“Mentari bersinar dengan indahnya.”
“Panasnya mengantarku bermimpi, indah panjang hingga bertemu bidadari.”
“Siapa yang berani mengganggu mimpiku yang sempurna!”
Secepat kilat berkelebat sebuah bayangan menyelamatkan Arimbi, bahkan keris ditangan prajurit kerajaan telah direbutnya.
Prajurit itu hanya terpaku saat waktu berhenti, hanya sekitar sepuluh detik, benar-benar berhenti.
Bahkan rambut Arimbi terlihat kaku, semua mematung tak ada yang bergerak.
Saat kembali waktu berjalan, didepan prajurit itu berdiri seorang Kakek tua sedang memainkan seruling.
Sementara tangan kanannya meremas keris yang diambil dari prajurit seperti meremas kerupuk hingga hancur menjadi bubuk besi.
Kakek tua itu tetap memainkan serulingnya dengan nada agak menyentak dan tubuh kedua Prajurit melayang terus melayang setinggi dua meter, dengan muka pucat dan badan gemetar mengigil.
Mereka berdua hanya bisa menatap tidak bisa bersuara, seakan suara Mereka hilang entah kemana.