Kacau, Myanmar kian Ribet, Menteri ASEAN Dihadang Granat dan Protes PBB!

2 Maret 2021, 18:19 WIB
GRANAT SETRUM - Tentara Myanmar dari divisi infanteri ringan ke-77 berjalan di sepanjang jalan selama protes terhadap kudeta militer di Yangon, Myanmar,Minggu, 28 Februari 2021./REUTERS/STRINGER/ /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

YANGON, KALBAR TERKINI -  Tidak menghormati tamu negara, kalap, dan  nekat! Beginilah kelakuan kepolisian Myanmar. Mereka  menembakkan granat setrum menjelang  ke arah parapendemo menjelang para menteri dari Perhimpunan Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) melakukan pembicaraan terkait konflik di  negara ini, Selasa, 2 Maret 2021.

Dilansir Kalbar-Terkini.com dari Reuters, Selasa ini, kedatangan para menteri ini juga memicu konflik dari kalangan internal anti-junta, sehingga kian ribet permasalahan keseluruhan di Myanmar. Apalagi, pihak PBB selain komite Parlemen Myanmar yang telah digulingkan, menuduh bahwa pertemuan menteri-menteri ASEAN dengan militer, justru membuat junta militer merasa mendapatkan legitimasi untuk mempertahankan status quo pemerintahannya.

Adapun polisi-polisi Myanmar pada Selasa ini melepaskan tembakan  untuk membubarkan kerumunan massa, ketika para menteri luar negeri negara-negara tetangga, bersiap mengadakan pembicaraan dengan junta terkait upaya mencari solusi  damai atas krisis.

Baca Juga: Polri Tutut Operasi DVI, Identifikasi Tiga Korban Tetap Dilanjutkan

Pembicaraan, yang akan diadakan dalam video call bakal berlangsung  dua hari setelah hari paling berdarah kerusuhan, sejak militer menggulingkan pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi pada 1 Februari 2021 sehingga memicu kemarahan dan protes jalanan massal di seluruh negeri. 

Ratusan pengunjuk rasa, banyak yang mengenakan topi dari bahan keras dan memegang perisai darurat, berkumpul di belakang barikade di berbagai bagian kota utama Yangon. Mereka juga meneriakkan slogan-slogan yang menentang kekuasaan militer. 

"Jika kami tertindas, akan ada ledakan. Jika kami terkena, kami akan membalas," teriak para demonstran sebelum polisi bergerak sambil menembakkan granat kejut untuk membubarkan massa di empat bagian kota yang berbeda. 

"Tidak ada laporan korban luka di Yangon. Tapi, empat orang cedera di kota barat laut Kale, tempat polisi menembakkan peluru tajam untuk membubarkan kerumunan, setelah pengunjuk rasa melemparkan barang-barang ke arah polisi yang maju," kata seorang saksi mata. 

Baca Juga: Penggal Kepala Warnai Duel Geng Narkoba di Penjara-penjara Equador

"Mereka (aparat) bertingkah seperti berada di zona perang," kata seorang guru tentang polisi. "Saya sangat marah dan sedih pada saat bersamaan." 

Guru yang menolak disebutkan namanya, mengatakan bahwa selain empat orang yang terluka oleh peluru tajam, beberapa orang terluka oleh peluru karet. Rumah sakit dan polisi di daerah itu, tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar. Juru bicara militer tidak menjawab panggilan telepon.

Setidaknya,  21 pengunjuk rasa tewas sejak kerusuhan dimulai. Tentara mengatakan satu polisi tewas.Kudeta tersebut menghentikan langkah tentatif Myanmar menuju demokrasi setelah hampir 50 tahun pemerintahan militer, dan telah mendulang  kecaman dan sanksi dari Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya, serta meningkatnya kekhawatiran di negara-negara tetangga Myanmar. 

Baca Juga: Baku Tembak di Poso, Dua Teroris dan Satu TNI Dikabarkan Tewas

Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakrishnan menyatakan, rekan-rekannya di Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) akan berterus terang selama mereka bertemu melalui video call pada Selasa ini.

Mereka akan memberi tahu perwakilan junta Myanmar bahwa mereka terkejut dengan kekerasan tersebut. Dalam wawancara televisi pada Senin, 1 Maret 2021 malam. Balakrishnan menyatakan bahwa ASEAN akan mendorong dialog antara Aung San Suu Kyi dan para jenderal.

"Mereka perlu bicara, dan kami perlu membantu menyatukan mereka," katanya. 

ASEAN mengelompokkan Myanmar, Singapura, Filipina, Indonesia, Thailand, Laos, Kamboja, Malaysia, Brunei, dan Vietnam. 

Pihak militer telah membenarkan kudeta tersebut dengan dalih terjadi kecurangan dalam pemilihan November 2020 yang dimenangkan oleh partai Suu Kyi. KPU Myanmar menekankan, pemilu itu  adil. 

Pemimpin junta, jenderal senior Min Aung Hlaing dalam sambutannya yang dibacakan di televisi pemerintah menyatakan bahwa para pemimpin protes dan 'penghasut' akan dihukum. Pihaknya juga mengancam akan melakukan tindakan terhadap PNS yang menolak bekerja.

Min Aung Hlaing juga berjanji untuk mengadakan pemilihan baru dan menyerahkan kekuasaan kepada pemenang, tetapi tidak memberikan kerangka waktu. Upaya ASEAN untuk terlibat dengan militer Myanmar telah dikritik oleh para pendukung demokrasi.

Komite yang terdiri dari anggota Parlemen Myanmar yang telah digulingkan menyatakan, junta sebagai kelompok teroris. Keterlibatan ASEAN dinilai hanya akan memberinya legitimasi. 

Sa Sa, utusan yang ditunjuk komite untuk Perserikatan PBB menegaskan, menteri-menteri ASEAN ini seharusnya tidak berurusan dengan rezim yang dipimpin militer tidak sah ini. 

Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin menyatakan di Twitter-nya bahwa ASEAN akan tegas dengan Myanmar, dan mengatakan bahwa kebijakan blok tersebut untuk tidak mencampuri urusan satu sama lain, adalah 'bukan persetujuan menyeluruh atau persetujuan diam-diam untuk kesalahan yang dilakukan'. 

"Suu Kyi (75) muncul di persidangan melalui konferensi video pada Senin lalu dan terlihat dalam keadaan sehat," kata seorang pengacaranya. "Dua dakwaan lagi ditambahkan ke dakwaan yang diajukan terhadapnya setelah kudeta,." 

Wartawan The Associated Press Ditangkap

Peraih Nobel Perdamaian ini belum terlihat di depan umum sejak kudeta. Ratusan orang telah ditangkap, menurut para aktivis. Di antaranya,  enam wartawan, salah satunya bekerja untuk The Associated Press (AP), Tin Zar Oo.

Seorang pengacara untuk jurnalis AP mengatakan bahwa reporter tersebut telah didakwa di bawah bagian hukum pidana karena menerbitkan materi yang dapat menyebabkan seorang tentara atau anggota layanan lainnya 'memberontak atau mengabaikan atau gagal dalam tugasnya' merupakan kejahatan.  

Reporter lain telah ditangkap di kota pesisir Myeik, kata agen Suara Demokratik Burma. 

Amerika Serikat memperingatkan militer Myanmar bahwa AS akan mengambil tindakan lebih banyak jika pasukan keamanan membunuh orang-orang tak bersenjata, dan menyerang jurnalis dan aktivis, yang oleh juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price, disebut sebagai 'kekerasan yang menjijikkan'.*** 

 

Sumber: Reuters

Editor: Oktavianus Cornelis

Tags

Terkini

Terpopuler