Produksi gandum Tunisia mengalami kekeringan selama bertahun-tahun serta satu dekade ketidakstabilan politik, dengan 10 pemerintah sejak terjadinya revolusi pada 2011.
Itu telah memperburuk ketergantungannya pada impor. Pada 2021, Tunisia membeli hampir dua pertiga serealnya dari luar negeri, sebagian besar dari wilayah Laut Hitam.
Rantai pasokan itu pertama-tama diguncang oleh pandemi virus corona kemudian oleh perang di Ukraina, yang pada 2021 mempasok sekitar setengah dari total impor gandum lunak Tunisia yang digunakan dalam roti.
Meski masih berencana mengimpor gandum lunak, Tunisia telah mendorong swasembada gandum durum pada 2023.
Itu akan menjadi kontribusi yang berharga untuk pola makan nasional: rata-rata orang Tunisia makan 17 kilogram pasta per tahun, kedua setelah orang Italia.
Pada April 2022, pemerintah meluncurkan program untuk membantu petani mengakses benih yang lebih baik, bantuan teknis dan pinjaman, yang didukung negara.
Tunisia juga berencana untuk mencurahkan 30 persen lebih banyak lahan pertanian untuk gandum, dan secara dramatis telah meningkatkan harga yang harus dibayar petani.
Kepala Staf Kementerian Pertanian Faten Khamassi, mengakui bahwa Tunisia memiliki sekitar 3.000 pemanen gabungan, 80 persen di antaranya sudah tua dan sangat boros, yang merupakan kerugian besar.
Menurutnya, negara berencana untuk mendanai kolektif petani untuk membeli peralatan bersama.
Teknisi pertanian, Saida Beldi, yang telah bekerja dengan petani di Provinsi Ariana Utara selama tiga dekade, menyatakan bahwa ketidakstabilan politik telah memusnahkan sektor ini.