DAMASKUS - Di balik kesan sebagai negara yang identik dengan peperangan, Suriah ternyata memiliki industri tekstil yang maju. Pada 2009, industri tekstil Suriah sempat menyumbang 27 persen dari produksi bersih industri non-minyaknya.
Hanya saja, produksinya sempat merosot tajam karena gangguan terorisme. Pada 2021, Pemerintah Suriah berusaha membangkitkan kembali industri tersebut, melalui berbagai kebijakan yang berpihak kepada kalangan pelaku usaha. Di antaranya, mempromosikan tekstil Suriah ke pasar luar negeri, melalui pameran tekstil ekspor bertajuk Made in Syria.
Digelar pada 11-14 Februari 2021, pameran tersebut, sebagaimana dilansir Kalbarterkini.com dari kantor berita nasional Suriah Syrian Arab News Agency (SANA), membuktikan bahwa Pemerintah Suriah sangat serius dalam mendukung kebangkitan industri dalam negerinya.
Baca Juga: Kerap Mencuri di Pedesaan, Tentara Bayaran Turki Tega pula Culik Warga Suriah
"Pemerintah ingin membangkitkan pasar swasembada dalam negeri, dengan mengekspor tekstil, bahkan kalau bisa, harus mencapai surplus," harap Perdana Menteri (PM) Hussein Arnous ketika meresmikan pameran tersebut di Fairgrounds Damaskus.
Digelar oleh Federasi Kamar Dagang dan Industri (KAdin) Suriah dan Asosiasi Eksportir Suriah, pameran pakaian dan tekstil ini diklaim sukses. Diikuti 360 perusahaan, sebagian dari seribu pengunjungnya adalah pelaku industri tekstil dari dalam dan luar negeri. \
Sejumlah pedagang Arab yang datang ke pameran ini mengakui, busana Suriah memiliki penjualan terbaik di pasar dan mulai bersaing dengan produk Barat dari segi kualitas dan harga.
Baca Juga: Dipimpin Dirkrimum Polda Kalbar, Satu Teroris Berada di Perairan Saat Dibekuk
Menurut Imad Thalib, pedagang pakaian dari Provinsi Basra, Irak, Made in Syria menampilkan barang-barang yang berkualitas tinggi. Berbagai merek dagang yang dipamerkan bersaing dengan barang-barang asing di pasar Irak. "Sebagian besar masyarakat Irak mempasok produk tekstil Suriah, karena reputasinya yang baik," pujinya.