Tentara Myanmar kian Beringas, PBB: 18 Pendemo Tewas!

- 28 Februari 2021, 23:53 WIB
PROTES - Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan ketika polisi tiba selama protes terhadap kudeta militer di Mandalay, Myanmar, Minggu, 28 Februari 2021./THE ASSOCIATED PRESS/
PROTES - Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan ketika polisi tiba selama protes terhadap kudeta militer di Mandalay, Myanmar, Minggu, 28 Februari 2021./THE ASSOCIATED PRESS/ /KALBAR TERKINI/CORNELIS OKTAVIANUS

Namun dalam banyak kasus, foto dan video yang beredar, menunjukkan terjadinya pembunuhan dan foto mayat yang mengerikan. Tembakan dilaporkan terjadi selama aksi protes di Yangon, ketika polisi juga menembakkan gas air mata dan meriam air ketika mencoba membersihkan jalan.

Foto selongsong peluru dari amunisi aktif yang digunakan dalam senapan serbu, di-posting di media sosial. Laporan awal di media sosial mengidentifikasi seorang pemuda yang diyakini telah terbunuh. Tubuhnya terlihat dalam foto dan video tergeletak di trotoar hingga pengunjuk rasa lain membawanya pergi.

Baca Juga: Ratusan Siswi Nigeria Diculik, Bertahun-tahun Pemerintah jadi Sapi Perah Gerombolan

Di Dawei, media lokal melaporkan, setidaknya tiga orang tewas dalam pawai protes yang terlihat lewat foto dan video. Foto di media sosial menunjukkan seorang pria terluka sedang dalam perawatan tenaga medis. 

Sebelum hari Minggu ini, ada delapan laporan pembunuhan yang dikonfirmasi terkait dengan pengambilalihan tentara, menurut Asosiasi Bantuan Tahanan Politik independen. Pada Minggu pagi ini, mahasiswa kedokteran berbaris di Yangon, dekat persimpangan Center Hledan, yang telah menjadi titik berkumpul para pengunjuk rasa yang kemudian menyebar ke bagian lain kota.

Video dan foto menunjukkan pengunjuk rasa berlari ketika polisi mengejar dan penduduk memasang penghalang jalan darurat untuk memperlambat gerak maju mereka.  Beberapa pengunjuk rasa berhasil melemparkan kembali tabung gas air mata ke arah polisi.

Di dekatnya, warga memohon kepada polisi untuk membebaskan orang-orang yang mereka jemput dari jalan, dan didorong ke truk polisi untuk dibawa pergi. Puluhan atau lebih orang diyakini telah ditahan.

“Dunia sedang menyaksikan tindakan junta militer Myanmar, dan akan meminta pertanggungjawaban mereka,” kata Phil Robertson, Wakil Direktur Asia untuk Human Rights Watch yang berbasis di New York, AS.  "Amunisi aktif tidak boleh digunakan untuk mengendalikan atau membubarkan protes, dan kekuatan mematikan hanya dapat digunakan untuk melindungi nyawa atau mencegah cedera serius."   

Pasukan keamanan mulai menggunakan taktik yang lebih kasar pada hari Sabtu lalu, mengambil tindakan pencegahan untuk membubarkan protes, dan membuat puluhan, jika bukan ratusan, penangkapan.

Lebih banyak tentara juga bergabung dengan polisi.  Banyak dari pengunjuk rasa yang ditahan,  dibawa ke Penjara Insein di pinggiran utara Yangon, yang secara historis terkenal karena menahan tahanan politik.

Halaman:

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x