Mengenal Madain Saleh dan Al Ula, Kota yang Dijauhi Nabi Muhammad Namun Kini Bakal Dijadikan Tempat Wisata

12 Februari 2022, 01:06 WIB
Al Ula dan Madain Saleh /Nur Aliem Halvaima/foto dok Mappa Manan

KALBAR TERKINI - Mengenal Madain Saleh dan Al Ula, Kota yang Dijauhi Nabi Muhammad Namun Kini Bakal Dijadikan Tempat Wisata.

Arab Saudi di bawah pemerintahan Pangeran Muhammad Bin Salman memiliki ambisi luar biasa.

Satu di antara yang dianggap sebagai proyek ambisius tersebut yakni rencana mengubah dua kota yang dianggap angker yakni Maadin Saleh Al Ula sebagai tempat wisata.

Baca Juga: NIAT dan Tata Cara Puasa Senin Kamis Pada Bulan Rajab, Amalan yang Selalu Dikerjakan Nabi Muhammad SAW

Tak tanggung-tanggung, dua wilayah tersebut akan dikucur dana hingga ratusan trilun rupiah agar menjadi destinasi wisata terbaik.

Dalam beberapa video yang viral, MBS menyebut akan menjadikan Arab Spring Eropa masa depan tepatnya di atas tahun 2030 mendatang.

"Tahun 2030 mendatang, Negeri Arab akan menjadi Eropa masa kini," ujarnya.

Tak hanya menyebut Arab Saudi yang dipimpinnya, MBS juga menyebut negara-negara Arab Spring lain seperti Uni Emirat Arab, Qatar, Oman, Mesir, Bahrain dan yang lainnya.

Baca Juga: Forn Al-Shaikh, Toko Roti di Arab Saudi sejak Zaman Ottoman

"Semua wilayah-wilayah arab akan berubah 30 tahun yang akan datang. Mereka akan menjadi Eropa nya hari ini," ujarnya.

Kedua kawasan yakni Madain Saleh dan Al Ula, merupakan nama daerah wisata yang disebut pernah dihindari oleh warga Saudi.

Bahkan dua wilayah itu diriwayatkan pernah dijauhi Nabi Muhammad SAW.

Kota Al-Ula, tempat wisata unggulan yang dibuka pada 2019, menjadi terkenal akibat salah satu situs pemakamannya, yakni Mada'in Saleh.

Baca Juga: AYAT KURSI, Tulisan Arab, Terjemahan dan Keutamaannya

Mada'in Saleh merupakan kota yang dibuat oleh Nabatean, kaum pra-Islam Arab yang juga membuat situs Petra di Jordan, dikutip dari Al Jazeera.

Menurut Pengamat Timur Tengah dari Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) Fahmi Salsabila, kedua wilayah itu dikatakan 'berhantu.'

Bahkan, ia menuturkan Nabi Muhammad enggan berkunjung ke tempat tersebut.

Di kawasan Al Ula dan Mada'in Saleh, dikatakan sebagai kawasan yang dalam sejarahnya orang Arab sendiri jarang (pergi) ke sana.

"Ada kisah ketika Nabi Muhammad lewat situ. Beliau tidak mau minum dari daerah itu, bergegas untuk segera meninggalkan daerah tersebut, tanpa menoleh kanan-kiri," ucap Fahmi saat diwawancara belum lama ini.

"Bahkan ada yang menyebut itu kota hantu, karena tidak ada penghuni, dan juga Nabi Muhammad dikisahkan tidak mau singgah, tidak mau minum," tuturnya lagi.

Al Ula menjadi salah satu kota yang dibangun sebagai destinasi wisata, dikutip dari Reuters. Meski demikian, kota ini dikenal sebagai tempat yang 'berhantu.'

Fahmi menyebut beberapa masyarakat Saudi menganggap wilayah ini merupakan 'markas' jin yang harus dijauhi.

Sementara itu, profesor di Departemen Arkeologi Universitas Raja Saud, Ahmad Mohammed Al-Aboudi menuturkan, kaum pertama yang menempati Al Ula adalah Tsamud, baru disusul oleh Nabatean.

Al-Aboudi sendiri telah menghabiskan waktu 14 tahun untuk meneliti situs tersebut, dikutip dari Al Arabiya.

Di sisi lain, kisah kaum Tsamud kerap disebutkan dalam Al-Qur'an. Kekuatan bangsa Tsamud dan ukiran rumah mereka di pegunungan juga sempat disinggung dalam kitab suci ini.

Mada'in Saleh merupakan salah satu situs warisan dunia yang terdaftar dalam UNESCO.

Namun, kota berumur 2.000 tahun ini dipercaya merupakan kawasan yang kena kutukan.

Mengutip Arab News, nama Mada'in Saleh terkait dengan Nabi Saleh yang disebut dalam Al-Quran sebagai "Al-Hijr".

Tempat ini digambarkan penuh dengan bebatuan dan pengunungan.

Selain itu, tempat ini disebut memiliki sumur yang menjadi sumber air minum unta betina milik Nabi Muhammad.

Menurut laman resmi UNESCO, Mada'in Saleh menyimpan 114 makam kaum Nabatean.

Meski menjadi tempat wisata, masyarakat Muslim jarang masuk ke wilayah ini.

Umat Islam percaya situs ini terkutuk karena kaum Nabatean menolak meninggalkan kepercayaan mereka, dikutip dari dari BBC

Selain itu, visa turis Arab Saudi sulit didapatkan oleh masyarakat non-Muslim, menjadikan warisan sejarah ini tetap terjaga.

Kaum Natabean sendiri sempat berkuasa atas Mada'in Saleh.

Namun di 106 Masehi, Kekaisaran Nabatea dianeksasi oleh Romawi, menjadikan kaum itu tak lagi kuat.

Kaum ini juga disebut tak menyembah Tuhan, melainkan menyembah dewa-dewi.

Mada'in Saleh menyimpan situs Jabal Ithlib, yang dipercaya merupakan tempat suci bagi kelompok Nabatean.

Kaum Nabatean juga disebut memuja Dewa Dushara, yang juga dikenal sebagai Penguasa Pegunungan, di tempat ini.

Saudi Bangun Al Ula, Kota Dihindari Nabi Muhammad SAW

Sementara diketahui kabar bahwa saat ini, Arab Saudi menggelontorkan modal hingga US$15 miliar (Rp214 triliun) untuk mega proyek kota bersejarah Al Ula hingga 2035.

Langkah ini dilakukan sebagai salah satu upaya Saudi mendifersifikasi ekonomi dengan menggenjot sektor wisata beberapa daerah, termasuk Al Ula.

Padahal, Al Ula menjadi salah satu wilayah yang menurut riwayatnya dihindari Nabi Mumammad di masa lalu.

Al Ula dikenal sebagai kawasan yang 'berhantu,' yang beberapa tahun mendatang disulap jadi kawasan wisata.

Banyak masyarakat Saudi yang percaya kawasan itu merupakan tempat jin dan ruh jahat sehingga harus dihindari.

Pembangunan Al Ula akan dibagi menjadi tiga tahap yakni pada 2023, 2030, dan 2035.

Pemerintahan Raja Salman akan menggelontorkan US$2 miliar (Rp28 triliun) sebagai pendanaan awal untuk mengembangkan kawasan Al Ula

CEO Komisi Kerajaan untuk Al Ula (RCU), Amr Almadani, mengatakan dana juga akan mengucur dari kemitraan Saudi dengan pihak swasta yakni sebesar US$3,2 miliar (Rp45) yang akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur kota di tahap satu pada 2023.

"Kita tak ada masalah dalam mengeksekusi fase satu, termasuk pengembangan bandara, yang sudah selesai," kata Al Madani dikutip Arab News, April lalu.

RCU didirikan Kementerian Keuangan Saudi pada Juli 2017 untuk mengelola perkembangan kota Al Ula.

Proyek itu, katanya, juga akan mulai mengembangkan infrastruktur trem rendah karbon.

"Dan sejauh ini, pengalaman pengunjung kami di situs warisan dan alam sedang ditingkatkan," lanjut Al Madani.

Termasuk 22 kilometer pertama sistem trem rendah karbon dari rencana sepanjang 46 kilometer.

Pengembangan jaringan energi terbarukan, dan peningkatan sistem pasokan air, dan instalasi pengolahan air limbah.

Al Ula terletak 1.100 kilometer dari Ibu Kota Riyadh.

Situs ini terdiri dari 22.561 kilometer persegi padang pasir, pegunungan batu pasir, dan situs warisan budaya kuno, termasuk Hegra, yang masuk dalam Situs Warisan Dunia UNESCO pertama di Saudi.

Hegra merupakan situs kota kuno yang terletak di kota selatan utama kerajaan Nabatean.

Area ini terdiri dari hampir 100 makam dengan fasad rumit yang dipotong menjadi batu pasir.

Tahun lalu, Putra Mahkota MbS, mengumumkan proyek pembangunan Al Ula atau 'Journey Through Time Masterplan' yang diharapkan selesai pada 2035.

Proyek pengembangan itu bertujuan menciptakan 38 ribu lapangan pekerjaan, menarik 2 juta pengunjung per tahun, memperluas populasi daerah menjadi 130 ribu jiwan dan menyumbang $32 miliar atau Rp458 triliun untuk ekonomi Kerajaan.

"Kami sudah masuk pasar. Kami sudah secara aktif terlibat dengan beberapa perusahaan investasi dan struktur dana agar berpartisipasi mulai hari ini," katanya.

Brand perhotelan internasional seperti Accor/Banyan Tree, dan Habitat mengonfirmasi partisipasi mereka, dan lebih banyak lagi yang akan terlibat dalam proyek itu.

AlMadani mengatakan, mayoritas minat investasi awal berasal dari pemain domestik, tetapi ketika proyek mulai terbentuk.

Pemain internasional diharapkan bergabung dalam kemitraan dengan pengembang dan investor lokal.

Kingdoms Institute, pusat global Al Ula untuk penelitian arkeologi dan konservasi, sudah melakukan penggalian ekstensif di situs tersebut.

Tim telah menemukan lebih dari 1.000 mustatil yang sebelumnya tidak diketahui.

Mustatil, yang dalam bahasa Arab berarti persegi panjang, adalah bangunan berdinding batu kuno besar berusia ribuan tahun.

Penelitian mustatil merupakan prioritas RCU dan proses pengungkapannya saat ini menjadi fokus serial dokumenter Discovery Channel.

Al Madani mengatakan Saudi, harus menyadari potensi lanskap budaya yang menakjubkan dan menunjukkan ke dunia sebagai museum yang hidup.

"Sembari memastikan kami memberi penduduk peluang ekonomi baru dan pengalaman unik para pengunjung, menyatukan semua ini secara terintegrasi sebenarnya merupakan tantangan," katanya.

Proyek itu juga untuk mematahkan stigma bahwa pembangunan harus mengorbankan alam.

"Inilah yang membuat kami bersemangat, untuk mengeluarkan kepada dunia model baru untuk pembangunan berkelanjutan yang menghormati budaya, warisan, dan penduduk negeri ini."***

Editor: Slamet Bowo Santoso

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler