Mengerikan, Sel Kanker Tiap Pasien Dihuni Gerombolan Jamur: Pengaruhi Kelangsungan Hidup Pengidap!

- 5 Oktober 2022, 09:56 WIB
Ilustrasi. Peringatan dini kanker yang tak boleh diabaikan
Ilustrasi. Peringatan dini kanker yang tak boleh diabaikan /Pixabay/Colin Behrens/

KALBAR TERKINI - Para ilmuwan terus meneliti dampak dari jamur yang ditemukan dalam 35 jenis penyakit kanker di tubuh manusia.

Mengerikan. Ibarat suporter aanrkis sepakbola, komunitas mikroba ini bergerombol di tubuh tiap pasien yang diteliti.

Banyak-tidaknya jumlah jamur ini kemungkinan juga mempengaruhi aspek biologi setiap kanker.

Semakin banyak tumor di setiap sel kanker pasien maka akan semakin pendek pula kelangsungan hidup pasien itu sendiri.

Baca Juga: Ibu Balita Pengidap Kanker Curi Data Perusahaan Australia!

Para ilmuwan menemukan jejak jamur yang bersembunyi di tumor orang dengan berbagai jenis kanker.

Ini termasuk kanker payudara, usus besar, pankreas, dan paru-paru, dilansir Kalbar-Terkini.com dari Live Science, Selasa, 4 Oktober 2022.

Dua studi baru, keduanya diterbitkan pada Kamis 29 September 2022 di Jurnal Cell, mengungkap DNA dari sel jamur.

Jamur ini bersembunyi di tumor di seluruh tubuh.

Baca Juga: Bedak Bayi Johnson Berhenti Dijual, Hadapi 38 Ribu Tuntutan Karena Mengandung Asbes dan Sebabkan Kanker

Dalam satu penelitian, para peneliti membersihkan sidik jari genetik jamur di 35 jenis kanker yang berbeda.

Kemudiandiperiksa lebih dari 17.000 sampel jaringan, darah dan plasma dari pasien kanker.

Tidak setiap sampel jaringan tumor diuji positif jamur.

Tetapi secara keseluruhan, tim menemukan jamur di semua 35 jenis kanker yang dinilai.

"Beberapa tumor tidak memiliki jamur sama sekali, dan beberapa memiliki jumlah jamur yang sangat banyak," kata peneliti senior Ravid Straussman.

Straussman.adalah ahli biologi kanker di Weizmann Institute of Science di Rehovot, Israel.

Menurut perkiraannya, beberapa tumor mengandung satu sel jamur untuk setiap 1.000-10.000 sel kanker.

"Tumor kecil ini dapat memuat satu miliar atau lebih sel kanker, dan jamur ini mungkin memiliki efek besar pada biologi kanker," katanya.

Straussman dan timnya menemukan bahwa setiap jenis kanker cenderung dikaitkan dengan koleksi spesies jamur yang unik.

Ini termasuk jamur yang biasanya tidak berbahaya yang diketahui hidup pada manusia.

Juga beberapa jamur yang dapat menyebabkan penyakit, seperti infeksi jamur.

Pada gilirannya, spesies jamur ini sering hidup berdampingan dengan bakteri tertentu di dalam tumor.

Untuk saat ini, tidak diketahui apakah, dan bagaimana mikroba ini berinteraksi dalam tumor.

Pun apakah interaksi jamur-jamur ini membantu memicu penyebaran kanker.

Studi sel kedua menemukan hasil yang serupa dengan yang pertama, tetapi berfokus secara khusus pada tumor gastrointestinal, paru-paru dan payudara.

Para peneliti juga menemukan, masing-masing dari ketiga jenis kanker ini cenderung menjadi tuan rumah genus jamur Candida, Blastomyces, dan Malassezia.

Kedua kelompok penelitian menemukan petunjuk, pertumbuhan jamur tertentu mungkin terkait dengan hasil kanker yang lebih buruk.

Sebagai contoh, kelompok Straussman menemukan pasien kanker payudara dengan jamur Malassezia globosa di tumor mereka.

Tumor ini menunjukkan tingkat kelangsungan hidup yang lebih buruk daripada pasien yang tumornya tidak memiliki jamur.

Kelompok kedua, dipimpin oleh ahli imunologi Iliyan Iliev di Weill Cornell Medicine di New York City.

Ditemukan, pasien dengan kelimpahan Candida yang relatif tinggi dalam tumor gastrointestinal mereka menunjukkan peningkatan aktivitas gen.

Ini terkait dengan peradangan yang merajalela, penyebaran kanker, dan tingkat kelangsungan hidup yang buruk, Nature melaporkan .

Terlepas dari petunjuk awal ini, tidak ada penelitian yang dapat secara pasti mengatakan apakah jamur benar-benar mendorong hasil yang buruk ini.

Atau juga jika kanker agresif hanya menciptakan lingkungan di mana jamur ini dapat dengan mudah tumbuh.

Studi juga tidak membahas apakah jamur dapat berkontribusi pada perkembangan kanker, mendorong sel-sel sehat untuk berubah menjadi kanker.

Kedua studi tersebut datang dengan keterbatasan yang sama.

Misalnya, keduanya mengambil sampel jaringan dan darah dari database yang ada.

"Dan, mungkin saja beberapa sampel telah terkontaminasi jamur selama proses pengumpulan," kata Ami Bhatt, spesialis mikrobioma di Stanford University di California.

Straussman menjelaskan, studi awal ini berfungsi sebagai batu loncatan untuk penelitian masa depan mikobiota.

Ini juga berarti terkait dengan peneitian mengenai komunitas mikroba yang berhubungan dengan kanker.

"Kami perlu mengevaluasi semua yang kami ketahui tentang kanker," katanya.

"Lihatlah segala sesuatu melalui lensa mikrobioma - bakteri, jamur, tumor, bahkan virus. Ada semua makhluk ini di dalam tumor, dan mereka pasti memiliki beberapa efek," lanjutnya.***

Sumber: Live Science

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: Live Science


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah