China Masuk Gelanggang, Ingatkan AS: Keberadaan Rusia di Perbatasan Ukraina masih Wajar!

- 28 Januari 2022, 10:12 WIB
Menteri Luar Negeri China Wang Yi. China kembali memperingatkan AS dan NATO, bahwa apa yang dilakukan Rusia di wilayah perbatasannya dengan Ukraina masih hal yang wajar.
Menteri Luar Negeri China Wang Yi. China kembali memperingatkan AS dan NATO, bahwa apa yang dilakukan Rusia di wilayah perbatasannya dengan Ukraina masih hal yang wajar. /Youtube/United Nations

KALBAR TERKINI - Tiongkok terus mencermati konflik antara AS dan NATO-nya dengan Rusia terkait tudingan pasukan Kremlin akan menyerang Ukraina.

Sekutu dekat Rusia ini mengingatkan keberadaan pasukan Rusia di perbatasan Ukraina masih dalam kondisi wajar.

"Masalah keamanan yang wajar dari Rusia harus ditanggapi dengan serius, dan diselesaikan," kata Penasihat Negara dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi.

Baca Juga: Tiongkok Meradang ke Inggris, Jubir: Perang Dingin sudah Lewat, China Bukan Seperti Dulu!

Yang disampaikan tersebut terkait situasi terakhir di Ukraina dan protes China atas campur tangannya AS dalam Olimpiade Musim Dingin Beijing.

Dalam pernyataannya, Kamis, 27 Januari 2022, dilansir Kalbar-Terkini.Com dari tabloid Pemerintah China Global Times, Wang pertama kali protes atas intervensi AS terkait Olimpiade Musim Dingin Beijing.

Wang memperingatkan AS untuk berhenti bermain api, lewat upayanya yang terus mencampuri Olimpiade Musim Dingin Beijing serta juga berhenti dengan berbagai pernyataannya tentang Taiwan, yang disebut China sebagai provinsi pemberontak.

Baca Juga: China Caplok Taiwan jika AS dan NATO Fokus Urusi Ukraina, Rusia Dituding Ingin Kembali Hidupkan Uni Soviet

Selain itu diserukan supaya semua pihak yang terlibat di Ukraina untuk tetap tenang, dan tidak memicu ketegangan, menurut Wang selama percakapan telepon dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.

Menurut rilis berita yang diposting oleh Kementerian Luar Negeri China, Wang mengimbau AS agar berhenti mengganggu Olimpiade Musim Dingin Beijing.

Berhenti bermain api dengan pertanyaan tentang Taiwan, dan berhenti menciptakan berbagai 'klik' anti-China.

Baca Juga: Amerika dan China Kian Mesra, Biden menjanjikan keterbukaan tentang hak asasi manusia

Wang menegaskan, saling menghormati, hidup berdampingan secara damai, dan kerja sama saling menguntungkan, adalah tiga prinsip untuk mengembangkan hubungan China-AS di era baru.

Penegasan itu juga persis dengan pernyataan Presiden China Xi Jinping dalam pertemuan virtualnya pada November 2021 dengan Presiden AS Joe Biden, yang direspon respon positif oleh Biden.

Mengutip KTT virtual itu, Wang menyatakan bahwa apa yang dilihat dunia adalah 'nada' kebijakan AS ke China tidak berubah secara substansial, dan AS belum menindaklanjuti pernyataan Biden.

"AS terus membuat kata-kata dan perbuatan yang salah terkait dengan China, yang telah memberikan pukulan baru bagi hubungan bilateral," kata Wang.

Baca Juga: Selain China, Ilmuan Jiran Sebut Pulau Natuna Milik Malaysia Bukan Indonesia

"China dan AS harus menindaklanjuti konsensus penting yang dicapai oleh kepala negara kedua negara, dan memperluas aspek positif kerja sama bilateral," tambah Menlu China.

Sementara Blinken menyatakan, penting bagi kedua menteri luar negeri untuk menjaga komunikasi secara teratur, dan bersikeras bahwa tidak ada perubahan dalam posisi Biden yang dinyatakan selama pertemuan puncak antara kedua kepala negara.

AS dan China memiliki kepentingan dan perbedaan yang tumpang tindih, dan AS bersedia mengelola perbedaan dengan cara yang bertanggung jawab. Kebijakan satu-China AS tidak berubah, menurut Blinken.

AS juga disebutnya akan menyemangati para atletnya yang berpartisipasi dalam Olimpiade Musim Dingin Beijing, dan Biden juga mengucapkan selamat Festival Musim Semi kepada rakyat China.

Kedua pejabat itu juga bertukar pandangan tentang situasi di Ukraina.

Wang menekankan bahwa solusi untuk masalah Ukraina harus kembali ke perjanjian Minsk yang baru, dan menambahkan bahwa perjanjian yang disetujui oleh Dewan Keamanan PBB membentuk dokumen politik mendasar, yang diakui oleh semua pihak, dan harus dilaksanakan secara efektif.

Wang meminta semua pihak untuk tetap tenang dan menahan diri dari melakukan hal-hal yang merangsang ketegangan dan memicu krisis.

Wang mencatat bahwa keamanan satu negara tidak boleh mengorbankan keamanan negara lain, dan keamanan regional tidak boleh dijamin dengan memperkuat, atau bahkan memperluas pembangunan militer.

Di abad ke-21, menurut Wang, semua pihak harus benar-benar meninggalkan mentalitas Perang Dingin, dan mencari mekanisme keamanan di Eropa yang seimbang, efektif, dan berkelanjutan, melalui negosiasi.

Masalah keamanan yang wajar dari Rusia juga dikliamnya harus ditanggapi dengan serius, dan diselesaikan.

Tentang Protokol Minsk

Protokol Minsk sendiri, yang diteken di Minsk, Ibukota Belarusia, sekutu Rusia, adalah kesepakatan yang berusaha untuk mengakhiri perang di wilayah Donbas, wilayah Ukraina.

Diteken pada 2014 oleh Trilateral Contact Group on Ukraina, yang terdiri dari Ukraina, Federasi Rusia, dan Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE), Protokol Minsk dilakukan dengan mediasi para pemimpin Perancis dan Jerman atau sering disebut Format Normandia.

Setelah pembicaraan ekstensif di Minsk, dilansir dari Wikipedia, perjanjian tersebut ditandatangani oleh perwakilan Grup Kontak Trilateral dan, tanpa pengakuan status apa pun oleh kepala Republik Rakyat Donetsk, dan Republik Rakyat Luhansk saat itu.

Perjanjian tersebut, yang mengikuti beberapa upaya sebelumnya untuk menghentikan pertempuran di Donbas, bertujuan untuk menerapkan gencatan senjata segera.

Gagal menghentikan pertempuran di Donbas, dan dengan demikian Protokol Minsk diikuti dengan paket tindakan baru, disebut Minsk II, yang ditandatangani pada 12 Februari 2015.

Tapi, protokol ini juga gagal untuk menghentikan pertempuran, tetapi partai-partai Format Normandia setuju bahwa Protokol Minsk tetap menjadi dasar untuk setiap resolusi konflik di masa depan.

Teks Protokol terdiri 12 dari Poin

1.Memastikan gencatan senjata bilateral segera.

2.Memastikan pemantauan dan verifikasi gencatan senjata oleh OSCE.

3.Desentralisasi kekuasaan, termasuk melalui adopsi undang-undang Ukraina tentang Tata Pemerintahan Lokal Sementara di Distrik Tertentu di Oblast Donetsk dan Luhansk.

4.Memastikan pemantauan permanen perbatasan Ukraina-Rusia dan verifikasi oleh OSCE dengan penciptaan zona keamanan di wilayah perbatasan Ukraina dan Federasi Rusia.

5.Pembebasan segera semua sandera, dan orang-orang yang ditahan secara ilegal.

6.Sebuah undang-undang yang mencegah penuntutan dan penghukuman orang-orang sehubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di beberapa wilayah Oblast Donetsk dan Luhansk.

7.Melanjutkan dialog nasional yang inklusif.

8.Mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki situasi kemanusiaan di Donbas.

9.Memastikan pemilihan lokal lebih awal sesuai dengan hukum Ukraina tentang Perintah Sementara Pemerintahan Sendiri Lokal di Distrik Tertentu di Oblast Donetsk dan Luhansk.

10.Menarik kelompok-kelompok bersenjata ilegal dan peralatan militer serta pejuang dan tentara bayaran dari wilayah Ukraina.

11.Mengadopsi program pemulihan ekonomi dan rekonstruksi untuk wilayah Donbas.

12.Memberikan keamanan pribadi bagi peserta dalam konsultasi.

Selama dua minggu setelah Protokol Minsk ditandatangani, sering terjadi pelanggaran gencatan senjata oleh kedua belah pihak yang berkonflik.

Pembicaraan berlanjut di Minsk, dan tindak lanjut dari Protokol Minsk disepakati pada 19 September 2014. Memorandum ini mengklarifikasi implementasi Protokol.

Di antara beberapa langkah perdamaian yang disepakati adalah melarang penerbangan dengan pesawat tempur di atas zona keamanan.

Berikutnya, menarik semua tentara bayaran asing dari zona konflik; melarang operasi ofensif; menarik persenjataan berat sejauh 15 kilometer ke belakang di setiap sisi garis kontak.

Menciptakan zona penyangga 30 kilometer; menugaskan Misi Pemantauan Khusus OSCE ke Ukraina dengan memantau implementasi Protokol Minsk

Setelah memorandum, terjadi pertempuran di Bandara Donetsk pecah, dan kedua belah pihak terus saling menuduh pelanggaran gencatan senjata.***

Editor: Slamet Bowo Santoso

Sumber: Global Times Wikipedia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah