Rakyat Sri Lanka kian Murka, Wickremesinghe Jamin Ekonomi Negara Pulih 18 Bulan ke Depan!

- 8 Juli 2022, 01:07 WIB
Akibat Sri Lanka Bangkrut, WNI akan Segera Dievakuasi, Kedubes Indonesia Katakan Begini,
Akibat Sri Lanka Bangkrut, WNI akan Segera Dievakuasi, Kedubes Indonesia Katakan Begini, /FOTO REUTERS/Dinuka Liyanawatte /

COLOMBO, KALBAR TERKINI - Perekonomian Sri Lanka diijamin bakal normal kembali jika rakyat dan pemerintah bersatu padu.

Jaminan ini disampaikan Perdana Menteri (PM) Ranil Wickremesinghe, yang sejak Mei 2022 kembali terpilih, dan memegang jabatan itu untuk kali keenam.

Kendati belum dua bulan menjabat kembali sebagai PM Sri Lanka, tapi Wickremesinghe yakin akan kemampuannya untuk memulihkan perekonomian di negara kepulauan itu.

Baca Juga: Gereja Katolik Sri Lanka Tuntut Presiden Mundur, Kardinal: Korupsinya Memalukan, Rakyat Menangis!

Pernyataan ini dikemukakannya, ketika aksi protes semakin menjadi-jadi di seantero Sri Lanka, terutama akibat krisis bahan bakar, yang menyebabkan sejumlah warga tewas karena antre berhari-hari.

“Saya memiliki keyakinan bahwa saya dapat membalikkan keadaan ekonomi (krisis sekarang ini)," klaim Wickremesinghe, dilansir Kalbar-Terkini.com dari koran Sri Lanka, Ceylon Today, Rabu, 6 Juli 2022.

Wickremesingh mengklaim dapat mengubah ekonomi Sri Lanka, tetapi butuh waktu 18 bulan.

“Tahun 2023 akan sulit, tetapi tahun 2024 segalanya akan membaik,” kata Wickremesinghe, dilansir dari wawancara dengan Al Jazeera di kediaman resminya di Kolombo, Ibukota Sri Lanka, pekan lalu.

Baca Juga: Sri Lanka kian 'Sangsot', Polisi dan Tentara Bentrok, Oposisi Tuding Presiden 'Ngumpet'

Pemimpin berusia 73 tahun ini mengklaim bahwa dia kembali menjabat sebagai PM ketika Sri Lanka sudah dalam keadaan yang 'luar biasa'.

“Kami memiliki hampir dua hari tanpa pemerintah; hal-hal menjadi tidak terkendali,” katanya.

 

“Saya pikir ‘situasinya buruk, ini negara Anda, jadi Anda tidak dapat bertanya-tanya apakah Anda akan berhasil atau tidak. Anda mengambil alih, dan bekerja untuk berhasil,'” lanjut Wickremesinghe.

Sri Lanka telah lumpuh karena kekurangan bahan bakar dan barang-barang penting, seperti makanan dan obat-obatan.

Hal ini lantaran pemerintah kehabisan cadangan devisa untuk mengimpor komoditas sejak awal 2022.

Sri Lanka gagal membayar utang luar negerinya pada April 2022, dan cadangan devisa yang dapat digunakan sangat rendah, sehingga harus berjuang untuk menutupi kebutuhannya dari pasar internasional.

Di Kota Kolombo, jalanan hampir kosong. Antrian panjang terlihat di dekat beberapa SPBU yang masih buka.

Namun, lembaga pendidikan, bisnis, dan kantor pemerintah tetap tutup. Hotel-hotel di ibu kota - yang dulu penuh dengan turis - berjuang untuk tetap bertahan karena penurunan tajam hunian.

Wickremesinghe mengakui bahwa akan ada kekurangan bensin hingga setidaknya Juli 2022 ini, sebelum pengiriman berikutnya tiba.

“Kami membeli bahan bakar baik menggunakan jalur kredit India atau valuta asing, yang kami dapatkan dari pengiriman uang," jelasnya.

"Itu [pengiriman uang] dalam jumlah kecil, tetapi bagaimanapun, kadang-kadang kita mendapatkan satu miliar dolar atau satu setengah miliar. Sisa cadangan dari yang kami terima dari kreditur sudah habis,” kata
Wickremesinghe.


Inflasi makanan telah meningkat hampir 60 persen, sementara jatuhnya rupee Sri Lanka lebih dari 80 persen sejak Maret 2022, semakin mengikis daya beli masyarakat.

Pada Juni 2022, perdana menteri mengklaim bahwa ekonomi Sri Lanka telah runtuh.

“Ini merupakan kemunduran besar bagi perekonomian, dan menyebabkan banyak kesulitan bagi masyarakat," lanjutnya kepada Al Jazeera.

… Kami telah mengambil langkah… terutama untuk mendapatkan gas, yang akan tersedia dalam beberapa hari ke depan," tambah Wickremesinghe.


"Pasokan solar dan tungku. minyak juga telah kami buat. Masalahnya adalah bensin … dan itu akan memakan sedikit waktu," ujarnya.

Ditambahkan, kesepakatan gas telah diamankan, dengan sebagian besar dana berasal dari Bank Dunia, yang akan memastikan pasokan untuk empat bulan ke depan.

Sri Lanka mengadakan pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia untuk mengatasi pergolakan keuangan.

Krisis keuangan ini disebabkan oleh kebijakan yang berorientasi impor selama beberapa dekade, serta salah urus ekonomi.

Ini sudah termasuk larangan pupuk dan pembebasan pajak yang tidak dipikirkan dengan matang, banyaknya korporasi dan orang kaya di bawah pemerintahan yang didominasi oleh keluarga Presiden Gotabaya Rajapaksa.

“Kami tampaknya telah mencapai kesepakatan dengan IMF di tingkat staf. Dan ini diperlukan untuk menstabilkan ekonomi,” kata Wickremesinghe.

Ditambahkan, dia akan mengungkapkan rincian lebih lanjut di parlemen minggu ini.

Perdana Menteri Sri Lanka juga mengakui bahwa pemerintahnya berencana memasukkan anggaran sementara, kemungkinan besar pada Agustus 2022.

Sementara itu, sembilan orang termasuk mantan anggota DPR Hirunika Premachandra yang melakukan protes di depan kediaman Presiden di Benteng hari ini, telah ditangkap.

Di antara yang ditangkap adalah empat laki-laki dan lima perempuan termasuk Hirunika, menurut Juru Bicara Media Polisi SSP Nihal Thalduwa.

Kelompok tersebut melakukan protes pagi ini di dekat rumah presiden yang menyatakan ketidaksenangan atas krisis ekonomi saat ini.

Intinya, Hirunika menuntut Presiden Rajapaksa untuk keluar dan menemuinya.

Sebaliknya, Menteri Dhammika Perera mendesak supaya Wickremesinghe harus mundur dari portofolio sebagai Menteri Keuangan Sri Lanka.

Berbicara dalam media briefing hari ini, Perera menegaskan bahwa perdana menteri sekaligus menteri keuangan itu tidak memiliki rencana untuk menyelesaikan krisis valuta asing di dalam negeri.

Menteri menambahkan bahwa Menteri Keuangan Sri Lanka merencanakan bencana.

Berbicara lebih lanjut, Wickremesinghe juga diklaim tidak memiliki perencanaan terkait arus kas masa depan untuk negara tersebut.***

Sumber: Ceylon Today

 

 

Editor: Arthurio Oktavianus Arthadiputra

Sumber: Ceylon Today


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah