Junta Myanmar Ikat Tangan 12 Warga dan Ditembak: Mayat Dibakar Hangus!

- 27 Juli 2022, 00:46 WIB
Junta Myanmar akan mulai menerapkan hukuman eksekusi untuk mantan anggota partai Aung San Suu Kyi dan aktivis.
Junta Myanmar akan mulai menerapkan hukuman eksekusi untuk mantan anggota partai Aung San Suu Kyi dan aktivis. /REUTERS

KALBAR TERKINI - Rakyat Myanmar masih trauma dengan pembantaian 12 penduduk desa oleh rezim junta di wilayah Sagaing.

Ketika ditemukan, tangan dan kaki korban diikat dengan kawat dan dibakar hingga tak bisa dikenali

Penduduk dari dua desa Sagaing tengah menemukan mayat selusin orang yang tewas dalam serangan junta yang dilakukan awal pekan ini.

Baca Juga: Junta Militer Myanmar Kian Brutal! Eksekusi Dua Politikus Senior: PBB dan ASEAN tak Berguna!

Sepuluh mayat ditemukan di Kyi Su, terletak di tepi timur Sungai Muu di Kotapraja Kanbalu, dilansir Kalbar-Terkini.com dari Myanmar Now, 21 Juli 2022.

Dua jenazah lainnya ditemukan di Thar Wut Hti, sebuah desa sekitar 10 kilometer ke selatan Kotapraja Khin-U, menurut sumber lokal.

Pasukan darat junta dan helikopter militer menyerang kedua desa dan beberapa desa lainnya di daerah itu pada Senin pekan lalu.

Sebagian besar korban di Kyi Su adalah anggota tim pertahanan desa, menurut seorang pemimpin kelompok tersebut.

Baca Juga: Junta Myanmar 'Nangis Darah': Total Energies dan Puma Hentikan Operasional!

“Mereka ditangkap di pos keamanan ketika helikopter militer datang.

Mereka ditangkap karena tidak memiliki senjata api, hanya tongkat dan pedang,” kata pemimpin tim pertahanan.

Salah satu mayat di Kyi Su ditemukan pada Selasa malam pekan lalu, setelah pasukan rezim meninggalkan daerah itu, sementara sembilan lainnya ditemukan dini hari berikutnya.

Tujuh jenazah ditemukan di dalam lima rumah yang telah dibakar selama penggerebekan, menurut warga.

Baca Juga: Junta Myanmar Bom Gereja, Empat Warga Tewas

Diperkirakan sekitar setengah dari 600 rumah desa telah hancur dilumat api.

“Sebagian besar dari mereka telah terbakar tanpa bisa dikenali. Tangan dan kaki mereka diikat dengan kawat.

Tidak mungkin kami bisa mengidentifikasi mereka,” kata seorang warga Kyi Su yang melihat sisa-sisa hangus para korban.

Meski tidak bisa diidentifikasi satu per satu, ketujuh orang itu diduga adalah anggota pasukan pertahanan desa yang tidak bisa dimintai pertanggungjawaban setelah penggerebekan.

Tiga korban lainnya termasuk di antara ratusan warga yang ditahan di vihara desa.

Sebagian besar, termasuk satu anggota pasukan pertahanan yang dikira sebagai warga sipil biasa, dibebaskan keesokan paginya.

“Kami menemukan genangan darah besar di biara dan kami mengikuti jejak darah untuk menemukan mayat-mayat itu,” kata seorang penduduk desa.

Dua mayat yang ditemukan di dekat Thar Wut Hti diyakini adalah warga yang kembali ke desa dan dibunuh setelah mereka mengira tentara rezim sudah pergi.

Menurut Sein Bay Dar, pemimpin kelompok perlawanan berbasis di Kanbalu, yang disebut KBL-UG, satu korban ditembak di kepala, dan dibuang ke parit di luar desa.

"Mayat lainnya ditemukan menggunakan drone, belum diambil pada hari Rabu lalu karena pasukan masih ditempatkan di dekatnya," tambahnya.

Kyi Su dan Thar Wut Hti juga berada di dekat desa Kotapraja Ye-U di Monhla dan Pin Sein Khin, yang menjadi salah satu target serangan udara dan darat hari Senin lalu di benteng perlawanan anti-rezim.

Meskipun penduduk desa melarikan diri ketika serangan dimulai dan diyakini lolos dari cedera, bangunan keagamaan dilaporkan menjadi sasaran.

“Mereka menembaki gereja. Para biarawati dan imam harus melarikan diri ke hutan,” kata seorang wanita di Monhla, yang merupakan tempat kelahiran Kardinal Charles Maung Bo, Uskup Agung Katolik di Yangon.

Pada Mei lalu, lusinan mayat hangus ditemukan di dalam dan sekitar Desa Mone Taing Pin dan Inpin di Kotapraja Ye-U menyusul serangkaian penggerebekan oleh pasukan rezim.

Korban selamat dari penggerebekan tersebut mengatakan bahwa beberapa korban dibakar hidup-hidup.

Bukti foto dan video kekejaman militer yang dilakukan di daerah itu kemudian ditemukan di telepon yang diyakini milik salah satu pelaku.

Junta Myanmar secara rutin menyangkal menargetkan warga sipil dalam operasinya melawan pasukan perlawanan, meskipun ada bukti serangan hampir setiap hari terhadap penduduk desa.***

Sumber: Myanmar Now

Editor: Arthurio Oktavianus Arthadiputra

Sumber: Myanmar Now


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah