Robo Robo, Keraton Mempawah Gelar Tradisi Leluhur untuk Mengenang Kedatangan Raja Pertama Opu Daeng Menambon

- 4 Oktober 2021, 01:28 WIB
Robo Robo, Keraton Mempawah Gelar Tradisi Leluhur untuk Mengenang Kedatangan Raja Pertama Opu Daeng Menambon
Robo Robo, Keraton Mempawah Gelar Tradisi Leluhur untuk Mengenang Kedatangan Raja Pertama Opu Daeng Menambon /Tangkapan layar Instagram @wonderfulmempawah/

 

KALBAR TERKINI - Robo Robo, Keraton Mempawah Gelar Tradisi Leluhur untuk Mengenang Kedatangan Raja Pertama Opu Daeng Menambon.

Tradisi Ritual Robo Robo akan digelar Keraton Amantubillah Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat hari ini, Senin-Rabu 4 -6 Oktober 2021.

Dilansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, Robo Robo merupakan adat dan tradisi yang telah dilakukan masyarakat Bugis di Mempawah sejak dulu dan masih bertahan hingga saat ini.

Baca Juga: Menikmati Keindahan Pesona Pulau Temajo Mempawah yang Tak Lekang oleh Waktu

Tradisi ini bertujuan untuk memohon ampun dan pertolongan kepada Allah SWT agar seluruh masyarakat terhindar dari bala bencana yang diturunkan pada setiap bulan Safar.

Tradisi Robo Robo menjadi agenda tahunan Pemerintah Kabupaten Mempawah bekerjasama dengan kerabat Keraton Amantubillah.

Kegiatan yang diselenggarakan sekali setiap tahun dalam kalender Islam, yaitu setiap hari Rabu terakhir bulan Safar ini, untuk mengenang kembali napak tilas kedatangan Raja Mempawah Pertama Opu Daeng Menambon beserta istri dan pengikutnya dari Sulawesi ke Kerajaan Matan Ketapang memasuki Sungai Kuala Mempawah.

Puncak kegiatan Robo Robo tahun ini diselenggarakan pada Rabu, 6 Oktober 2021 bertempat di Pelabuhan Muara Kuala Secapah Mempawah.

Baca Juga: Gawat, 111 Hektare Lahan Gambut di Mempawah Terbakar

Adapun rangkaian acara Robo Robo, sebuah tradisi masyarakat Melayu Mempawah yang dilansir oleh Panitia penyelenggara Pagelaran Warisan Budaya Tak Benda Indonesia 2021, diantaranya :

1. Senin, 4 Oktober 2021

Raja beserta keluarga Keraton Mempawah melakukan ritual buang-buang dan pelepasan Puaka (satwa) di Lubuk Sauh yang dipimpin langsung oleh Raja Mempawah XIII, Pangeran Ratu Mulawangsa Mardan Adijaya Kesuma Ibrahim, pukul 08.00 -10.00 WIB.

Saat prosesi buang-buang tersebut, biasanya diadakan ritual tepumg tawar dilakukan kepada kapal-kapal nelayan.

Kemudian dilanjutkaan dengan kirab pusaka kerajaan dan mandi pusaka kerajaan di Keraton Benteng Kota Batu, pada pukul 15.00 - 16.30 WIB.

Prosesi ritual hari pertama di akhiri dengan Haulan Opu Daeng Manambon di Masjid Keraton, pukul 19.30 - selesai.

Baca Juga: Siap Bangun Kampus dan Rumah Sakit, Ketum PP SNNU Kunjungi Bupati Mempawah

2. Hari kedua, Selasa 5 oktober 2021

Diawali pada pukul 08.30 hingga 11.00 WIB, keluarga Keraton Mempawah berziarah ke Makam Raja -raja mempawah di kawasan makam raja Sebukit.

Selanjutnya malam harinya, digelar jamuan makan, prosesi gelar Adat Toana, penganugerahan Gelar kekerabatan serta launching lagu dan video klip "Robo Robo" di Keraton Amantubillah.

3. Hari terakhir atau Puncak Tradisi Robo Robo

Rabu, 6 Oktober 2021 menjadi puncak tradisi Robo Robo dengan diawali makan syafar di Keraton Amantubillah Mempawah. Biasanya makan syafar ini dilakukan dengan saprahan.

Kata Saprahan berasal dari kata “Saprah” yang artinya berhampar makan bersama dengan cara duduk lesehan bersila diatas lantai secara berkelompok yang terdiri dari enam orang dalam satu kelompoknya.

Baca Juga: Serahkan Rumah Bantuan, Bupati Landak Apresiasi Kontribusi Pembangunan dari Kodim 1201/Mempawah

Dalam makan saprahan, semua hidangan makanan tersusun secara teratur pada kain saprah.

Sedangkan peralatan dan perlengkapannya mencakup kain saprahan, piring makaan, kobokan beserta kain serbet, mangkok nasi, mangkok lauk pauk, sendok nasi dan lauk serta gelas minuman.

Kemudian dilanjutkan dengan gelar adat tradisi Robo Robo (buang-buang) di Muara Kuala Secapah, Mempawah.

Sebelum Covid-19 melanda dunia ini, masyarakat mempawah bahkan dari luar kalbar maupun turis manca negara berdatangan. Tumpah ruah di jalan merayakan Tradisi Robo Robo ini.

Karena sangat banyak hal menarik yang dapat di eksplore tentang tradisi Robo Robo.

Dilansir dari indonesia.go.id, perlu diketahui Robo-robo berasal dari nama Hari yaitu Rabu (Rabu berasal dari bahasa Arab yaitu Ar-bia'/Raba'a) dan diselenggarakan pada hari Rabu minggu terakhir dalam sapar (Bulan dalam kalender Arab).

Baca Juga: Ini Harapan Gubernur Kalbar Saat Kukuhkan Pengurus DPP Majelis Adat Budaya Tionghoa

Sejarah Ritual Robo Robo

Bermula dari cerita turun temurun dan sudah menjadi keyakinan terutama umat islam, bahwa pada bulan safar dan hari Rabu itulah, dimana para Nabi selain sebagai waktu penuh berkah

Juga ada anggapan katanya akan mendapat musibah atau ujian dari Allah SWT yang berkaitan dengan laut/air. Contohnya: Nabi yunus ditelan ikan, Nabi musa membawa umatnya menyebrang lautan dll.

Sehingga kedua anggapan tersebut amat tepat dirasakan untuk memohon kepada Maha Kuasa supaya dijaga dari musibah dan diganti keselamatan.

Selain itu bulan safar juga banyak peristiwa yang terjadi yang berkaitan dengan islam dan perkembangannya.

Pada dasarnya Tradisi dan penyelenggaraan seperti Robo-robo juga dilaksanakan di tempat lain namun dengan nama yang berbeda-beda. Sebelum muncul sebutan "Robo-robo" Yaitu asal mula tolak bala bulan safar.

Berawal dari sholat idifa'il Bala, merupakan sholat sunnah hajat yang dikerjakan pada malam atau hari Rabu akhir bulan safar yang teringat bahwa bulan safar adalah bulan yang penuh dengan kesialan dan malapetaka, dan hari Rabu pekan keempat merupakan hari yang paling na'as pada bulan itu.

Baca Juga: Forum Budaya Merah Putih Kubu Raya Bagikan Masker dan Ajak Masyarakat Tidak Bakar Lahan

Sebelum ritual Robo-robo ini dilaksanakan dikuala kakap (pada tahun 1978), pada dahulunya Ritual Robo-robo ini dilaksanakan masyarakat di laut tepatnya di Pulau Taik Minyak dengan menggunakan sampan untuk pergi ke tempat ritual tersebut pada jaman dahulu.

Setelah selesai ritual Robo-robo (selesai membaca doa selamat) masyarakat yang hadir langsung menceburkan diri ke sungai untuk mandi-mandi.

Makanan yang disajikan ketika upacara Robo-robo, seperti opor ayam, sambal serai udang, selada timun hingga ikan pedas khas Provinsi Seribu Sungai itu. Ada juga kue-kue, seperti bingke, sangon, jorong, putuh buluh dan pisang raja.

Sebelum mulai makan bersama, diawali dengan pembacaan doa. Selain itu, masyarakat Kalbar juga berharap diberikan berkah dari Allah agar terhindari dari marabahaya yang mungkin terjadi setiap bulan safar.

Tak hanya makan bersama, dalam upacara Robo-robo juga ada ritual membuang makanan ke sungai.

Baca Juga: Bangga Ikut Perkenalkan Budaya Jepang, Japan Corne's Untan Lahirkan Duta Baru

Hal ini dilakukan sebagai simbol membuang petaka agar hanyut dibawa arus sambil memanjatkan doa yang dikenal sebagai Doa Selamat.

Ritual ini juga menjadi artian bahwa masyarakat Kalbar hidupnya melekat dengan sungai yang memiliki banyak keberkahan.

Awalnya Robo-robo hanya dilakukan oleh suku Melayu yang beragama islam di Kuala Mempawah. Namun, kini ritual Robo-robo dilakukan hampir semua masyarakat Kalbar maupun yang beragama non-Muslim, satu diantaranya di Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat juga turut memasukan tradisi Robo Robo sebagai agenda wisata tahunan. ***

Editor: Ponti Ana Banjaria

Sumber: indonesia.go.id Kebudayaan.kemdikbud.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x