Shinzo Abe 'Meratap di Alam Baka': Pemakamannya Dimaki-maki Rakyat Jepang

26 September 2022, 15:03 WIB
Seorang pelayat menangis di dekat persembahan bunga di Abe di Kuil Zojoji, di mana akan diadakan acara berjaga dan pemakaman mendiang Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, yang ditembak saat berkampanye untuk pemilihan parlemen, di Tokyo, Jepang, 11 Juli 2022. /REUTERS/Kim Kyung-Hoon/

TOKYO, KALBAR TERKINI - Nasib nahas dialami mantan Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe. Setelah dibunuh, rencana pemakaman kenegaraannya dimaki rakyatnya.

Kemarahan ini tak lain karena Abe identik dengan upayanya untuk membangkitkan kembali militerisme Jepang sebagaimana pernah terjadi sebelum Perang Dunia (PD) II.

Murka rakyat ini terungkap lewat aksi unjuk rasa ratusan warga yang menolak rencana pemakaman kenegaraan itu.

Baca Juga: Jepang Diamuk Megatopan: Satu Tewas, Belasan Cedera, Transportasi Darat dan Udara Lumpuh

Abe adalah PM terlama dalam sejarah modern Jepang. Partainya, Demokrat Liberal, telah memerintah Jepang selama hampir seluruh periode pascaperang.

Abe dan partainya mendukung kebangkitan militerisme Jepang.

Selama PD II, bala tentara Jepang telah membunuh jutaan warga, sekaligus melakukan pemerkosaan di banyak negara Asia yang diduduki.

Dilansir Kalbar-Terkini.com dari The Asahi Shimbun, Sabtu, 24 September 2022, para pendemo meneriakkan slogan-slogan kemarahan.

Baca Juga: Toyota Stop Produksi di Rusia Menyusul Jaguar, Volvo, Ford dan Renault

Berdemo di sebuah taman di Tokyo, Ibukota Jepang, mereka mengibarkan spanduk yang juga menyatakan Abe tak layak dimakamkan secara kenegaraan.


“Kebijakan Abe mendukung perang,” kata demonstran Mayumi Ishida.

Menurutnya, Abe secara konsisten berusaha untuk meningkatkan pengeluaran pertahanan.

Seperti orang lain dalam protes tersebut, Ishida menegaskan khawatir bahwa pandangan Abe menandai langkah mundur ke hari-hari militerisme Jepang sebelum PD II.


Abe, yang dibunuh pada Juli 2022, adalah pemimpin terlama di Jepang.

Selain itu, Abe adalah salah satu tokoh politik yang paling memecah belah rkayat Jepang selama periode pascaperang.

Hal ini karena pandangannya yang revisionis tentang sejarah masa perang, dan dukungan untuk militer yang lebih kuat.

Selain itu, para kritikus menyebut Abe terus melakukan pendekatan otokratis dan kronisme.

Oposisi terhadap pemakaman kenegaraan juga tumbuh karena hubungan dekat para politisi dengan Gereja Unifikasi.

Unggahan media sosial pun bermunculan, yang semuanya dikaitkan dengan tersangka pembunuh Abe.

Ini menunjukkan bahwa tersangka yang mantan militer ini menyalahkan gereja.

Gereja dianggap menghancurkan hidupnya, dan polisi menyatakan bahwa dia menargetkan Abe.

Hal ini karena hubungan Abe dengan organisasi gereja tersebut.

Pemerintah Jepang berencanamemakamkan Abe dalam upacara kenegaraan, Selasa, 27 September 2022.

Tapi, rencana ini telah membangkitkan oposisi publik terhadap Partai Demokrat Liberal yang identik dengan Abe.

Protes dan pawai menentang pemakaman kenegaraan telah bermunculan di seluruh negeri, yang menarik ratusan orang.

Awal pekan ini, seorang pria membakar dirinya sendiri di dekat kediaman PM.

Peristiwa ini digambarkan sebagai upaya bunuh diri sebagai protes nyata dari pemakaman.

Yoshiko Kamata, pekerja paruh waktu di sebuah toko serba ada, mengakui bahwa pemakaman kenegaraan tidak dapat dihentikan.

Tetapi, itu adalah kesempatan untuk menyampaikan pesannya bahwa Abe tidak pernah berdiri dengan orang-orang biasa.

“Kami ingin menunjukkan di mana kami berdiri,” katanya.

Kamata mencatat, para diktator diundang ke pemakaman kenegaraan.

“Hanya karena dia sudah mati, kita tidak akan memaafkan Abe," kecamnya.

Pemakaman kenegaraan di Jepang secara historis disediakan untuk kaisar.

Keputusan untuk pemakaman kenegaraan Abe sendiri dibuat oleh Kabinet, tanpa melalui persetujuan parlemen.

Beberapa kelompok pengacara telah mempertanyakan legalitasnya.

Pemakaman ini dinyatakan menelan anggaran 1,7 miliar yen (12 juta dolar AS).

Tetapi, para ahli mencatat bahwa banyak biaya tersembunyi, seperti keamanan, telah menambah total biaya.

Polisi berbondong-bondong keluar selama aksi protes tersebut yang berlangsung pada Jumat lalu waktu setempat.

Beberapa politisi mengumumkan tak akan menghadiri pemakaman Abe.

Kalangan ini termasuk anggota parlemen dari partai yang memerintah, Seiichiro Murakami, mantan menteri kabinet.

Murakami mengakui, pemakaman kenegaraan Abe telah gagal mendapatkan dukungan publik.

Pemakaman kenegaraan Abe telah menarik banyak perbandingan dengan pemakaman kenegaraan Ratu Elizabeth II di Inggris baru-baru ini.***

Sumber: The Asahi Shimbun

 

 

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: The Asahi Shimbun

Tags

Terkini

Terpopuler