Nada bicara Gądecki penting karena sangat kontras dengan kenetralan komparatif Vatikan dan Fransiskus hingga saat ini.
Takhta Suci Vatikan telah menyerukan perdamaian, koridor kemanusiaan, gencatan senjata, dan kembalinya negosiasi, bahkan menawarkan dirinya sebagai mediator.
Tetapi, Paus Fransiskus sebagai pemimpin umat Roma Katolik Sedunia ini, belum secara terbuka mengutuk Rusia atas invasinya, atau secara terbuka mengajukan banding ke Kirill.
Pihak Tahta Suci Vatikan bahkan tidak memberikan komentar tentang serangan Rusia ke pembangkit nuklir Ukraina yang merupakan terbesar di Eropa sehingga memicu kebakaran pada Jumat lalu.
Baca Juga: Paus Fransiskus Doakan Korban Bom Gereja Katedral Makasar
Paus Fransiskus telah menyatakan bahwa kepemilikan senjata nuklir semata-mata tidak bermoral, dan memperingatkan agar tidak menggunakan energi atom karena ancaman lingkungan yang ditimbulkan oleh kebocoran radiasi.
Adapun 'keheningan' paus Fransiskus bahkan lebih penting. Sebab, lebih baik jika tidak memihak atau secara terbuka memanggil agresor.
Argumen seperti itu telah lama digunakan untuk membela Paus Pius XII, paus era Perang Dunia II, yang dikritik oleh beberapa kelompok Yahudi karena tidak cukup berbicara menentang Holocaust oleh Jerman.
Vatikan menyatakan, diplomasi yang tenang akan membantu menyelamatkan nyawa manusia saat itu, dan melanjutkan tradisi itu dalam kebijakan Ostpolitik Perang Dingin, yakni diplomasi di belakang layar.
Paus Francis mengambil langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya minggu lalu, ketika dia pergi ke Kedutaan Besar Rusia untuk Takhta Suci kemudian bertemu dengan duta besar.