MIRIS!! Musim Dingin Sergap Warga Afghanistan, 23 Warga Terancam Kelaparan: Rela Jual Anak Demi Makanan

- 24 Januari 2022, 21:24 WIB
Kondisi Afghanistan yang dipenuhi dengan salju
Kondisi Afghanistan yang dipenuhi dengan salju /Istimewa/Arabnews.com

KALBAR TERKINI - MIRIS!! Musim Dingin Sergap Warga Afghanistan,  23 Warga Terancam Kelaparan: Rela Jual Anak Demi Makanan

Kelaparan dahsyat melanda sekitar 23 juta warga dan sembilan juta lainnya di ambang kelaparan menyusul musim dingin mematikan yang melanda Afghanistan.

Banyak warga terpaksa menjual harta benda untuk membeli makanan, membakar perabotan untuk kehangatan, bahkan menjual anak-anak mereka.

Baca Juga: UE Gelontorkan Dana, Rakyat Afghanistan tak Akan Meratap Lagi, Anak-anak Mulai Jalani Vaksinasi Polio Pertama

Padahal, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB)  telah berhasil menyediakan sejumlah likuiditas,  dan mengizinkan pemerintahan Taliban untuk membayar impor, termasuk listrik.

 Itu sebabnya pihak Taliban selaku penguasa de facto Afghanistan sejak Desember 2021,  terus melobi diplomat-diplomat Barat supaya AS dan Barat segera mencairkan dana negaranya senilai 10 miliar dolar AS yang dibekukan.

Dilansir Kalbar-Terkini.Com dari The Associated Press, Senin, 24 Januari 2022,  Taliban dan diplomat barat akhirnya memulai pembicaraan resmi pertama mereka di Eropa sejak Taliban mengambil alih kendali Afghanistan pada Agustus 2021.

Baca Juga: Taliban Telah Membebaskan Maulvi Mohammad Sardar Zadran, Sosok Ulama Berpengaruh Di Afghanistan

Dilaporkan dari Oslo, Ibukota Norwegia, pertemuan tertutup itu berlangsung di sebuah hotel di pegunungan yang tertutup salju di atas Kota Oslo.

Perwakilan Taliban dipastikan  akan mendesak agar dana negara itu segera dicairkan karena Afghanistan sedang menghadapi situasi kemanusiaan yang sangat genting.

“Kami meminta mereka untuk mencairkan aset Afghanistan,  dan tidak menghukum warga Afghanistan biasa  karena wacana politik,” kata delegasi Taliban,  Shafiullah Azam pada Minggu malam waktu setempat.

Baca Juga: Dikirimi Surat Gadis Afghanistan, Angelina Jolie Langsung Buat Instagram Demi Menyuarakan Hak Asasi Manusia

“Karena kelaparan, karena musim dingin yang mematikan, saya pikir sudah waktunya bagi komunitas internasional untuk mendukung warga Afghanistan, bukan untuk menghukum mereka karena perselisihan politik," ujarnya.

Menjelang pembicaraan, diplomat barat bertemu dengan aktivis hak perempuan Afghanistan,  dan pembela hak asasi manusia untuk mendengar aspirasi masyarakat sipil di Afghanistan.

Dengar pendapat juga melibatkan kalangan diaspora Afghanistan terkait tuntutan dan penilaian mereka atas situasi saat ini di lapangan. 

Pertemuan tersebut dihadiri oleh perwakilan Uni Eropa (UE), AS, Inggris, Prancis, Italia dan tuan rumah Norwegia.

Baca Juga: Garuda Muda Ditumbangkan Timnas Afghanistan 2-3, Egy Maulana Fikri Satu Gol dan Satu Asisst

Berdiri diam saat peserta berkumpul, aktivis hak-hak perempuan Heda Khamoush, yang tinggal di Kabul, Ibukota Afghanistan, Heda mengangkat foto Tamana Zaryabi Paryani dan Parwana Ibrahimkhel.

Kedua wanita dalam foto ini telah ditangkap oleh Taliban pekan lalu,  menyusul protes anti-Taliban terkait kewajiban berjilbab untuk wanita.

Mereka belum terlihat sejak itu.

Menolak tuduhan bahwa Taliban telah menculik mereka, Azam menyatakan bahwa dia 'tidak menyadarinya, dan menilai bahwa  para aktivis bisa saja menggunakan pertemuan itu sebagai kesempatan untuk mencari suaka.

Berbicara setelah pertemuan, aktivis hak-hak perempuan lainnya, Mahbouba Seraj dengan marah menolak tudingan itu.

"Jika mereka terus seperti ini, untuk memberi tahu kami sesuatu dan melakukan sesuatu yang lain, saat itulah kepercayaan akan hancur, sepenuhnya," kecamnya.

Pembicaraan tiga hari ini dibuka sejak Minggu lalu dengan agenda pertemuan langsung antara Taliban dan perwakilan masyarakat sipil.

Sebuah pernyataan bersama yang di-tweet semalam oleh Zabihullah Mujahid, Wakil Menteri Kebudayaan dan Informasi Afghanistan, menegaskan bahwa 'peserta pertemuan itu mengakui bahwa pemahaman dan kerja sama bersama adalah satu-satunya solusi untuk semua masalah Afghanistan'.

Juga ditekankan  bahwa 'semua warga Afghanistan perlu bekerja bersama-sama untuk hasil politik, ekonomi, dan keamanan yang lebih baik di negara itu'.

Seraj mengakui kemajuan yang dibuat. “Ya, mereka mendengarkan. Saya harus mengatakan itu, ”katanya pada Senin pagi ini.

“Kami memberi mereka kertas. Kami bertanya kepada mereka apa yang kami inginkan. Mereka mengambilnya. Mereka sangat, sangat ramah tentang hal itu," lanjutnya.

Pembicaraan itu terjadi pada saat yang penting bagi Afghanistan,  karena suhu yang membekukan menambah kesengsaraan, ibarat spiral ke bawah yang datang lewat jatuhnya pemerintah yang didukung AS dan pengambilalihan oleh Taliban.

Kelompok bantuan dan lembaga internasional memperkirakan sekitar 23 juta orang, lebih dari separuh negara, menghadapi kelaparan parah, dan hampir sembilan juta lainnya berada di ambang kelaparan.
 
Dihadapkan dengan permintaan dana dari Taliban, kekuatan Barat cenderung menempatkan hak-hak perempuan dan anak perempuan di Afghanistan dalam agenda mereka, bersama dengan permintaan berulang Barat kepada pemerintahan Taliban untuk berbagi kekuasaan dengan kelompok etnis dan agama minoritas Afghanistan.

Sejak berkuasa pada medio  Agustus 2021, Taliban telah memberlakukan pembatasan luas, yang banyak di antaranya ditujukan kepada wanita.

Perempuan telah dilarang dari banyak pekerjaan di luar bidang kesehatan dan pendidikan, akses mereka ke pendidikan telah dibatasi di luar kelas enam,  dan mereka telah diperintahkan untuk mengenakan jilbab.

Taliban, bagaimanapun, berhenti memaksakan burqa, yang wajib ketika mereka sebelumnya memerintah Afghanistan pada dekade 1990-an.

Taliban semakin menargetkan kelompok-kelompok hak asasi di Afghanistan yang terkepung serta wartawan, menahan, dan terkadang memukuli kru televisi yang meliput demonstrasi.

Delegasi AS, yang dipimpin oleh Perwakilan Khusus untuk Afghanistan Tom West, berencana untuk membahas 'pembentukan sistem politik perwakilan sebagai  tanggapan atas krisis kemanusiaan dan ekonomi yang mendesak.

Juga terkait masalah keamanan dan kontraterorisme, hak asasi manusia, terutama pendidikan untuk anak perempuan,  menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh Departemen Luar Negeri AS.

Norwegia sebagai salah satu dari Negara-negara  Skandinavia adalah rumah bagi Hadiah Nobel Perdamaian, dan tidak asing dengan diplomasi.

Norwegia telah terlibat dalam upaya perdamaian di sejumlah negara, termasuk Mozambik, Afghanistan, Venezuela, Kolombia, Filipina, Israel dan Wilayah Palestina, Suriah, Myanmar, Somalia, Sri Lanka, dan Sudan Selatan.***

Editor: Slamet Bowo Santoso

Sumber: The Associated Press


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x