Anak Imigran Turki Diserahkan kepada Pasangan Gay: Pemerintah Turki Labrak Jerman!

- 3 Oktober 2022, 10:21 WIB
Keluarga Turki memprotes Jugendamt atas penempatan "paksa" dua anak, di Bornheim, Jerman, 9 Maret 2014. (AA PHOTO via Daily Sabah)
Keluarga Turki memprotes Jugendamt atas penempatan "paksa" dua anak, di Bornheim, Jerman, 9 Maret 2014. (AA PHOTO via Daily Sabah) /

KALBAR TERKINI - Jugendamt, kantor kesejahteraan anak Jerman, dikecam karena perhatiannya yang 'terlalu berlebihan' kepada anak-anak imigran.

Anak yang kerongkongannya tersangkut keripik saja langsung diambil paksa dari keluarganya.

Setelah diambil paksa, anak itu dialihkan hak asuhnya, sekalipun yang mengasuh itu adalah pasangan gay.

Baca Juga: Yunani Ancam Turki Berperang, Erdogan: Jangan Sampai Laut Mediterania Tercemar Darah!

Dilansir Kalbar-Terkini.com dari Daily Sabah, Senin, 26 September 2022, kasus terbaru ini membuat murka Pemerintah Turki.

Ini dialami oleh seorang anak lelaki 10 tahun dari keluarga imigran Turki.

Untunglah orang tua si anak segera menghubungi pemerintahnya nun jauh di Turki, yang langsung menanggapi.

Gerak cepat Pemerintah Turki dalam membantu warga negaranya yang bermasalah di luar negeri ini, layak diteladani.

Baca Juga: Kasus Pengantin ISIS 2015 Terungkap, Turki Murka ke Inggris!

Setelah bernegoisasi ketat dengan Pemerintah Jerman, diputuskan bahwa anak itu batal diserahan kepada pasangan gay itu.

Hal ini dilakukan di tengah keberatan orang tua kandungnya, yang dianggap 'tidak layak' merawat anak.

Pemerintah Turki pun melobi, dan menyarankan agar keluarga keturunan Turki dipilih sebagai gantinya.

Keluarga Jerman ATurki ini akhirnya memuji keputusan Jerman untuk membatalkan keputusan itu.

Awalnya, Mei 2022, anak laki-laki itu diserahkan ke Jugendamt.

Alasannya, sang ibu diduga menderita masalah psikologis, dan tidak layak menjadi orang tua, apalagi bayinya kurang berkembang.

Terlepas dari protes orangtua, kantor itu tidak mencabut keputusannya, dan kasus itu segera diliput secara luas di media Turki.

Keluarga, yang tinggal di Duisburg ini, mengatakan anak mereka ditempatkan dengan pasangan gay yang tinggal di dekat Cologne.

Mereka mengklaim bahwa itu bukan kasus yang terisolasi, dan banyak keluarga Turki lainnya memiliki masalah yang sama.

AK, sang ibu, telah mengklaim bahwa dia diizinkan untuk melihat putranya hanya sebulan sekali.

Karena itu, AK meminta pihak berwenang Turki untuk membantunya.

AK mengatakan, setelah keputusan itu, Jugendamt tampaknya 'merasa tertekan' setelah liputan media tentang kasusnya.

“Kantor atase Kementerian Keluarga, Tenaga Kerja dan Layanan Sosial (Türkiye) di Düsseldorf menemukan kami seorang pengacara," ujarnya.

"Dan, Menteri Keluarga dan Layanan Sosial Derya Yanık secara pribadi tertarik pada kasus ini,” lanjutnya, mengungkapkan rasa terima kasihnya.

AK menyatakan bahwa dia juga menerima banyak pesan dukungan di media sosial.

“Kami berharap Jugendamt tidak membuat kesalahan lagi, dan menempatkan putra saya, setidaknya dengan keluarga Turki," harapnya.

"Sehingga dia tidak kehilangan kesempatan untuk belajar budaya dan bahasa Turki,” lanjut AK.

Kementerian Keluarga, Tenaga Kerja, dan Layanan Sosial Türkiye telah menyarankan dua orang tua asuh sukarelawan Turki untuk E.

Kementerian mengatakan dalam sebuah pernyataan baru-baru ini bahwa mereka berharap permintaan itu akan dipertimbangkan.

Kementerian juga mengatakan meminta negara tuan rumah untuk mempertimbangkan pilihan gaya hidup.

Ini berdasarkan norma budaya, dan moral dalam kasus seperti itu, sambil menilai proses pengasuhan untuk anak-anak Turki.

Kementerian, yang pekerjaannya sebagian besar terbatas di Turki, telah memperluas kegiatannya di luar negeri dalam beberapa tahun terakhir.

Hal ini untuk berusaha mempromosikan adopsi anak-anak Turki di komunitas ekspatriat di luar negeri oleh orang tua asuh Turki.

Menteri Yank baru-baru ini mengumumkan, sekitar 200 anak Turki telah dikembalikan ke orang tua kandung mereka sejak 2015 di Jerman.

Ini terjadi berkat pekerjaan kantor atase mereka di negara-negara Eropa.

Ibu Negara Turki, Emine Erdoğan juga mempelopori upaya untuk mempromosikan proses pengasuhan anak asuh di antara keluarga Turki di luar negeri.

Kampanyenya telah melihat 599 keluarga secara sukarela menjadi orang tua asuh di negara-negara Eropa.

Berlaku sejak 1924, Jugendamt didirikan untuk melindungi anak-anak.

Tetapi, Jugendamt menjadi terkenal karena menargetkan anak-anak dari keluarga imigran.

Itu dibayar oleh negara Jerman sesuai dengan jumlah anak yang diasuhnya.

Beberapa orang tua asuh memanipulasi masalah penitipan anak untuk kepentingan ekonomi mereka sendiri.

Faktor-faktor tersebut melemahkan operasional lembaga, ini, yang awalnya didirikan dengan niat baik.

Keluarga imigran di negara tersebut takut membawa anak-anak mereka ke rumah sakit atau psikolog.

Ini karena jika berbagi masalah maka kemungkinan Jugendamt akan mengambil hak asuh anak-anak dari keluarga mereka.

Misalnya, anak dari keluarga Turki bermarga Toprak, diambil paksa saat dibawa ke rumah sakit.

Padahal, ini hanya karena tenggorokan si anak tersangkut keripik.

Sedangkan anak keluarga lain dibawa kabur karena diduga memanjakan anak-anaknya.***

Sumber: Daily Sabah

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: Daily Sabah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah