KALBAR TERKINI - Presiden Joko 'Jokowi' Widodo harus diberi kesempatan untuk menjadi duta perdamaian terkait perang Rusia vs Ukraina.
Upaya damai ini bakal dilakukan oleh Jokowi lewat kunjungannya ke Rusia dan Ukraina, sekaligus mengundang kedua pemimpin negara untuk menghadiri pertemuan G-20, sekalipun Ukraina bukan anggota blok ekonomi tersebut.
Di satu sisi, sikap Indonesia sebagai Presidensi G-20, yang akan menggelar KTT-nya di Denpasar, Bali, November 2022, setidaknya harus diberi dipuji.
Penggambaran AS secara terus-menerus tentang Rusia sebagai 'paria' global, sebagaimana dilansir Kalbar-Terkini.com dari The Washington Post, Rabu, 4 Mei 2022, telah menohok AS secara global.
Sebab, telah menjadi kenyataan bahwa tidak semua negara dari mitra Washington yang siap untuk memberikan sikap dingin ke bekas negara adidaya bersenjata nuklir itu.
Dan dalam prosesnya, sikap semisal Jokowi mengundang Putin ke KTT G-20, telah membuat sakit kepala diplomatik bagi Presiden AS, Joe Biden.
Baca Juga: Wujudkan Pasific Elevation, Tantowi Yahya Ungkap Misi Besar Presiden Jokowi di Kawasan Asia Pasific
Sementara dilansir dari The Diplomat, Kamis, 23 Juni 2022, kunjungan Jokowi tersebut bukan hanya dalam kapasitas sebagai presiden -dari negara terpadat di Asia Tenggara- tetapi juga sebagai Ketua G-20.
Akibat 'operasi militer' Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari 2022, ketidaknyamanan keanggotaan Rusia dalam G-20, juga mengancam membayangi kepemimpinan Indonesia di G20, yang mengusung tema pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19.