KONFIK Rusia vs Ukraina: Terungkap Dibalik Peran AS di Negeri Zelensky

27 April 2022, 12:11 WIB
Peringatkan AS, Pakar China Sebut Bantuan Militer ke Ukraina akan Munculkan Konflik Nuklir. /Reuters/Spasiyana Sergieva/REUTERS

 

KALBAR TERKINI  — Barat berbeda-beda dalam menyikapi Ukraina dalam konfliknya dengan Rusia, ada Jerman dan Perancis di satu sisi, dan Amerika Serikat (AS) di sisi lain.

Namun hakikatnya mereka telah memberlakukan sanksi keras atas Rusia.

Sanksi tersebut menyebabkan mata uang Rusia terdevaluasi dengan cepat, membuatnya terpisah dari sistem SWIFT (sistem transaksi keuangan dan perdagangan).

Tak hanya itu., bangkrutnya banyak bank dan perusahaan, di samping pembekuan aset mereka yang ‘disimpan’ AS dan Barat.

Baca Juga: LIGA CHAMPIONS 2022: Vinicius dan Benzema Munculkan Harapan Real Madrid Pada Leg Kedua Nanti

Amerika Serikat, menjadikan Putin dan Rusia terlihat sebagai pelanggar hukum dan norma internasional, terang Prof Abu Al-Mu’taz Billah Al-Asyqar dalam makalahnya yang berjudul “Pertempuran Barat di Ukraina: Konflik Kepentingan atau Kerugian?”

Al-Asyqar juga menjelaskan bahwa AS juga berkeinginan agar Rusia segera menghentikan perangnya melawan Ukraina tanpa jaminan tertulis maupun tidak.

Bahkan, jika Rusia hengkang, AS akan mengejarnya demi Krimea-Wilayah jajahan Rusia.

Menurut Al-Asyqar pertempuran antara Barat (yang di belakangnya terdapat AS) dan Rusia merupakan pertempuran yang lebih dekat pada kekecewaan dan kerugian.

Baca Juga: Lukashivka tak Rayakan Paskah, Warga Ukraina: Tentara Rusia akan Kujadikan Pupuk!

Rusia menyadari bahwa jika Ukraina lepas, ia akan kehilangan kendali atas Laut Hitam dan Laut Azov, yang merupakan sumber kehidupan baginya.

Rusia tidak ingin Ukraina lepas, sebagaimana lepasnya negara-negara Eropa Timur.

Ukraina adalah sisa terakhir untuk Rusia, dan tidak akan membiarkan Barat menyantapnya.

Ukraina, merupakan pintu gerbang menuju negara-negara Eropa Timur bagi Barat.

Barat menyadari jika Rusia mengambil alih Ukraina, Rusia akan memiliki pangkalan militer dan sistem rudal canggih di perbatasannya.

Baca Juga: Rusia Kepung Pabrik Baja Mariupol, Ribuan Tentara Ukraina Terjebak, Enggan Menyerah!

Oleh karena itu, Barat sebenarnya sedang mengerahkan segala upaya agar Rusia kalah perang serta kembali dengan menanggung malu.

AS menyadari kedunguan presiden Rusia dan kecintaannya pada kekuasaan.

Kedua sifat itulah yang menjadikan AS memanfaatkan Rusia di Suriah, karena barangkali Rusia memperoleh pengakuannya atas Krimea.

Seandainya Rusia tidak bodoh secara politik, niscaya ia akan meninggalkan AS terjebak di Suriah sebagaimana ia terjebak di Afganistan.

Jadi Barat ingin Rusia hengkang tanpa jaminan, bahkan diharapkan jika Rusia hengkang, AS akan tetap memberinya sanksi ekonomi, sehingga Rusia diperlakukan layaknya Iran dan Korea Utara serta berharap dapat memisahkan Rusia dan Cina.

Upaya pemisahan Rusia dan Cina sebenarnya merupakan tujuan strategi bagi AS yang telah disinggung Kissinger sejak tahun 70-an.

Ia menyadari bahwa memutuskan hubungan keduanya adalah jalan untuk mengalahkan mereka.

Hari ini, kita melihat secara eksplisit bahwa AS menuntut Cina untuk mengutuk invasi militer Rusia ke Ukraina, namun Cina masih mengelak.

Hal tersebut mendorong Antony Blinken, Menteri Luar Negeri AS mendakwa Cina bahwa pengelakannya bertentangan dengan konvensi dan norma internasional juga hak asasi manusia.

AS tidak terima dengan abstainnya Cina pada pemungutan suara di Dewan Keamanan PBB, ketika AS mengajukan resolusi yang mengutuk invasi Rusia di Ukraina.

Ia juga tidak terima atas pernyataan Cina mengenai persatuan Ukraina namun tetap bergeming terkait kecaman terhadap Rusia.

Tersisa skenario terburuk untuk Barat dan AS, bagaimana jika Rusia berhasil mengganti rezim Zelensky (agen AS) atau berhasil mengooptasinya?

Terutama Zelensky yang merasa kecewa karena Barat tidak berdiri di sisinya serta bantuan militer dari Barat yang sejauh ini masih di bawah kekuatan alat tempur Rusia dan tidak mampu dilawan oleh Ukraina seorang diri.

AS tidak akan membiarkan keadaan tenang di Ukraina bahkan berupaya menjaga situasi eksplosif untuk menekan Rusia dan Eropa, sehingga Eropa akan tetap di bawah sayapnya dan memukul Rusia di sisinya.

Jika hal tersebut terjadi, kemudian ia mampu melakukannya dan berhasil, maka setelahnya ia akan bekerja keras untuk memutuskan hubungan antara Rusia dan Cina, kemudian mendedikasikan dirinya untuk memperlemah naga Cina dan raksasa Asia. ***

 

 

Editor: Yuni Herlina

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler