Pemerintah Indonesia telah mengkonfirmasi laporan sebelumnya bahwa kunjungan ke Ukraina dan Rusia adalah semata untuk mendorong resolusi perang yang terus berlangsung.
Sementara The Star melansir DPA pada Minggu, 26 Juni 2022, bahwa Indonesia memilih resolusi Majelis Umum PBB pada Maret 2022, yang mengutuk serangan militer Moskow di Ukraina, tetapi tidak secara langsung mengkritik Rusia.
AS dan negara-negara Barat lainnya telah menyerukan agar Rusia dikeluarkan dari G-20, tetapi Indonesia bersikeras bahwa semua negara anggota harus diundang.
Adapun sikap Jokowi ini mendapat pujian dari The Washington. Post, edisi Rabu, 4 Mei 2022. Sebab, telah menjadi kenyataan bahwa tidak semua negara mitra Washington, siap memberikan sikap dingin ke Rusia.
Dalam prosesnya, negara-negara ini telah membuat sakit kepala diplomatik bagi Presiden Biden.
Kembali pada Maret 2022, Biden mendesak untuk mengeluarkan Rusia dari G-20. Jika tidak, maka Ukraina setidaknya harus dapat bergabung dalam pertemuan tersebut.
“Indonesia ingin menyatukan G-20. Jangan sampai ada perpecahan,” kata Jokowi, yang membenarkan telah mengundang Putin dan Zelensky.
“Perdamaian dan stabilitas adalah kunci pemulihan, dan perkembangan ekonomi dunia," lanjut mantan Gubernur DKI Jakarta dan Walikota Solo ini.
The Washington Post menulis, di sinilah segalanya menjadi rumit bagi Biden.
Apakah Biden bakal menghadiri pertemuan puncak dengan seorang pemimpin dunia yang dicapnya sebagai penjahat perang, yang dengannya tidak ada bisnis seperti biasa?