LONDON, KALBAR TERKINI - Julukan Angkatan Laut Kerajaan Inggris pada masa lalu sebagai 'raja samudera' berusaha dibuktikan lewat kehadiran kapal induk HMS Ratu Elizabeth. Kamis, 25 Februari 2021 subuh, kapal ini mulai memasuki perairan laut China Selatan.
Dilansir Kalbar-Terkini.com dari media Inggris Express, Kamis ini, HMS Ratu Elizabeth dikawal dua kapal perusak Type 45, dua fregat Type 23, sebuah kapal selam nuklir, sebuah kapal tanker kelas Tide, dan RFA Fort Victoria.
Masih menurut Express, China baru-baru ini memperingatkan akan mengambil 'langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga kedaulatannya'. Pada 2017, Menteri Luar Negeri Boris Johnson berjanji akan menempatkan satu dari dua kapal induk terbarunya dalam ekspedisi yang diklaim sebagai bagian dari kebebasan navigasi.
Baca Juga: NASA Sebut Tiga Asteroid Besar Dekati Bumi, Diperkirakan Melintas 21 Maret 2021
Alih-alih kebebasan bernavigasi, klaim Johnson, bakal membuat kapal perang (Inggris) berlayar melalui perairan yang disengketakan, tanpa diganggu negara lain. Padahal, masih menurut Express, Charles Parton OBE, pejabat senior di Royal United Services Institute for Defense and Security Studies (RUSI) menyatakan kepada Telegraph, Selasa, 23 Februari 2021, operasi tersebut dapat berisiko bagi Inggris.
Menurut Parton, banyaknya kapal (militer) besar yang melayari Laut Cina Selatan memperlihatkan betapa gawatnya ketegangan di lautan tersebut sehingga sangat berisiko memicu insiden yang besar.
Meia Nouwens, analisis senior untuk Kebijakan Pertahanan Tiongkok dan Modernisasi Militer di Institut Internasional untuk Kajian Strategis di Inggris menyatakan kepada Komite Pertahanan Commons bahwa pengembangan teknologi kapal selam dan kendaraan bawah air tak berawak, menghadirkan tantangan tambahan.
Baca Juga: Rudal Iskander Bunuh 94 Warga Sipil, Azerbaijan Seret Armenia ke Pengadilan Internasional
"Tahukah kamu, China (juga) sedang mengembangkan kemampuan ini. Ke mana ini pergi ... akan menjadi tantangan tambahan, terkait bagaimana kita menangani taktik di zona abu-abu," tegasnya.
Pekan lalu, kekhawatiran terjadinya konflik mematikan di Laut China Selatan terlihat setelah Kementerian Pertahanan Taiwan mengklaim telah menyaksikan 11 jet China pada Sabtu, 20 Februari 2021. Terlihat pula delapan pesawat tempur lainnya, satu pesawat anti-kapal selam, dan dua pembom H-6 berkemampuan nuklir di dekat Kepulauan Pratas milik Taiwan.
Baca Juga: Militer Lawan 'Ramaikan' LCS, Rudal Jelajah anti-Kapal Tiongkok Siap Tembak!Ratu E
Tensi ketegangan antara China-Taiwan sudah begitu tinggi karena Beijing menggelar latihan perang di wilayah yang disengketakan pada Jumat, 18 Februari 2021. Kementerian Pertahanan Taiwan bahkan menyatakan, pasukan angkatan laut Beijing melanjutkan aktivitasnya pada Sabtu lalu, tetapi kementrian ini tidak menjelaskan lebih lanjut.
Masih pada Sabtu lalu, Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS menegaskan kembali seruan sebelumnya kepada China agar segera menghentikan tekanan militer, diplomatik dan ekonomi terhadap Taiwan. Beijing disarankan agar sebaliknya terlibat dalam dialog yang berarti dengan perwakilan Taiwan yang dipilih secara demokratis.***
Sumber: Express