Rudal jenis ini bergerak di ketinggian rendah dan dirancang untuk dapat bermanuver dalam penerbangan untuk meningkatkan peluangnya menghindari pertahanan rudal.
Militer Korsel telah meningkatkan postur pengawasannya, dan mempertahankan kesiapan dalam koordinasi yang erat dengan AS.
Pihak Komando Indo Pasifik AS menyatakan, peluncuran itu tidak menimbulkan ancaman langsung bagi AS atau sekutunya.
Tetapi masih disoroti tentang 'dampak destabilisasi' dari program rudal nuklir dan balistik Korut.
Sementara itu, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida menegaskan, peluncuran terus-menerus oleh Korut 'benar-benar tidak dapat ditoleransi'.
Kishida diperkirakan akan mengadakan panggilan telepon dengan Presiden Korsel Yoon Suk Yeol mengenai ancaman Korut, Kamis malam ini waktu setempat.
Kantor Kepresidenan Korsel menyatakan, Direktur Keamanan Nasional Kim Sung-han membahas peluncuran itu pada pertemuan keamanan darurat.
Dalam pertemuan tersebut, para anggota membahas tentang rencana mempersiapkan permusuhan dengan Korut lebih lanjut, termasuk provokasi militernya.
Peluncuran itu merupakan uji coba senjata putaran keenam Korut dalam waktu kurang dari dua minggu.
Uji coba ini telah menambah rekor jumlah peluncuran rudal tahun ini, yang telah memicu kecaman AS dan negara-negara lain.
Pejabat Korsel dan Korut kemungkinan akan segera menaikkan taruhan dengan menguji coba rudal balistik antarbenua.