"Saya bahkan berpikir untuk mematahkan lengan saya sendiri, untuk mendapatkan keringanan medis," lanjutnya.
Warga yang lain mengaku bahwa mobilisasi kemungkinan akan diterapkan secara tidak merata di berbagai wilayah.
Sedangkan warga Moskow cenderung tidak menjadi sasaran daripada wilayah-wilayah yang lebih miskin.
“Mudah-mudahan mereka akan menyelamatkan Moskow lagi," kata Vyacheslav Tikhonov, seorang jurnalis yang berbasis di Moskow.
"Saya yakin, pihak berwenang tidak memerlukan foto polisi, dan komisaris militer yang mengejar para hipster di kereta bawah tanah,” lanjutnya.
“Mengerikan bahwa orang Moskow kemungkinan besar akan menghindari wajib militer dengan mengorbankan daerahnya," katanya.
"Tetapi, saya tidak punya harapan lain,” lanjut Tikhonov.
Pengumuman mobilisasi muncul saat Rusia menghadapi kekurangan tentara di Ukraina.
Hal ini terjadi setelah serangkaian kekalahan militer Rusia di sekitar kota timur laut Kharkiv.
Dalam perkiraan resmi pertama kerugian medan perang sejak Maret 2022, 5.937 tentara Rusia telah tewas di Ukraina.