Sanksi ke Rusia Picu Amukan Harga Minyak: Negara Pembeli Harusnya jangan Takut Kecipratan Sanksi!

- 9 Maret 2022, 11:47 WIB
Ilustrasi - Pompa beroperasi saat matahari terbenam di ladang minyak di Midland, Texas.
Ilustrasi - Pompa beroperasi saat matahari terbenam di ladang minyak di Midland, Texas. /ANTARA/REUTERS/Nick Oxford

.
Pekan lalu, menurutnya, juga terlihat bahwa banyak saran dikaitkan dengan perjanjian nuklir yang dihidupkan kembali dengan Iran, dan dapat diumumkan dalam waktu dekat.

"Mungkin, itu akan terjadi. Tetapi seperti perkembangan semacam itu, iblis ada dalam detailnya. Ini karena sifat reservoir minyak Iran,," lanjutnya.

"Membangkitkan kembali produksi setelah gangguan pasokan berkepanjangan, telah terbukti menjadi masalah," kata Rothman.


Rothman yakin, ada indikasi yang menunjukkan bahwa akan memakan waktu enam hingga sembilan bulan bagi Iran untuk meningkatkan produksinya sebesar 700.000 barel per hari.

Hal ini dengan sisa produksi pra-sanksi (sekitar 600.000 barel per hari) yang membutuhkan beberapa bulan tambahan untuk pemulihan.

Mengingat perkiraan penawaran dan permintaan, maka gagasan pencabutan sanksi secara penuh atau sebagian, masih merupakan risiko utama bagi pasar minyak, dibandingkan dengan risiko fundamental terhadap keseimbangan minyak," kanjut Rothman.

Lebih lanjut disarankan akan lebih baik jika Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) segera bergerak untuk mengakomodasi setiap peningkatan produksi Iran.

"Langkah OPEC ini untuk mencegah persediaan minyak membengkak. OPECtidak ingin melihat harga minyak turun karena stok minyak naik," kata Rothman.

Faktanya, tambah Rothman, diskusi tentang kemungkinan kesepakatan nuklir baru, tampaknya menjadi faktor pendukung di balik keputusan OPEC pekan lalu, untuk melepas kuota tidak lebih dari apa yang telah disepakati.

Rothman juga menyinggung tentang pelepasan persediaan minyak darurat 61,7 juta barel minggu lalu, yang disetujui oleh negara-negara anggota Badan Energi Internasional.***

Halaman:

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: Global News Arab News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah