KALBAR TERKINI - Kematian mantan Perdana Menteri (PM) Shinzo Abe bisa saja bermotif politik.
Klaim si penembak tentang dendamnya kepada Abe terkait agama tertentu masih perlu didalami lagi.
Masalahnya, berbagai kebijakan politik Abe terus membayangi arena politik di Jepang selama masa jabatannya sebagai perdana menteri terlama dalam sejarah Negeri Dai Nippon.
Bahkan, bayangan itu tetap ada dan bertahan lama setelah Abe tak menjadi PM, di mana berbagai kebijakannya terys dilawan oleh partai-partai opisisi.
Baca Juga: Pengawalan terhadap Abe Ceroboh, Pelajaran Penting bagi Indonesia ketika Wiranto Ditikam
Hal ini termasuk upaya Abe untuk mengandemen Konstitusi Jepang terkait peningkatan anggaran militer Jepang di masa depan.
Hingga detik-detik terakhir penembakan itu, dilansir Kalbar-Terkini.com dari The Asahi Shimbun, Minggu 10 Juli 2022, Abe terus menyuarakan isu-isu yang dianggapnya penting itu.
Pembunuhannya di Prefektur Nara, Jumat, 8 Juli 2022,diprediksi akan mengguncang keseimbangan politik yang membentuk fondasi pemerintahan Kishida Fumio.
Kishida sering berkonsultasi dengan Abe, pemimpin terlama di negara itu, sebelum Kishida membuat keputusan politik, dan kebijakan besar.