Nekat Bunuh Orang Gurkha, Junta Myanmar akan 'Kena Batunya'

- 13 April 2021, 22:47 WIB
DIGEMPUR KACHIN - Bentrokan sengit antara Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA) dan Tatmadaw terjadi di sekitar Dokphoneyan, Kotapraja Momauk, Negara Bagian Kachin. Ketegangan meningkat sejak KIA merebut pangkalan Alaw Bum pada Kamis, 25 Maret 2021 di dekat perbatasan China, yang sebelumnya diduduki oleh Tatmadaw./FOTO: ASIAN NEWS/CAPTION: OKTAVIANUS C/
DIGEMPUR KACHIN - Bentrokan sengit antara Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA) dan Tatmadaw terjadi di sekitar Dokphoneyan, Kotapraja Momauk, Negara Bagian Kachin. Ketegangan meningkat sejak KIA merebut pangkalan Alaw Bum pada Kamis, 25 Maret 2021 di dekat perbatasan China, yang sebelumnya diduduki oleh Tatmadaw./FOTO: ASIAN NEWS/CAPTION: OKTAVIANUS C/ /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS

KALBAR TERKINI - Tak bisa dibayangkan bagaimana murkanya orang Gurkha ke pihak  Tatmadauw -nama militer Myanmar-  menyusul ditembak matinya suami istri dari etnis tersebut di Tamu, sebuah kota di barat laut Myanmar, sepanjang perbatasan dengan India, Selasa.13 April 2021.

Dikenal sebagai pasukan khusus sewaan, yang selama dua abad mengabdi untuk Kerajaan Inggris, Gurkha dikenal tangguh di medan pertempuran. Orang Gurkha maupun tentaranya, etnis asli Asia Selatan yang berkewarganegaraan Nepal ini, dikenal memiliki solidaritayang tinggi.

Itu sebabnya, tewasnya pasangan suami istri Gurkha ini bisa menandai 'saatnya tiba' bagi junta Myanmar. Setelah 'berperang' dengan rakyatnya sendiri, dan bertempur dengan sebagian besar pasukan etnis bersenjata, maka ditengarai bahwa tak tertutup kemungkinan pihak junta bakal 'berhadapan' dengan balas dendam orang Gurkha, jika peristiwa ini sampai ke telinga mereka. 

Gurkha dikenal sebagai pasukan berani mati yang tersohor di dunia selama lebih dua ratus tahun. Mantan Kepala Staf Angkatan Darat India, Marsekal Sam Manekshaw pernah berkata: "Jika seseorang mengatakan dia tidak takut mati, maka dia berbohong, atau... dia Gurkha!"  

Baca Juga: Bajak Laut Merajalela di Perairan Indonesia, Taiwan Berlakukan 'Seafarer Act'

Baca Juga: Anjungan Kalbar di TMII, Tiruan Istana Kesultanan Kadaryiah dan Rumah Bentang

Baca Juga: Pemda Izinkan Salat Tarawih Berjemaah, Gubernur Kalbar Minta Pengurus Masjid Perketat Penerapan Prokes

Dibunuh saat Bawa Susu Sapi

Dikutip Kalbar-Terkini.com dari The Irrawaddy, Selasa, keduanya ditembak mati oleh pasukan rezim militer Myanmar, yang telah mengendalikan  wilayah tersebut menyusul aksi penumpasan kekerasan brutal terhadap pengunjuk rasa anti-rezim di sana.

Kishan dan Harimaya sedang mengendarai sepeda motor dalam perjalanan pulang dari mengumpulkan susu sapi, ketika mereka ditembak di Jembatan Pahe, Tamu, menurut penduduk setempat.

Suaminya ditembak di pipi dan istrinya di punggung. "Keluarga mereka sudah dihubungi oleh polisi sebelum tengah hari,  dan pemakaman dilakukan dalam beberapa jam," kata seorang kerabat.

“Kami mencari mereka, karena mereka terlambat pulang di pagi hari. Mereka biasanya pergi mengambil susu sapi dari peternakan mereka,  untuk dijual di bangsal,” lanjutnya. 

Kerabat menambahkan, pasangan tersebut kerap kembali ke rumah dalam waktu 30 menit hingga satu jam.

Tetapi ketika mereka tidak datang tepat waktu pada Selasa pagi, anggota keluarga mencari mereka. “Tapi kami tidak bisa pergi terlalu jauh,  mengingat situasi saat ini. Kami baru mengetahui tentang kematian mereka,  ketika polisi menghubungi kami sekitar pukul 11:30,” kata kerabat. 

Jenazah mereka dibawa kembali ke rumah, dan pemakaman diadakan dengan cepat pada Selasa sebelum pukul lima sore. “Setidaknya, keluarga mendapat kesempatan untuk melihat jenazah mereka sebelum pemakaman,” kata kerabat. 

Pasukan junta menyerbu Tamu pada Sabtu, 10 April 2021, dan menghancurkan barikade berbenteng yang didirikan oleh pengunjuk rasa anti-rezim. Warga tidak bisa menggelar protes selama tiga hari.

Penduduk mengatakan,  tentara telah menguasai kota, berpatroli di jalan-jalan,  dan mencari semua orang yang harus ditangkap. Seorang penduduk mengaku melihat sekitar 50 tentara berpatroli di bangsal tempat penembakan itu terjadi.

Mereka menghancurkan penghalang jalan, memeriksa orang, dan menembakkan senjata pada Selasa.

“Saat kami mendengar penembakan, kami juga lari, dan bersembunyi di hutan terdekat,  dan baru pulang sore hari,” kata Ko Kyaw (bukan nama sebenarnya) yang tinggal di dekat jembatan. 

“Kami takut dan merasa tidak aman. Kami juga mengkhawatirkan keselamatan keluarga kami,” lanjutnya seraya menambahkan bahwa pasukan junta telah menghancurkan lingkungan lain selama tiga hari terakhir.  

Pada Senin, 12 April 2021, seorang anak perempuan berusia tujuh tahun, diserang tentara, dan sekitar 200 penduduk melarikan diri dari rumah ketika pasukan rezim menggerebek kota sambilmenembakkan senjata secara acak.

Hingga Senin lalu, tercatat 710 warga sipil tewas, yang didokumentasikan oleh Asosiasi Bantuan Tahanan Politik (AAPP). Jumlah warga sipil yang terbunuh oleh pasukan rezim sejak kudeta 1 Februari 2021, setidaknya 713 hingga Selasa pagi. 

Beberapa dari warga yang melarikan diri dari rumah mereka di Tamu,  berlindung di Negara Bagian Manipur, India. "Ini karena Tamu adalah kota perbatasan dengan kota Moreh di Negara Bagian Manipur," kata seorang penduduk lainnya. 

Tamu  telah mempertahankan diri dengan senjata dan bahan peledak rakitan melawan pasukan rezim militer selama lebih dari dua pekan setelah kematian seorang pengunjuk rasa damai pada Jumat, 26 Maret 2021.

Pasukan junta telah menangkap setidaknya tiga orang, Ko Hlaing Moe, Ko Aung Than, dan Ko Aye Chan, menurut penduduk. 

Seorang anggota pasukan perlawanan di Tamu menyatakan, polisi menangkap lima pemuda yang bukan bagian dari gerakan mereka.

“Mereka (pasukan keamanan) menutupi kepala lima pemuda dengan kain, dan mengikat tangan mereka ke belakang. Mereka dipukuli dan dibawa. Kami tidak tahu kemana mereka dibawa, ”kata warga Tamu itu.

Tentara-tentara  Junta Tewas  

Pertempuran pecah antara berbagai kelompok etnis bersenjata dan militer Myanmar di beberapa lokasi di utara dan timur laut negara, Senin kemarin. Akibatnya, banyak korban di pihak militer termasuk seorang komandan batalion, serta penangkapan terhadap beberapa tentara. 

Bentrokan sengit antara Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA) dan Tatmadaw (militer Myanmar) terjadi di sekitar Dokphoneyan di Kotapraja Momauk Negara Bagian Kachin.

Ketegangan meningkat sejak KIA merebut pangkalan Alaw Bum pada Kamis, 25 Maret 2021 di dekat perbatasan China, yang sebelumnya diduduki oleh Tatmadaw. 

Petugas informasi KIA, Kolonel Naw Bu menegaskan, Tatmadaw melancarkan beberapa serangan udara selama empat hari untuk merebut kembali pangkalannya dari KIA. "Tatmadaw sedang memperkuat tentaranya, dan bentrokan dapat meningkat lagi hari ini,". tambahnya.  

Menurut seorang pejabat KIA di lapangan. banyak tentara termasuk komandan batalion dari Batalyon Infanteri Ringan Nomor 387 Tatmadaw dilaporkan dibunuh oleh KIA selama pertempuran pada Senin lalu. 

Ditambahkan, KIA juga menangkap delapan tentara militer Myanmar. Namun, The Irrawaddy tidak bisa memverifikasi klaim tersebut. 

Seorang penduduk setempat mengatakan, enam bom menghantam  wilayah perbatasan China selama serangan udara tersebut.

Tidak ada yang terluka di pihak China saat bom mendarat di lahan pertanian. 

Bentrokan juga dilaporkan terjadi di tempat lain di Kotapraja Momauk, setelah KIA menduduki dua pos polisi dan pangkalan militer di Jembatan Tarpein. Tiga warga sipil tewas dalam pertempuran itu setelah peluru artileri mendarat di desa-desa.

Menyusul penolakan KIA untuk mengakui rezim militer, bentrokan dilaporkan terjadi di seluruh Negara Bagian Kachin dan Negara Bagian Shan utara sejak Rabu, 11 Maret 2021.

KIA telah menyerang pos-pos militer dan polisi serta mengancam akan meningkatkan serangannya jika junta terus menembakkan pengunjuk rasa damai ke seberang negara. 

Pada Senin malam, ada juga laporan pertempuran antara Tatmadaw dan Tentara Pembebasan Nasional Ta'ang (TNLA) di sekitar pusat tambang batu rubi ​​Myanmar, Mogoke di wilayah Mandalay. 
"Kami mendengar peluru artileri berat meledak dari pukul 19:30. sampai 10:30 malam. Kami juga mendengar tembakan beberapa kali,” kata seorang warga Mogoke."Kami melihat militer sedang memperkuat pasukan di dekat daerah itu pagi ini."  

TNLA dan sayap bersenjata Partai Kemajuan Negara Bagian Shan yakni Tentara Negara Bagian Shan, aktif di wilayah Kotapraja Mogoke. TNLA adalah anggota Tripartite Brotherhood Alliance, yang juga termasuk Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar dan Tentara Arakan. 

Aliansi tersebut baru-baru ini mengutuk rezim militer, dan memperingatkan bahwa mereka siap untuk bergabung dengan semua etnis dalam perang melawan junta jika junta melanjutkan pembunuhan brutal terhadap pengunjuk rasa anti-kudeta. 

Persaudaraan Aliansi menyerang pos polisi di Kotapraja Lashio Negara Bagian Shan utara pada Sabtu, 10 April 2021. Sedikitnya 14 polisi tewas dan lima anggota keluarga petugas polisi terluka dalam serangan itu.*** 

 

Sumber: The Irrawaddy, Wikipedia  

 

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah