Voyager 1 Tinggalkan Bumi 43 Tahun Silam: Masuki Ruang Antarbintang

- 11 Mei 2021, 07:00 WIB
VOYAGER 2 - Jarak Voyager 1 dari matahari lebih dari 150 kali jarak antara bumi dan matahari. Dibutuhkan lebih dari 21 jam untuk transmisi yang berjalan dengan kecepatan cahaya untuk tiba di bumi./NASA/JPL-CALTECH VIA SPACE/CAPTION: OKTAVISNUS CORNELIS/
VOYAGER 2 - Jarak Voyager 1 dari matahari lebih dari 150 kali jarak antara bumi dan matahari. Dibutuhkan lebih dari 21 jam untuk transmisi yang berjalan dengan kecepatan cahaya untuk tiba di bumi./NASA/JPL-CALTECH VIA SPACE/CAPTION: OKTAVISNUS CORNELIS/ /NASA/JPL-CALTECH VIA SPACE

KALBAR TERKINI - Masih ingat satelit  Voyager 1? Wahana penelitian luar angkasa ini sudah mengarungi luar angkasa  selama 43 tahun, tepatnya sejak  1977. Voyager 1 bahkan sudah meninggalkan tata surya, dan berada di ruangan antarbintang, suatu pencapaian perabadan manusia yang baru kali ini terjadi.

Ketika para ilmuwan yang menghadiri peluncurannya sebagian besar telah tiada, atau sudah berusia renta saat ini, Voyager 1 masih perkasa. Voyager terus meluncur, saat sejarah di dunia terus berputar, dan Voyager 1 rajin mengirimkan data-data terbaru terkait ilmu pengetahuan yang sangat berguna untuk peradaban umat manusia.

Voyager 1 sudah sangat jauh meninggalkan bumi, sebagaimana dikutip Kalbar-Terkini.com dari Science Alert, Senin, 10 Mei 2021.  Jaraknya dari matahari lebih dari 150 kali jarak antara bumi dan matahari.

Baca Juga: Roket Hamas Bombardemen Israel, Netanyahu: Siapun akan Bayar Mahal!

Dibutuhkan lebih dari 21 jam untuk transmisi yang berjalan dengan kecepatan cahaya untuk tiba di bumi.

Pada 2012,  Voyager 1 secara resmi telah melewati heliopause, batas di mana tekanan dari angin matahari tidak lagi cukup untuk mendorong angin dari ruang antarbintang.

Voyager 1 telah meninggalkan tata surya, dan ternyata ruang hampa di antarbintang ternyata tidak begitu kosong.

Dalam analisis data terbaru dari wahana pemberani, dari jarak hampir 23 miliar kilometer, para astronom telah menemukan sejak 2017 dan seterusnya, tentang dengungan konstan dari gelombang plasma di medium antarbintang, dan gas difus yang mengintai. di antara bintang-bintang.

"Ruang antarbintang ini sangat redup dan monoton, karena berada dalam bandwidth frekuensi yang sempit," kata astronom Stella Koch Ocker dari Cornell University. "Kami mendeteksi dengungan gas antarbintang yang samar,  dan terus-menerus." 

Halaman:

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah