IPW: Serangan Teroris ke Mabes Polri Terkait Dendam Tewasnya Anggota FPI di Tol Cikampek!

- 1 April 2021, 16:56 WIB
ILUSTRASI TERORIS WANITA - Menurut Ketua Presidium IPW Neta S Pane, kelompok teroris memberikan sinyal bahwa mereka kini punya pasukan khusus, pasukan Inong Baleh. Sama seperti saat pasukan GAM disisir habis oleh Polri dan TNI di era konflik Aceh, GAM mengedepankan pasukan perempuan atau Inong Baleh./FOTO: PIXABAY/
ILUSTRASI TERORIS WANITA - Menurut Ketua Presidium IPW Neta S Pane, kelompok teroris memberikan sinyal bahwa mereka kini punya pasukan khusus, pasukan Inong Baleh. Sama seperti saat pasukan GAM disisir habis oleh Polri dan TNI di era konflik Aceh, GAM mengedepankan pasukan perempuan atau Inong Baleh./FOTO: PIXABAY/ /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

PONTIANAK, KALBAR TERKINI - Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane  menilai, serangan nekat teroris ke Mabes Polri nekat tak lepas dari dendam kesumat kelompok teror.

Dendam  ini  terkait belum tuntasnya penanganan peristiwa penembakan di Kilometer 50 Tol Cikampek, Karawang, Jawa Barat. "Melihat mulusnya strategi serangan di Mabes Polri, bukan  mustahil kelompok teror ini sedang menyiapkan serangan baru yang lebih besar," kata Neta sebagaimana dikutip Kalbar-Terkini,com dari siaran pers IPW ke grup Whatsupp Wartawan 3 Zaman, Kamis, 1 April 2021.

Baca Juga: Serangan Teroris, Bamsoet: Alarm Keras untuk Waspada!

Baca Juga: Penyerang Mabes Polri Disebut Mahasiswi dan Anggota Perbakin, Bamsoet: KTA nya Anggota Airsoft Gun

Baca Juga: Teroris Perempuan Serang Mabes Polri, Perhatikan Detik-Detik Penyerangan Berikut

Sebagaimana diberitakan, insiden di Kilometer 50 Tol Cikampek, Senin, 7 Desember 2020 dini hari, menewaskan  enam anggota Front Pembela  Islam (FPI), sebuah ormas yang sudah dinyatakan terlarang oleh Pemerintah Indonesia. Mereka tewas dalam insiden dengan jajaran petugas Polda Metro Jaya, saat mengawal Rizieq Shihab, sang pemimpin.

Pada Kamis, 4 Maret 2021, sebagaimana siaran pers Polri lewat Tribrata News, Bareskrim Polri menghentikan kasus dugaan penyerangan enam anggota ormas terlarang itu. Kepala Divisi Humas Polri Irjen Argo Yuwono menyatakan,  status tersangka enam anggota Laskar FPI itu pun gugur.

"Kasus penyerangan di Tol Jakarta-Cikampek dihentikan. Dengan begitu, penyidikan serta status tersangka sudah gugur," tegansya.

Menurut Argo, penghentian kasus ini sesuai Pasal 109 KUHP. Sebab,  para tersangka sudah meninggal dunia. Dengan demikian, seluruh penyidikan perkara tersebut, dan status tersangka atasenam anggota ormas itu sudah tidak berlaku di mata hukum.

Masih terkait kasus itu, penyidik sudah menerbitkan Laporan Polisi (LP) soal dugaan adanya unlawful killing yang dilakukan polisi terhadap empat dari enam anggota laskar ormas itu yang tewas. Tiga polisi dari Polda Metro Jaya sudah berstatus terlapor.

Menurut Argo, hal itu sudah sesuai dengan instruksi Kapolri Listyo Sigit Prabowo, untuk menjalankan rekomendasi dan temuan dari Komnas HAM soal perkara ini. "Rekomendasi dan temuan Komnas HAM kami sudah jalankan. Saat ini masih terus berproses," tegasnya.

Neta: Tiru GAM Aceh
Itu sebabnya Neta berharap supaya Polri lebih waspada. Sebab, ketika polisi menggerebek pelaku teroris di banyak lokasi, justru Mabes Polri sebagai 'jantung' Polri terkesan lemah sehingga teroris bisa lolos dan beraksi dari dalam.

Serangan teror  ke Mabes Polri, atau 150 meter dari ruang kerja Kapolri Listyo Sigit Prabowo, adalah unjuk kekuatan bos teroris bahwa ada fenomena baru dalam aksi teror yang akan dimainkan ke depan. "Karena itu, Polri harus mencermati fenomena ini," tegasnya.

Menurut mantan wartawan ini, dalam fenomena itu, bos teroris ingin menunjukkan dua hal kepada publik. Pertama, kelompok teroris kini punya pasukan khusus, pasukan Inong Baleh. Sama seperti saat pasukan GAM disisir habis oleh Polri dan TNI di era konflik Aceh, mereka mengedepankan pasukan perempuan atau Inong Baleh.

Neta menilai, kelompok teroris sepertinya meniru apa yang dilakukan GAM. "Saat para teroris disisir habis oleh Polri, kini mereka menurunkan pasukan perempuan (Inong Baleh). Setelah serangan di gereja di Makassar, pasukan Inong Baleh masuk ke jantung Polri dan melakukan serangan yang mengagetkan dari dalam komplek Mabes Polri," tegasnya.

Kedua, lanjut Neta, bos teroris ingin menunjukkan bahwa pasukan Inong Baleh mereka, lebih nekat. Dengan kemampuan seadanya, dan tanpa paham 'medan pertempuran. pasukan Inong Baleh' teroris,  nekat melakukan serangan dari dalam Mabes Polri.

"Teroris menunjukkan teori baru: serangan tidak dari luar, tapi dari dalam. Para teroris ingin menunjukkan ke publik, bahwa inilah pertama kali dalam sejarah bahwa Mabes Polri bisa diserang teroris dari dalam. Para teroris ingin menunjukkan betapa lemahnya sistem keamanan Mabes Polri di era Kapolri Sigit," lanjutnya.

Di saat Polri sedang sibuk melakukan penggerebekan ke sarang teroris di berbagai tempat. justru markas besarnya malah kebobolan dari dalam.

IPW menilai, baik serangan di Makassar maupun di Mabes Polri, masih dalam tingkat peringatan atau ujicoba, bahwa akan ada serangan besar yang akan dilakukan bos teroris. Untuk itu, Polri harus segera mencari, dan menangkap bos teroris itu. Sebab bagaimana pun, baik serangan di Makassar maupun di Mabes Polri, ada pihak yang mengendalikan, dan tidak mungkin pelaku bekerja sendiri.

"Dalam kasus serangan di Mabes Polri, pihak kepolisian perlu menjelaskan, apa jenis senjata yang digunakan pelaku, benarkah Air Soft Gun. Benarkah pelaku berhasil melepaskan enam tembakan? Bagaimana senjata itu bisa masuk ke dalam Mabes Polri? Dengan siapa pelaku bertemu di dalam Mabes Polri, sehingga pelaku bisa mendapatkan senjata, dan melakukan serangan dari dalam?" tegansya. ***

 

Sumber: Grup Whatsupp Wartawan 3 Zaman

 

 

 

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah