Dalam pertemuan CIA pekan lalu ditekankan bahwa AS harus menangani keduanya secara bersamaan. Beberapa hari setelah terbunuhnya Ayman al-Zawahri di Kabul, China menggelar latihan militer skala besar.
China juga mengancam akan memutuskan kontak dengan AS atas kunjungan Ketua DPR Nancy Pelosi ke Taiwan.
AS dilaporkan telah lama khawatir dengan berkembangnya ambisi politik dan ekonomi China.
China dianggap telah mencoba mempengaruhi pemilihan umum di negara-negara lain, memasang kampanye cyber dan spionase perusahaan, dan menahan jutaan minoritas Islam Uighur di kamp-kamp.
Beberapa ahli juga bahwa berpikir Beijing di tahun-tahun mendatang akan mencoba merebut pulau demokratis Taiwan secara paksa.
Pejabat intelijen menyatakan bahwa mereka membutuhkan lebih banyak wawasan tentang China, termasuk setelah tidak dapat secara pasti menentukan penyebab pandemi COVID-19.
Beijing telah dituduh menyembunyikan informasi tentang asal-usul virus. Dan, perang di Ukraina telah menggarisbawahi pentingnya Rusia sebagai target.
AS menggunakan informasi rahasia untuk mengekspos rencana perang Presiden Rusia Vladimir Putin sebelum invasi, dan menggalang dukungan diplomatik untuk Kiev.
Pendukung pemerintahan Biden mencatat bahwa AS mampu melacak dan membunuh al-Zawahri adalah bukti kemampuannya untuk menargetkan ancaman di Afghanistan dari luar negeri.
Para kritikus menilai fakta bahwa al-Zawahri tinggal di Kabul, di bawah perlindungan nyata dari Taliban, menunjukkan adanya kebangkitan kelompok-kelompok ekstremis yang tidak siap dilawan oleh AS.