Tiongkok Meradang ke Inggris, Jubir: Perang Dingin sudah Lewat, China Bukan Seperti Dulu!

- 24 Januari 2022, 23:11 WIB
Fans China sewa 2 tower untuk rayakan ulang tahun Lucas NCT pada 25 Agustus 2021
Fans China sewa 2 tower untuk rayakan ulang tahun Lucas NCT pada 25 Agustus 2021 /Weibo

KALBAR TERKINI - Tiongkok Meradang ke Inggris, Jubir: Perang Dingin sudah Lewat, China Bukan Seperti Dulu!

China memperingatkan Inggris dan aliansi militer tripartit Aukus-nya  supaya tidak latah memusuhinya dengan mengikuti pedoman Perang Dingin.

Masalahnya, era itu  sudah berlalu, dan negaranya 'bukan Tiongkok' yang dahulu'. "Itu (sikap memusuhi China) tidak akan membawa ke mana-mana, karena era Perang Dingn sudah lama berlalu, 40-50 tahun silam" kata seorang jurubicara Tiongkok.

Baca Juga: China Caplok Taiwan jika AS dan NATO Fokus Urusi Ukraina, Rusia Dituding Ingin Kembali Hidupkan Uni Soviet

Dilansir Kalbar-Terkini.Com dari tabloid Pemerintah China, Global Times, Minggu,  23 Januari 2022, pernyataan itu disampaikan seorang jurubicara China menyusul suatu pernyataan yang menyakitkan dari Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss dalam pidatonya,  ketika berkunjung ke Australia, Jumat,21 Januari 2022.

Juga dihadiri para pejabat pertahanan Inggris dan rekan-rekan Australia-nya, pidato Truss itu bertujuan untuk memajukan AUKUS,  kelompok ideologis yang dibentuk untuk melawan China dan Rusia.

Pakta tersebut juga mencakup kerja sama di bidang 'kemampuan dunia maya, kecerdasan buatan, teknologi kuantum, dan kemampuan bawah laut tambahan.

Baca Juga: Amerika dan China Kian Mesra, Biden menjanjikan keterbukaan tentang hak asasi manusia

Juga pakta itu akan fokus ke kemampuan militer, memisahkannya dari aliansi berbagi intelijen Five Eyes.  yang juga mencakup Selandia Baru dan Kanada.

Kesepakatan itu sendiri mendapat pujian dan belakangan penolakan dari Pemerintah China secara vokal.

China menuduh bahwa tiga kekuatan barat itu memiliki 'mentalitas Perang Dingin, karena kesepakatan itu secara luas dilihat sebagai, setidaknya sebagian, adalah sebagai tanggapan tegas atas kemunculan status China. sebagai negara adidaya.

Inggris diklaim telah mengikuti strategi AS untuk bergulat dengan China di berbagai bidang.

Pun langkah Inggris tidak hanya menunjukkan upaya pemerintahan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson untuk mengalihkan fokus dari urusan dalam negeri.

Johnson dianggap hanya berusaha menimbulkan masalah secara eksternal, sebagaimana ambisi menteri luar negerinya,  yang menggunakan sikap anti-Chin.

Truss juga dinilai  berusaha memperkuat kehadiran politiknya sebagai kandidat potensial untuk menggantikan posisi Johnson jika Johnson  mundur atau digulingkan, menurut beberapa pakar China.

Aukus sendiri adalah pakta keamanan trilateral antara Australia, Inggris dan Amerika Serikat, yang diumumkan pada 15 September 2021 untuk kawasan Indo-Pasifik.

Di bawah pakta tersebut, AS dan Inggris akan membantu Australia untuk memperoleh kapal selam bertenaga nuklir.

"Dunia saat ini jauh berbeda dengan dunia 40 atau 50 tahun yang lalu. Perang Dingin sudah lama berlalu!" kata  juru bicara dari Kedutaan Besar China untuk Inggris  dalam sebuah pernyataan di situsnya, Minggu lalu, sebagai tanggapan atas komentar Truss di Lowy Institute of Australia.

Truss kala itu sedang melakukan kunjungan resmi ke Australia. Truss menyebut China beberapa kali selama pidatonya di Lowy, dan menyalahkan China tanpa dasar.

China juga disebutnya telah melakukan 'pemaksaan ekonomi' ke negara lain,  seperti Lithuania,  dan bekerja lebih erat dengan Rusia, menurut transkrip yang dirilis di situs web pemerintah Inggris.

Karena itu Truss meminta Inggris dan Australia untuk bekerja dengan negara lain untuk mempertahankan keamanan dan kebebasan ekonomi.

Tuduhan ke China dalam pidato ini dianggap oleh Tiongkok telah membingungkan sekaligus menimbulkan pertanyaan tentang niat Inggris dan Australia yang sebenarnya.

"Mereka penuh dengan disinformasi tentang China serta situasi internasional saat ini," kata juru bicara kedutaan China.

Pernyataan Truss itu diklaim meniru retorika AS, menarik garis atas dasar ideologis,  dan mendiskreditkan negara berdaulat lainnya,  terlepas dari fakta.

"Ini adalah upaya untuk membenarkan langkah untuk menciptakan lingkaran kecil, yang telah menimbulkan dampak negatif pada perdamaian dan stabilitas regional," lanjut juru bicara China itu.

Inggris kemungkinan  melakukan ini untuk menunjukkan nilainya kepada AS. Johnson sendiri berada dalam posisi yang sangat goyah,  karena ada suara di dalam dan di luar partainya yang menyerukan pengunduran dirinya.

Itu sebabnya Johnson sangat ingin menunjukkan bahwa dia membuat perbedaan dalam diplomasi Inggris,  menurut Zhou Fangyin, seorang profesor di Institut Penelitian Guangdong untuk Strategi Internasional kepada Global Times pada Minggu.

Koordinasi AS, Inggris, dan Australia diperkuat karena aliansi Aukus, lanjut Zhou. Pakar tersebut menunjukkan salah satu metode utama AS adalah melibatkan sekutunya untuk membentuk aliansi anti-China melalui dialog '2 + 2'.

Ketika Australia dan Inggris bergandengan tangan untuk memajukan Aukus, Presiden AS Joe Biden mengadakan pertemuan virtual dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida.

Keduanya kemudian sepakat untuk meningkatkan kerja sama dalam masalah ekonomi dan keamanan termasuk menghadapi kekuatan China yang sedang tumbuh, dugaan peluncuran rudal Korea Utara, dan kecurigaan AS bahwa Rusia akan menyerang Ukraina.

Cui Hongjian, Direktur Departemen Studi Eropa di Institut Studi Internasional China, menyatakan bahwa Aukus telah memberi Inggris lebih banyak kepercayaan sampai batas tertentu.

Hal ini karena salah satu keuntungan terbesarnya dari pakta tersebut,  adalah dapat memasuki kawasan Asia-Pasifik di jalan yang disebut aliansi keamanan tripartit, dan ingin mengembangkan strategi Indo-Pasifik-nya sendiri.

"Buku pedoman Perang Dingin Inggris ini sudah termasuk mengikuti AS untuk menciptakan citra oposisi China-Barat,  serta menggunakan apa yang disebut ideologi dan nilai-nilai untuk membentuk aliansi militer untuk menghadapi China di bidang militer dan diplomatik," lanjut  Cui.

Sementara pemerintahan Johnson sedang menghadapi tekanan, dan Australia juga memiliki pemilihan federal pada 2022, sehingga kedua negara ini memiliki kebutuhan yang sama untuk mengalihkan konflik ke luar, catat Cui.

"Truss kemungkinan akan menggantikan Johnson,  jika Johnson mundur, dan pernyataan Truss yang anti-China ini,  juga membangkitkan resonansi dalam membangkitkan sentimen anti-China di Australia," tambahnya.

Zhou dari Institut Penelitian Guangdong untuk Strategi Internasional menyatakan bahwa dengan meningkatnya kekuatan China untuk mengamankan keamanan di sekitar Indo-Pasifik, dampak Aukus akan terbatas dalam arti militer.

Bagi AS, menurutnya, Aukus lebih ditujukan untuk menggunakan aliansi militer untuk 'memisahkan' dari China secara ekonomi, terutama dalam teknologi tinggi, dan mendiskreditkan citra China di masyarakat internasional.

Adapun ketika Aukus berdiri pada 17 September 2021, Prancis, sekutu ketiga AS, segera menarik duta besarnya dari Australia dan AS. Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian menyebut bahwa Aukus sebagai 'tikaman dari belakang'.

Hal ini akibat kemarahan Prancis  menyusul pembatalan tanpa pemberitahuan dari Australia atas kesepakatan produksi kapal selam Prancis-Australia senilai  90 miliar dolar AS.

Sikap Australia ini juga telah mengakhiri upaya kedua negara untuk mengembangkan kemitraan strategis yang lebih dalam.   

Kapal selam itu seharusnya dibuat berdasarkan perjanjian kemitraan strategis antara Naval Group dari Prancis dan Australia.

Pada 2009, dua tahun setelah dimulainya proyek untuk menggantikan kapal selam kelas Collins bertenaga konvensional Angkatan Laut Australia itu, Buku Putih Pertahanan Australia menyatakan bahwa pemerintah telah mengesampingkan propulsi nuklir untuk kapal selam ini.

Pada 2016, Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull menandatangani kesepakatan senilai 50 miliar dolar AS, dengan sebagian perusahaan milik pemerintah Prancis, Naval Group (dikenal sebagai DCNS hingga 2017) untuk merancang kapal selam generasi baru, yang dikenal sebagai kelas serang.di bawah Program Kapal Selam Masa Depan.***

Editor: Slamet Bowo Santoso

Sumber: Global Times Wikipedia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x