Kisah Pilu Ngozi Okonjo-Iweala, Anak Kolong yang jadi Dirjen WTO

22 Februari 2021, 00:30 WIB
DIRJEN WTO - Dengan jabatan sebagai Dirjen WTO yang akan resmi dijalankannya pada 1 Maret 2021, Ngozi Okonjo-Iweala menjadi orang Afrika pertama dan juga wanita pertama yang memimpin WTO. Penunjukan Okonjo-Iweala terjadi setelah 164 anggota WTO secara bulat memilihnya./SCREENSHOT TWITTER NGOZI OKONJO-IWEALA/ /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

KALBAR TERKINI - Pada 1968, di balik deru Perang Biafra di Nigeria, siang itu Ngozi Okonjo-Iweala  tertatih-tatih. Sambil menahan lapar, tubuh ringkih  Okonjo-Iweala menggendong adiknya. Perempuan 14 tahun ini bergegas menuju ke sebuah klinik.

Adiknya  yang masih berusia tiga tahun, terkulai lemah di gendongannya. Malaria mengancam nyawanya. Melihat wajah sang adik kian memucat, Okonjo-Iweala semakin cemas. Tubuh mungilnya dipaksakan untuk segera tiba di klinik.

Ketika itu, tak ada orang lain yang bisa menolong sang adik selain dirinya sendiri. Ibunya sakit. Ayahnya yang berpangkat sersan, sedang bertugas di medan perang.

Setelah terseok-seok berjalan kaki sepanjang tiga mil,   tiba di klinik. Nafas tersengal-sengal, berkeringat, tubuhnya lemas. Situasi yang serba sulit akibat perang membuat keluarganya menghemat makanan. Itu sebabnya kala itu badan Okonjo-Iweala lunglai.

Baca Juga: Teriakkan Dua Kalimat Syahadat, Tentara Pakistan Ledakkan Mortir, Tewas bersama Teroris

Okonjo-Iweala nyaris putus asa melihat 600 lebih pasien antre di klinik. Setelah tertegun sesaat melihat kondisi adiknya, Okonjo-Iweala pun  menerobos kerumunan massa. Dia memanjat melalui jendela untuk menemui dokter. "Saya tahu, jika tidak mendapat bantuan, adik saya akan mati," kata Okonjo-Iweala.

Suntikan malaria menyelamatkan nyawa saudara perempuannya.

Ditempa Kerasnya Masa Kecil

Masa lalu yang sulit telah menempa mentalnya  menjadi sekeras baja. Lahir  di Niegeria, 13 Juni 1954, dalam usia 18 tahun, setelah melewati masa-masa yang serba susah dan perang perang berakhir, Okonjo-Iweala berangkat ke Amerika Serikat (AS), dan kuliah di Universitas Harvard.

Beberapa tahun kemudian, Okonjo-Iweala menikahi Ikemba, kekasih masa kecilnya. Pada 1976,  Okonjo-Iweala meraih gelar di bidang ekonomi disusul gelar PHD di bidang yang sama dari Institut Teknologi Massachusetts.

Okonjo-Iweala menghabiskan 25 tahun di Bank Dunia di Washington DC sebagai ekonom pembangunan dan menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia. Jabatan ini membuatnya mengawasi portofolio operasional lembaga senilai 81 miliar dolar AS ini di Afrika, Asia Selatan, Eropa, dan Asia Tengah.

Okonjo-Iweala pernah memegang jabatan di Nigeria sebagai Menteri Keuangan. Kemudian pada Oktober 2007-Juli 2011, Okonjo-Iweala balik ke AS dan  kemudian menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia.

Baca Juga: Mengenal Jenderal Listyo Sigit, Kapolri Dengan Kekayaan Rp 8,3 Miliar

Sebelumnya, ibu empat anak, dan istri dari Ikemba Iweala, seorang ahli bedah saraf, ini pernah bikin teman-temannya di Bank Dunia pada 2003, geleng-geleng kepala. Kala itu, Okonjo-Iweala dianggap nekat ketika meninggalkan pekerjaannya yang begitu mapan, sebagai Wakil Presiden Bank Dunia serta keluarga, 'hanya' untuk menjadi menteri di suatu negara miskin.

Toh demi kecintaannya kepada bangsa dan negara, Okonjo-Iweala rela bekerja selama 20 jam sehari di Abuja, Ibu Kota Nigeria, sebagai Menteri Keuangan. Okonjo-Iweala menata perekononian Nigeria, yang kala itu masuk peringkat kedua paling korup di dunia setelah Bangladesh.

Okonjo-Iweala bertekat mensejahterakan 130 juta penduduk Nigeria dari hasil minyak, sumber keuangan utama negara Afrika yang notabene tak membuat Nigeria menhadi negara yang makmur. Okonjo-Iweala pun memecat pejabat dan menteri yang korup dan mengurangi layanan sipil yang membengkak. Bahkan, Okonjo-Iweala berhasil mengurangi bunkering, suatu praktik di Nigeria di mana pejabat pemerintah dan tentara mencuri minyak mentah.

Wanita 'Bermasalah'

'"Ketika saya menjadi menteri keuangan, mereka memanggil saya okonjo wahala," katanya sambil tertawa kecil.  "Artinya, 'aku memberimu neraka.' Tapi, saya tidak peduli mereka memanggil saya apa. Saya pejuang. Saya sangat fokus pada apa yang saya lakukan, dan tidak kenal lelah untuk apa yang ingin saya capai. Jika Anda menghalangi saya, kamu saya tendang," lanjutnya tertawa. 

Pada 2000, ketika Olusegun Obasanjo menjadi Presiden Nigeria dalam pemilihan demokratis pertama Nigeria, paska tumbangnya diktator kejam, Jenderal Sani Abacha, Olusegun meminta Okonjo-Iweala menulis laporan singkat tentang reformasi ekonomi.  

Presiden baru sangat senang dengan hasilnya, sehingga memutuskan Okonjo-Iweala harus menjadi menteri keuangannya. "Tidak pernah terlintas dalam pikiran saya untuk menjadi menteri keuangan," katanya. "Saya yakin, ini kesempatan sekali seumur hidup. Saya merasa, Nigeria tidak harus menyerah pada citra sebagai negara yang korup." 

 Baca Juga: Mengharukan, Pernyataan Dubes Rusia ke AS: Kami Ingin Damai, Siapa yang akan Mereka Bom?

Jadi Dirjen WTO

Setelah perjalanan yang panjang,  Okonjo-Iweala dipercaya menjabat sebagai Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO), badan PBB yang menangani perdagangan.

Dengan jabatan tersebut, yang resmi dijalankannya pada  1 Maret 2021, Okonjo-Iweala menjadi orang Afrika pertama dan juga wanita pertama yang memimpin WTO. Penunjukan Okonjo-Iweala terjadi setelah 164 anggota WTO secara bulat memilihnya untuk menjalani masa jabatan empat tahun sebagai direktur jenderal badan internasional tersebut, terhitung sejak 1 Maret 2021.

Kelak,  begitu memimpin WTO, fokus utama Okonjo-Iweala adalah mengatasi pandemi Covid-19 termasuk memastikan pasokan vaksin yang memadai ke negara-negara miskin.

“Kami juga akan mendorong suatu penemuan, yang saya sebut sebagai cara ketiga, di mana vaksin dapat diproduksi di lebih banyak negara," kata Okonjo-Iweala. 

“WTO yang kuat, sangatlah penting, jika kita ingin pulih sepenuhnyadari kehancuran yang ditimbulkan oleh pandemi ini. Saya berharap kita  dapat bekerja sama untuk membentuk dan menerapkan kebijakan demi pemulihan ekonomi global. Organisasi kita menghadapi banyak sekali tantangan. Tapi dengan bekerja sama, kita bisa bersama-sama mampu membuat WTO lebih kuat," tegasnya.*** 

 

Sumber: The Guardian & The South of African

Editor: Oktavianus Cornelis

Tags

Terkini

Terpopuler