Gawai Dayak Iban di Sarawak: Babi dan Nila 'Bersaing Ketat'!

- 6 Juni 2022, 14:23 WIB
Lazarus berfoto bersama masyarakat adat pada perayaan Pekan Gawai Dayak ke 36 di Pontianakdayak
Lazarus berfoto bersama masyarakat adat pada perayaan Pekan Gawai Dayak ke 36 di Pontianakdayak /ari/

Rumah panjang Dayak Iban dengan 57 pintu di Distrik Lubok Antu, Sarawak, telah hidup kembali di Gawai Dayak ini setelah dua tahun hening.

Sebelumnya, kepala rumah panjang memastikan bahwa aturan Covid-19 tentang social distancing diterapkan secara ketat di semua rumah panjang.

Itu, dan aturan lain bertujuan untuk menghentikan penyebaran Covid-19, sehingga berarti tidak ada Gawai Dayak, karena khawatir virus itu bisa menginfeksi banyak orang di masyarakat.

Pada 2020, warga Sebangki Panjai, yang tinggal dan bekerja di kota-kota besar Sarawak, seperti Kuching, Sibu, Bintulu, Miri, bahkan hingga Kuala Lumpur atau Kota Kinabalu di Sabah.

Mereka tidak bisa pulang karena perintah pengendalian pergerakan dan penutupan perbatasan.

Knedati begitu, masih saja ada warga yang ketika itu diam-diam mengundang tetangga untuk 'ngabang' (kunjungan) kecil-kecilan, hanya untuk mendapatkan kemiripan dengan 'suasana Gawai'.

Gawai Dayak menandai berakhirnya festival panen padi. Ini adalah festival terpenting dalam kalender untuk kelompok etnis terbesar di negara bagian itu.

Rumah panjang tempat Gawai Dayak ini jaraknya empat jam perjalanan dari Kuching ke Sebangkie Panjai, dan 12 jam dari Miri, di bagian utara negara bagian.

Seperti yang diperkirakan, lalu lintas di Jalan Raya Pan Borneo, yang telah selesai 70 persen, sangat padat.

Elizabeth Serai, yang bekerja untuk sebuah perusahaan minyak dan gas di Kota Kinabalu, kembali ke rumah panjang suaminya, untuk menjadi 'kepala koki' di dapur keluarga.

Halaman:

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: Free Malaysia Today


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x