Pasukan Junta Mulai Loyo Digempur Rakyat, Tentara Myanmar Beringas karena 'Nyabu'

- 6 Februari 2022, 08:50 WIB
Para pengunjuk rasa berlari selama penumpasan protes anti-kudeta di Kotapraja Hlaing di Yangon, Myanmar 17 Maret 2021.
Para pengunjuk rasa berlari selama penumpasan protes anti-kudeta di Kotapraja Hlaing di Yangon, Myanmar 17 Maret 2021. /REUTERS/Stringer/File Photo/

Pertemuan dewan militer, yang diadakan sehari setelah peringatan kudeta 1 Februari 2021 pada Selasa lalu ini adalah yang pertama pada 2022.

Meskipun tidak ada alasan yang diberikan untuk kebutuhan mendadak untuk menerapkan undang-undang yang tidak ditegakkan selama lebih dari satu dekade, beberapa pengamat mencatat bahwa Tatmadaw telah kehilangan pasukan, tidak hanya untuk pertempuran, tetapi juga karena arus pembelotan yang terus-menerus.

Lebih dari 2.000 anggota Tatmadaw, termasuk ratusan perwira, bergabung dengan Gerakan Pembangkangan Sipil (CDM) dalam 10 bulan pertama setelah kudeta, menurut pihak Pyi Thu Yin Khwin (Pelukan Rakyat), sebuah kelompok yang mendukung personel Tatmadaw yang tidak lagi ingin bertugas di tentara.

Aye Chan, seorang kapten tentara yang membelot pada 2021, setelah 17 tahun bertugas, mengaku bahwa memasukkan wajib militer tidak akan banyak membantu membalikkan tren ini.

“Jika mereka mencoba memaksakan ini kepada orang, itu hanya akan menjadi lebih buruk. Bahkan anggota atau pendukung USDP tidak ingin anak-anak mereka bertugas di militer,” katanya, merujuk pada Partai Persatuan Solidaritas dan Pembangunan yang didukung militer.

Kapten Htet Myat, prajurit CDM lainnya, menyebut ide Min Aung Hlaing adalah 'naif', dan menyatakan dia tidak berpikir itu akan terjadi. "(Justru) dia hanya akan membagikan senjata gratis kepada orang-orang yang marah padanya," katanya.

Kapten tentara lain yang telah bergabung dengan CDM, Htet Aung Myo, menyatakan bahwa kemungkinan besar, rezim sedang mencari cara untuk melegitimasi mempersenjatai milisi pro-rezim Pyu Saw Htee.

“Mereka ingin memberikan lebih banyak senjata kepada pendukung mereka, dan ini adalah bagaimana mereka berencana untuk melakukannya,” lanjutnya.

Junta telah membantah mendukung anggota kelompok Pyu Saw Htee, yang diyakini memiliki sekitar 100 cabang aktif di seluruh negeri.

Menurut angka korban yang dirilis oleh Kementerian Pertahanan NUG, ribuan tentara rezim telah tewas, sejak gerakan perlawanan bersenjata dimulai pada April 2021.***

Halaman:

Editor: Slamet Bowo Santoso

Sumber: Myanmar Now


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x