Itu sebabnya PM Suga mengikuti kiat PM Inggris, Theresa May yang membentuk portofolio kabinet untuk memerangi kesepian. Ketika menjabat PM Inggris pada 2016 hingga 2019, May membentuk menteri pertama di dunia yang khusus memerangi kesepian. Dalam pandangan May, kesepian merupakan masalah kesehatan paling serius yang dihadapi masyarakat Inggris.
Baca Juga: Digali, Makam Remaja Perempuan yang Dibunuh Sesama Personel Tentara Komunis
Jepang di masa lalu pernah menunjuk menteri untuk menangani masalah yang terkait dengan kesepian. Umpamanya, individu 'hikikomori', sebutan untuk seseorang yang tidak pernah meninggalkan rumah bahkan hingga bertahun-tahun yang akhirnya kerap meninggal dunia dalam kesendirian alias kesepian.
Ketika melantik Sakamoto sebagai 'menteri kesepian', PM Suga menyuruhnya mempromosikan tindakan komprehensif yang memotong yurisdiksi kementerian terkait penanganan emergensi bagi warga kesepian. Suga merujuk peningkatan kasus bunuh diri, terutama di kalangan wanita karena krisis korona. Pun terkait masalah kesepian lainnya akibat permintaan pemerintah kepada warga untuk menahan diri dari berbagai acara yang tidak perlu.
Baca Juga: Rakor Persiapan di Medan, Menpora Puji Kesiapan Tuan Rumah PON XXI Tahun 2024
Dalam konferensi pers usai penunjukkannya sebagai Menteri Negara Urusan Kesepian, Sakamoto menyatakan bahwa isolasi akibat pandemi merupakan contoh dari 'ikatan masyarakat secara umum yang menjadi lebih lemah'. Sakamoto pun merujuk langkah-langkah pemerintah yang sudah diberlakukan terkait mengurangi angka bunuh diri.
Di antaranya, program perawatan warga lanjut usia yang hidup sendiri. Untuk itu, Sakamoto berjanji akan bekerja keras supaya warga yang membutuhkan bantuan pemerintah akan menerimanya sesuai dengan kebutuhan.
Baca Juga: Beberapa Wilayah Dilanda Karhutla, Satelit Pantau 49 Titik Panas Terbanyak di Kubu Raya
Pada Januari lalu, sekelompok anggota parlemen dari Partai Demokrat Liberal yang berkuasa, membentuk kelompok studi untuk menyelidiki masalah kesepian tersebut. Hal ini dinyatakan oleh anggota Majelis Rendah, Takako Suzuki, salah satu pengurus kelompok ini, di depan Komite Anggaran DPR Jepang pada Kamis, 4 Februari 2021.
"Kami harus menemukan cara untuk mengurangi jumlah orang yang menderita kesepian, sesuatu yang sebenarnya tidak pernah mereka inginkan," katanya.