasca berdirinya AS usai Perang Saudara.

Dalam perjalanan waktu, orang-orang kulit hitam telah menjadi korban pelanggaran HAM, selain orang Indian,  yang populasinya hanya tersisa ratusan ribu jiwa setelah jutaan lainnya dibantaioleh supremasi kulit putih,

Adapun dalam sejarah genosida kulit hitam terbesar dan terakhir yang terjadi di masa AS modern adalah di Tusla, kota  kedua terbesar di Negara Bagian  Oklahoma, dan kota ke-45 terbesar di negara tersebut, yang berpenduduk sekitar   887.715,  berdasarkan sensus pada 2005 .

Dikutip Kalbar-Terkini.com dari Sooner Politics, 24 September  2018, dan pernyataan Gedung Putih lewat siaran pers Sekretaris Pers Jean Psaki  pada Selasa, 1 Juni 2021, kerusuhan alias (tepatnya) genosida di Tusla, 1 Juni 1921, menewaskan lebih 300 ribu warga kulit hitam, dan lebih 100 ribu ornag lainnya dibiarkan oleh pemerintah untuk hidup sangat melarat.

Kerusuhan di Tusla terjadi pada 30 Mei-1 Juni 1021. Peristiwa memilukan ini berawal  ketika Dick Rowland (19),  seorang penyemir sepatu berkulit hitam, dituduh menyerang Sarah Page (17), operator lift berkulit putih di dekat Gedung Drexel.

Padahal, Rowland mengaku saat itu dia tersandung di ambang lift,  dan secara refleks meraih lengan Page untuk menenangkan diri.

Belakangan, Rowland ditangkap oleh pihak kepolisian dengan tuduhan penyerangan. Hanya dalam hitungan jam, terjadi kerusuhan.

Baca Juga: Joe Biden Menangis di Pemakaman tak Dikenal

Kerusuhan pun mereda ketika Page memutuskan untuk tidak mengajukan tuntutan terhadap Rowland.

Namun selama Rowland  ditahan, desas-desus menyebar melalui komunitas kulit hitam bahwa Rowland berisiko digantung. Sekelompok pria Afrika-Amerika bersenjata, bergegas ke kantor polisi, tempat Rowland ditahan, untuk mencegah hukuman mati.

Ketika kerumunan warga kulit putih berkumpul, terjadi lah  konfrontasi antara kedua kubu. Trejadi bakiu tembak yang menewaskan 12 orang: sepuluh warga kulit putih, dan dua warga kulit hitam.

Berita tentang kematian ini pun menyebar ke seluruh kota, sehingga kekerasan massa meledak. Malam itu juga, ribuan orang kulit putih mengamuk di komunitas kulit hitam, dan keesokan harinya, mereka membunuh pria dan wanita kulit hitam. Warga kulit putih pun membakar dan menjarah toko dan rumah.

Sekitar 10 ribu warga kulit hitam kehilangan tempat tinggal, dan kerusakan properti berjumlah lebih dari 1,5 juta dolar AS berbentuk rumah dan 750 ribu dolar ASdalam bentuk harta pribadi. Selama kerusuhan, gerombolan-gerombolan warga kulit putih terus menyerang penduduk dan bisnis komunitas Afrika-Amerika di Greenwood di Tulsa.

Peristiwa ini dianggap sebagai salah satu insiden kekerasan rasial terburuk dalam sejarah AS.

Serangan yang dilakukan di darat dan udara, menghancurkan lebih dari 35 blok distrik, yang pada saat itu merupakan komunitas kulit hitam terkaya di AS. Lebih dari 800 orang dirawat di rumah sakit dan lebih dari 6.000 warga kulit hitam ditangkap dan ditahan.

Biro Statistik Vital Oklahoma secara resmi mencatat bahwa 36 orang tewas, tetapi Palang Merah AS menolak memberikan perkiraan.

Warga kulit hitam Tulsa sendiri selama itu sangat bangga dengan reputasi kerja keras rakyatnya. Pengusaha Greenwood terkenal karena perdagangannya yang terkemuka. Ironisnya, nama pusat komersial (Greenwood Avenue) itu sendiri dinamai Choctaw Chief Greenwood LeFlore, milik seorang senator Mississippi dan pemilik budak,  yang merupakan teman dekat Presiden Konfederasi, Jefferson Davis. 

Baca Juga: Investasi Emas Semakin Menjanjikan, Sentuh Harga 2.000 Dolar AS Per Ounce

Pusat Minyak Dunia 

Tulsa pernah menjadi salah satu pusat minyak terpenting dunia, telah mempertahankan julukannya yang lama: Ibu Kota Minyak Dunia, yang merujuk sejarahnya dalam industri minyak.

Kota ini, menurut Wikipedia,  masih memiliki salah satu dari kantor pusat perusahaan minyak terpenting di seluruh AS.  Tusla digambarkan pula sebagai Kota Terindah di Amerika dalam majalah-majalah pada pertengahan abad ke-20.

Julukan ini masih digunakan untuk mencirikan seni publik Tulsa (kota ini menghabiskan jutaan dolar setiap tahunnya untuk seni publik), arsitektur art deconya, sistem tamannya yang luar biasa luas, dan lokasinya di daerah kaki Bukit Ozark yang rimbun.

Terletak di negara bagian yang sering disebut sebagai Negeri Hijau, dan merupakan pusat budaya dan kesenian Oklahoma, warga Tusla bangga akan sejumlah museum seninya yang terkenal di dunia,  serta jumlah arsitektur art deco ketiga terbanyak di dunia, setelah Kota New York, dan Miami.

Banyak dari gedung pencakar langit di pusat kota Tulsa,  dan juga di seluruh lingkungannya, dibangun dengan gaya arsitektur art deco. Pada 2005, Tulsa terpilih sebagai salah satu Kota Besar yang Layak didiami di AS.

Baca Juga: Google Dituding Persulit Pengguna Ponsel Cerdas!

Tulisan-tulisan di bebatuan Gunung Turkey di Tulsa pada sisi barat dari Sungai Arkansas, menurut sebagian orang,  kemungkinan adalah batu-batu rune. Inilah bukti-bukti dari kontak lintas-samudra pra-Columbus lewat  kedatangan orang-orang Viking atau Celt. batu-batu di Gunung Turkey pun ditafsirkan sebagai Ogham Celt.  

Toh faktanya,  penduduk Tulsa paling awal yang diketahui adalah orang-orang Indian Caddoan dan Indian dataran rendah, yang memiliki budaya membangun bukit buatan, Wilayah ini adalah bagian dari daerah yang diperoleh AS  dari Prancis melalui Pembelian Louisiana pada 1803.

Wilayah ini kemudian  menjadi bagian dari Teritori Indian sebagai relokasi kelompok Lochapoka dari Creek atau Muscogee dari daerah timur laut AS, yang menghuni daerah Tulsa sekarang,  antara 1828 dan 1836,  setelah mereka diusir dari tanah asal mereka Alabama. Mereka menyebut kota ini Talassi, yang berarti 'kota lama'.

Baca Juga: Johnson & Johnson Dihukum 4,7 Miliar Dolar AS: Bedaknya Penyebab Kanker Ovarium?

Lokasi upacara api pertemuan pertama Indian  telah membentuk suatu kota yang baru di sebuah dataran di atas Sungai Arkansas, dan dilestarikan di Council Oak Park dekat pusat Kota Tulsa. Sebagian besar wilayah Tulsa modern,  terletak di wilayah Teritori Indian,  yang mulanya disediakan bagi suku bangsa Muscogee (Creek), dengan bagian-bagian dari wilayahnya disediakan bagi suku bangsa Cherokee,  dan suku bangsa Osage.

Seorang penulis terkenal AS, Washington Irving, yang berkunjung ke daerah ini pada 1832, menggambarkan kunjungannya dalam bukunya A Tour on the Prairies (1835). Irving menyertai sebuah kelompok eksplorasi Tentara AS dalam sebuah perjalanan dari Ft Gibson,  di sebelah barat ke padang rumput (prairie) dan tanah-tanah yang dihuni oleh suku-suku bangsa Osage dan Pawnee.***

 

Sumber: Sooner Politics, Siaran Pers Gedung Putih, berbagai sumber

 

 

Editor: Oktavianus Cornelis

Tags

Terkini

Terpopuler