Menkop UKM RI Vs TikTok, Benarkah Projek S Ancam dan Rugikan UMKM? Berikut Faktanya

- 14 Juli 2023, 20:43 WIB
Tiktok bantah Projek S ancam keberadaan UMKM
Tiktok bantah Projek S ancam keberadaan UMKM /

KALBAR TERKINI - Sebelumnya viral tuduhan yang dilontarkan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM), Teten Masduki dan DPR yang mengklaim algoritma TikTok bisa membaca kebiasaan konsumsi warga RI sehingga 21 juta UMKM lokal yang sudah terjun ke marketplace tetap kalah saing dengan banjir barang impor.

Menurut Teten, algoritma TikTok bisa membaca kebiasaan penggunanya, sehingga berbuah data yang digunakan untuk menggambarkan keinginan konsumen di Indonesia.

"Dia bisa memberikan informasi kepada produsen UMKM di China yang mau masuk ke Indonesia, sehingga ini suatu ancaman, karena itu ancaman bagi UMKM.

Baca Juga: Pengertian Pinjaman syariah,Simak Bagaimana Cara dan Syarat Melakukan Pinjaman di Bank Syariah Tanpa Jaminan

Kita sudah perdagangan bebas, tapi saya kira setiap negara juga perlu melindungi UMKM, jangan sampai kalah bersaing," ungkapnya di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta Selatan, Selasa 11 Juli 2023 yang lalu.

Pernyataan Teten tersebut dibantah TikTok yang mengklaim program tersebut tidak ada di Indonesia, meski tak secara eksplisit menyebutkan Project S.

Selain itu, perusahaan TikTok juga membantah soal bisnis lintas batas (cross-border) di TikTok Shop Indonesia.

Platform milik ByteDance, China, ini justru mengklaim memiliki salah satu program untuk memberdayakan UMKM lokal melalui TikTok Jalin Nusantara yang telah diumumkan pada acara TikTok SEA Impact Forum.

Menkop UKM, Teten Masduki tuding Projek S dari TikTok ancam keberadaan UMKM Indonesia.
Menkop UKM, Teten Masduki tuding Projek S dari TikTok ancam keberadaan UMKM Indonesia. ANTARA

Mengenal Lebih Dekat Projek S

Dikutip dari artikel Financial Times, Project S merupakan upaya TikTok untuk mulai menjual produknya sendiri.

Menurut enam orang yang mengetahui bahasan ini, ByteDance sedang membangun unit ritel online untuk berkompetisi dengan kelompok-kelompok seperti merek fast-fashion Shein dan aplikasi Temu, sebuah situs yang menjual produk murah.

Project S  dipimpin oleh Bob Kang, kepala e-commerce ByteDance yang baru-baru ini melakukan perjalanan dari Shanghai untuk mengkoordinasikan langkah-langkah tersebut untuk eksekusi program di kantor TikTok di London.

Program ini dilaporkan bekerja dengan memanfaatkan pengetahuan TikTok tentang barang-barang yang menjadi viral di aplikasi dan memungkinkan ByteDance untuk mendapatkan atau membuat barang-barang itu sendiri.

Baca Juga: Pengertian dari CSR Hingga Manfaatnya Bagi Masyarakat Sekitar

TikTok kemudian mempromosikan produk buatannya secara besar-besaran dan mengalahkan penjual lain di TikTok.

Perusahaan asal China tersebut menggunakan jaringan pemasok untuk memproduksi barang-barang untuk penawaran produk yang dimuat dalam fitur Trendy Beat.

Produk-produk di Trendy Beat ini belakangan dilaporkan terlihat oleh sejumlah pengguna TikTok di Inggris.

Semua barang yang diiklankan dikirim dari Cina, dijual oleh perusahaan yang terdaftar di Singapura yang dimiliki oleh perusahaan induk TikTok yang berbasis di Beijing, ByteDance.

Meski tidak secara gamblang menyebut Project S dan fitur Trendy Beat, TikTok mengakui pihaknya tengah mengembangkan fitur terbaru untuk meningkatkan pengalaman belanja untuk para penggunanya.***


Editor: Bowo SBS

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x