KALBAR TEKINI - Belum selesai perang di Ukraina, Aliansi NATO dipaksa menangani krisis baru di timur tengah yang terjadi di antara dua negara anggota NATO, Turki dan Yunani.
Sejak Agustus, Presiden Turki Tayyib Erdogan mulai melontarkan pernyataan-pernyataan panas mengenai pemerintahan Yunani dan kesalahan PBB dalam mengakui sejumlah perubahan wilayah sejak akhir perang dunia kedua.
“Kita bisa saja datang tiba-tiba suatu malam, Jika kalian para orang Yunani pergi terlalu jauh, maka akan berat bayarannya,” ujar Tayyib Erdogan selaku Presiden Turki.
“Retorika (dari) Turki sedang mengacu pada (potensi) sebuah penyerangan,” Kata Diakopoulos, seorang mantan penasihat keamanan nasional Yunani.
Konflik antara Yunani dan Turki bukanlah hal baru.
Yunani dan Turki adalah musuh bersejarah.
Hubungan permusuhan antara kedua negara tersebut dapat dilacak kembali hingga jaman Yunani Kuno saat Yunani berperang melawan Persia pada 499 hingga 449 sebelum masehi.