Menlu Rusia dan AS Saling Tolak untuk Bertemu di Bali

- 8 Juli 2022, 10:28 WIB
Menlu Rusia Sergei Lavrov pada hari Jumat, 27 Mei 2022, waktu setempat menuduh negara - negara Barat menyatakan dan melancarkan perang total.
Menlu Rusia Sergei Lavrov pada hari Jumat, 27 Mei 2022, waktu setempat menuduh negara - negara Barat menyatakan dan melancarkan perang total. /kremlin.ru

KALBAR TERKINI - Menteri Luar (Menlu) Negeri Rusia Sergei Lavrov telah bertemu rekannya dari China Wang Yi di Bali, tapi tak akan bertemu dengan Menlu AS Anhony Blinken di tempat yang sama.

Kedua menlu dari AS dan Rusia dipastikan tidak akan bertemu, sekalipun Blinken berjanji akan bertemu pula dengan Wang, Sabtu, 9 Juli 2022, pasca pertemuan Wang- Lavrof pada Kamis ini, 7 Juli 2022.

Dilansir Kalbar-Terkini.com, Kamis ini, kantor berita Pemerintah Rusia, TASS, melaporkan bahwa tidak ada rencana pertemuan antara Lavrov dan Blinken di Bali.

Baca Juga: Kishida Kobarkan Militerisme Jepang: Genjot Anggaran Militer untuk Hadapi Rusia dan China

Pertemuan ini seharusnya berlangsung di sela-sela Pertemuan Menteri Luar Negeri G-20 di Indonesia, di mana Indonesia pada 2022 ini menjadi Presidensi blok ekonomi G-20.

Wakil Menlu Rusia Sergey Ryabkov menegaskan bahwa 'tidak ada yang direncanakan' bagi pihaknya untuk bertemu Blinken.

“Mengingat situasinya, kontak yang ada melalui kedutaan dan panggilan telepon sporadis, sudah cukup bagi kami untuk bekerja secara rinci tentang masalah saat ini dengan Amerika Serikat,"kata Ryabkov.

Sementara itu, Alarabiya melaporkan, pertemuan Wang dengan Lavrov di Bali, berlangsung harmonis.

Baca Juga: Jokowi Beri Penjelasan Tentang Kunjungannya ke Rusia dan Ukraina: Mereka yang Berperang, Dunia Kelaparan

Pasangan itu digambarkan mengadakan pertemuan bilateral.

Dalam pertemuan ini, negara-negara berekonomi top dunia berkumpul untuk membahas masalah global paling mendesak di mana perang di Ukraina menjadi agenda teratas.

Terlepas dari kritik, Beijing telah menjunjung tinggi hubungan persahabatan dengan Rusia, karena negara-negara Barat berusaha mengisolasi pemerintah Presiden Vladimir Putin.

Rusia disisihkan dari tatanan keuangan dan diplomatik global atas serangan militernya terhadap negara tetangganya itu.

Baca Juga: MALU-MALUIN! Rusia Usir Jepang dari Sakhalin-2, Analisis: Jepang Jadi Pecundang Terbesar!

Blinken akan hadir dan akan mengadakan pembicaraan bilateral dengan Wang pada Sabtu mendatang.

Tapi Blinken dilaporkan juga akan menghindari pertemuan langsung dengan mitranya dari Rusia, meskipun mereka akan menghadapi pertarungan pertamanya sejak pecahnya perang.

Blinken terakhir bertemu Lavrov pada Januari 2022 di Jenewa.

Diplomat tinggi AS ini memperingatkan Rusia tentang konsekuensi besar jika terus maju dan menginvasi Ukraina, yang dilakukannya sejak 24 Februari 2022.

Washington berpendapat bahwa Rusia seharusnya tidak lagi menjadi anggota forum internasional, sebuah posisi yang digaungkan oleh beberapa sekutu Barat.

Ini akan menggunakan pertemuan G-20 - yang merupakan awal dari pertemuan puncak para pemimpin pada November 2022.

Pertemuan ini akan melobi sekutu, yang bertentangan dengan posisinya di Ukraina (seperti India) untuk penarikan diri Moskow dari negara itu.

China sendiri telah menolak untuk mengutuk invasi Rusia ke Ukraina sehingga dituduh memberikan perlindungan diplomatik untuk Kremlin dengan mengecam sanksi Barat, dan penjualan senjata ke Ukraina.

Beijing mengejar kebijakan luar negeri yang independen terhadap Rusia, dan keduanya menolak campur tangan dari apa yang mereka sebut 'pihak ketiga'.

Pertemuan antara Putin dan Presiden China Xi Jinping pada Februari 2022 berakhir dengan pernyataan dari keduanya tentang 'era baru' hubungan internasional tanpa batas antara China-Rusia.

Xi meyakinkan Putin tentang dukungan China untuk kedaulatan dan keamanan Rusia dalam panggilan telepon pada Juni 2022.

AS dengan cepat mempertimbangkannya kemudian mengutuk China, karena 'berinvestasi dalam hubungan dekat dengan Rusia', meskipun China mengklaim netral.

Sementara itu, TASS melaporkan dari De Haag, Belanda, bahwa Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) telah sepenuhnya berubah menjadi instrumen untuk implementasi rencana geopolitik negara-negara Barat.

Demikian pernyataan dari Perwakilan Tetap Federasi Rusia untuk OPCW kepada TASS pada Kamis ini.

Mengomentari hasil sidang ke-100 dewan eksekutif organisasi tersebut, diplomat Rusia mencatat bahwa 'memformat ulang OPCW akhirnya berhasil dikonformasi.

OPCW dulunya merupakan struktur non-proliferasi, yang sukses menjadi alat implementasi rencana geopolitik kolektif Barat, yang tidak ada hubungannya dengan tujuan organisasi itu sendiri.

Menurut diplomat itu, AS dan sekutunya selama sesi tersebut terus berusaha untuk mengadili Rusia, dan menuduhnya melakukan berbagai kejahatan perang di Ukraina.

"Kami sangat menolak sindiran itu," demikian pernyataan itu. "Kami telah mengobrak-abrik klaim 'kekejaman' oleh prajurit Rusia."

Perwakilan Rusia juga secara meyakinkan telah menunjukkan siapa sebenarnya yang melanggar hukum humaniter di Ukraina.

"Juga, siapa yang menghasut mereka untuk melakukan pelanggaran hukum total ini," tegas perwakilan Rusia.***

Sumber: TASS, Alarabiya

 

 

Editor: Arthurio Oktavianus Arthadiputra

Sumber: Berbagai Sumber TASS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah