Neo Nazi Ukraina Dalangi Pembantaian Massal di Bucha dan Zelensky Tutup Mata demi NATO?

7 April 2022, 05:13 WIB
Kendaraan tempur mirip tank Mad Max dijuluki Azovets milik milisi Neo Nazi di Ukraina.* /https://militaryland.net/ukraine/the-story-of-azovets


KALBAR TERKINI - Tentara Rusia dituding membantai secara massal warga Bucha, kota kecil di dekat Kiev, Ibukota Ukraina, tapi sepak terjang Detasemen Operasi Khusus Azov, tak diutak-atik oleh Barat.

Barat apalagi Pemerintah Ukraina, yang presidennya, Volodymyr Oleksandrovych Zelensky nota bene berdarah Yahudi, seakan sengaja menafikan sepak terjang detasemen ini, yang jelas berideologi Nazi. fasis, dan mendewakan supremasi kulit putih.

Itu sebabnya, Zelenskyy dinilai tak ubahnya seperti seorang presiden boneka.

Baca Juga: Ukraina Dihantui Perampok Bersenjata, Penyelidikan Pembantaian Bucha Semakin Ribet

Kendati Nazi jelas membantai jutaan orang Eropa keturunan Yahudi selama Pernag Dunia II, pemerintahan mantan pelawak dan bintang film ini terus mengistimewakan Detasemen Operasi Khusus Azov.

Padahal, Oktober 2019, intelijen Inggis melaporkan bahwa detasemen ini nekat menggertak Presiden Zelensky, agar tidak mundur dari Donbass, seperti yang dipersyaratkan oleh Perjanjian Minsk.

Pada 2019, Barat termasuk AS dan Kanada sempat berencana memasukkan detasemen ini sebagai teroris, setelah Brenton Tarrant, kader Azov, melakukan penembakan di Masjid Al Noor dan Linwood Islamic Center di Christchurch, Selandia Baru.

Baca Juga: Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky Sampaikan Pesan Menyentuh Saat Tampil Lewat Video di Grammy Awards 2022

Serangan lelaki rasis ini pada pukul 13.40, 15 Maret 2019 NZDT (07.40 WIB), menewaskan 50 jemaah, dan 20 lainnya terluka parah.

Masih mengenai predikat teroris, rencana itu ditarik kembali, karena Detasemen Operasi Khusus Azov dianggap Barat 'sejiwa' dengannya, karena membantu pasukan Ukraina memerangi para milisi dukungan Rusia di Ukraina Timur termasuk di Donbas.

Kendati begitu, Zelenskyy seakan tutup mata demi obsesinya yang terkabul, menjadi presiden Ukraina, dari hanya seorang pekerja hiburan.

Baca Juga: Mika Newton Wakili Ukraina Tampil di Panggung Grammy Awards 2022, Bawakan Lagu Free Bersama John Legend

Detasemen Operasi Khusus Azov dan para penganut aliran ini, diakuik sangat dendam dengan Rusia, yang sebelumnya adalah bagian dari Uni Soviet.

Pasukan Nazi-Jerman dilibas Pasukan Merah Rusia selama Perang Dunia II, tepatnya pada 30 Januari 1943 di Kota Stalingrad, sekarang Volgograd di Rusia Selatan, perbatasan timur Eropa.

Kala itu, Tentara Merah di bawah pimpinan Marsekal Georgy Zhukov menggelar serangan umum ke Stalingrad, dan dengan cepat menggulung pasukan Nazi, yang sudah kelelahan, menderita, dan penyakitan.

Dua hari kemudian, Marsekal Friedrich von Paulus dan 90.000 prajuritnya yang tersisa, menyerah.

Kekalahan Jerman di Stalingrad merupakan awal dari kejatuhan Nazi, yang digempur oleh Sekutu termasuk kolaborasi AS dan Soviet.

Hingga kini, pertempuran ini dianggap sebagai pertempuran terbesar dan paling berdarah dalam sejarah manusia. Jumlah korban jiwa diperkirakan mencapai tiga juta jiwa.

Adapun dalam peristiwa Bucha, bisa saja melibatkan Detasemen Operasi Khusus Azov, yang masih menganggap Rusia adalah Soviet.

Apalagi Presiden Rusia Vladimir Putin menglaim, operasi khusus di Ukraina ini antara lain untuk denazifikasi,

Denazifikasi adalah sebuah inisiatif Sekutu untuk kehidupan budaya, ekonomi, politik, media, dan peradilan masyarakat dan Austria dari sisa-sisa ideologi Sosialis Nasional Nazi.

Hal ini dilakukan secara khusus dengan membasmi siapa saja yang terlibat, memiliki posisi, atau pengaruh yang terkait dengan Partai Nazi.

Program denazifikasi ini digalakkan setelah akhir Perang Dunia II, dan ditegaskan melalui Perjanjian Potsdam.

Itu sebabnya ada dugaan, detasemen ini berada di balik pembantaian di Bucha, karena tugasnya adalah menjalankan operasi-operasi khusus militer Ukraina, dan 'siap dikorbankan'.

Kremlin sendiri, sebagaimana dilansir Kalbar-Terkini.com dari kantor berita Pemerintah Rusia, TASS, menyatakan bahwa ketika menarik pasukannya pada Rabu, 30 Maret 2022, kondisi Bucha telah aman.

Bahkan sehari kemudian, walikota Bucha menyatakan, tiada lagi pasukan Rusia yang tersisa, dan tak menyebutkan tentang mayat-mayat warga berserakan.

Empat hari kemudikan, setelah pasukan Ukraina memasuki Bucha, merebak berita bahwa ditemukan banyak jenzah berserakan, termasuk jenazah-jenazah yang telah membusuk dengan tangan terikat.

Pada Mei 2014, Azov awalnya hanya sebagai milisi paramiliter sukarela untuk melawan milisi-milisi pro-Rusia di Ukraina Timur, yang didominasi oleh keturunan Rusia.

Pada September 2019, resimen ini resmi menjadi Garda Nasional Ukraina, dan diganti namanya menjadi Detasemen Operasi Khusus Azov, tapi lebih dikenal dengan nama awalnya, Resimen Azov.

Dilansir dari Wikipedia, Detasemen Operasi Khusus Azov berbasis di Mariupol, kota pelabuhan penting Ukraina di wilayah pesisir Laut Azov.

Maripol yang digempur habis-habisan oleh Rusia sejak 2014, dan kian menjadi-jadi pada 2022, selama operasi militer Kremlin di Ukraina sejak 24 Februari 2022.

Sementara itu, koran Russia Today (RT), Sabtu, 2 April 2022, menurunkan artikel tentang detasemen tersebut, karya Nebojsa Malic, seorang jurnalis, blogger, dan penerjemah berdarah Serbia-AS Amerika.

Malic, yang juga penulis kolom reguler untuk Antiwar.com pada 2000- 2015, yang kini penulis senior RT, menyatakan bahwa resimen atau 'Batalion Azov' sudah sangat jelas mengidentifikasi simpati dan etos Nazi.

Ironisnya, resimen ini mengklaim sebagai unit pembela heroik Ukraina melawan fasis nyata yang dituduhkan - Rusia.

Gelombang terbaru dari pengagungan Azov dimulai beberapa saat sebelum operasi militer Rusia. Foto yang terkenal adalah pelatihan militer yang melibatkan seorang nenek Ukraina menggunakan senjata mesin buatan Rusia, AK-47.

Mendewakan Azov juga berasal dari video sepuluh menit, dari penyiar stasiun radio dan televisi Pemerintah Inggris, BBC, 27 Maret 2022.

Pembawa acara Ros Atkins berusaha untuk menghilangkan prasangka 'ketidakbenaran' tudingan Rusia tentang Nazi di Ukraina.

Atkins menilai tak mungkin Ukraina bisa 'disandera' oleh Nazi ketika Presiden Zelensky adalah orang Yahudi.

Menunjuk 73 persen perolehan suara Zelenzky dalam pemilihan presiden terakhir, Atkins menyatakan bahwa ini menunjukkan bahwa idak ada kelompok sayap kanan yang memiliki kekuatan politik formal di Ukraina.

Pernyataan Atkins ini juga diikuti oleh artikel-artikel media massa berikutnya. Dua hari kemudian, 29 Maret 2022, koran Financial Times (FT) memuat cerita yang menggambarkan Azov sebagai 'kunci upaya perlawanan nasional'.

Meskipun mengakui bahwa Azov diciptakan pada tahun 2014 'oleh sukarelawan dengan kecenderungan politik nasionalis dan sering kali sayap kanan', FT mengabaikan koneksi Nazi-nya.

Dengan demikian, simbol Nazi yang digunakan oleh unit itu sendiri, diklaim sebagai simbol pagan oleh beberapa anggota batalion.

Simbol 'Matahari Hitam', juga dikenal sebagai Sonnenrad, berasal dari mosaik yang ditugaskan pada dekade 1930-an oleh Kepala SS Nazi, Heinrich Himmler.

Sedangkan rune Wolfsangel - lambang sejarah Jerman, bukan Ukraina - digunakan oleh beberapa resimen Wehrmacht dan SS , serta Nazi- Belanda, selama Perang Dunia II.

Lebih penting lagi, simbol itu sendiri dipilih oleh pendiri Azov, Andriy Biletsky – seorang supremasi kulit putih yang terkenal jahat – seperti yang dia sendiri katakan kepada media lain pada 2014.

"Wartawan FT benar-benar mendapatkan kutipan dari Biletsky. Tidak ada satu pun dari masa lalu yang kotor ini yang disebutkan," kata Malic.

FT juga menggambarkan tentang Stepan Bandera, seorang nasionalis Ukraina terkenal yang mencoba berkolaborasi dengan Nazi, dan mengawasi pembunuhan massal orang Polandia dan Rusia selama Perang Dunia II.

“...seorang pemimpin nasionalis, yang menentang upaya Nazi dan Soviet untuk mencegah kemerdekaan Ukraina," tulis FT.

Pada hari yang sama, 29 Maret 2022, CNN menayangkan versi ceritanya sendiri. Zelensky adalah orang Yahudi, dan Azov memiliki 'sejarah kecenderungan neo-Nazi'.

Ini belum sepenuhnya padam dengan integrasinya ke dalam militer Ukraina, tetapi merupakan 'kekuatan tempur yang efektif'.

Adapun sayap politik Azov hanya memenangkan 2,15 persen suara pada pemilihan 2019, mengutip seorang peneliti Jerman.

Azov juga menyebut Biletsky, tetapi menyatakan bahwa Biletsky diduga berbicara tentang keinginan untuk "'memimpin ras kulit putih di dunia dalam perang salib terakhir'.

Tapi, pernyataan ini mengabaikan bagian yang mengatakan 'melawan Untermenschen, yang dipimpin Semit'.

"Mereka kemudian mengutip Azov yang menyangkal bahwa dia pernah mengatakannya, dan bagaimanapun mereka 'tidak ada hubungannya dengan kegiatan politiknya dan partai Korps Nasional', meskipun CNN sendiri menggambarkannya sebagai 'sayap politik' Azov," kata Malic.

CNN juga mengutip kutipan pada 2019 dari Arsen Avakov, menteri kepolisian di pemerintahan pasca-Maidan , yang mengklaim bahwa tuduhan hubungan Nazi adalah 'upaya yang disengaja untuk mendiskreditkan' Azov dan militer Ukraina.

Selain itu, anggota Azov tampaknya sangat baik dalam berpegang pada pesan, dan mengetahui audiens mereka, dan tombol mana yang harus ditekan.

Misalnya, artikel Times berulang kali menyebutkan pujian Azov untuk roket anti-tank NLAW Inggris.

"Kembali pada Januari 2021, majalah TIME menyebut mereka sebagai milisi, yang telah melatih dan mengilhami supremasi kulit putih dari seluruh dunia," kata Malic.

Azov awalnya lebih dari sekadar milisi: memiliki partai politiknya sendiri;, dua penerbit, dan perkemahan musim panas untuk anak-anak.

"Juga Azov memiliki pasukan main hakim sendiri, yang dikenal sebagai Milisi Nasional, yang berpatroli di jalan-jalan kota di Ukraina bersama polisi,” tulis TIME.

Time juga mencatat, Azov juga memiliki sayap militer dengan setidaknya dua pangkalan pelatihan dan gudang senjata yang luas, dari drone dan kendaraan lapis baja hingga artileri.

Dikutip juga kata-kata 'kepala penjangkauan internasional' Azov, Olena Semenyaka, yang menyatakan bahwa misi kelompok itu adalah untuk 'membentuk koalisi kelompok sayap kanan di seluruh dunia Barat, dengan tujuan akhir mengambil alih kekuasaan di seluruh Eropa'.

"Sebelum peristiwa pada 2014, Biletsky memimpin kelompok teroris neo-Nazi, yang disebut Patriot Ukraina, yang manifestonya tampaknya mengambil narasinya langsung dari ideologi Nazi," tulis TIME.

Dalam sebuah wawancara setelah kudeta, dia mengatakan kepada majalah itu bahwa dia memilih lencana Azov.

Pada Maret 2015 menyatakan mengatakan kepada USA Today bahwa sekitar 10–20 persen dari unit tersebut adalah Nazi.

Sebuah ketentuan dalam Consolidated Appropriations Act pada 2018, yang disahkan oleh Kongres AS, memblokir bantuan militer ke Azov karena ideologi supremasi kulit putihnya.

Anggota batalion tersebut berasal dari 22 negara dan dari berbagai latar belakang. Pada 2017, ukuran resimen diperkirakan lebih dari 2.500 anggota, tetapi diperkirakan menjadi 900 anggota pada 2022

Pada 2016, para veteran resimen dan anggota Korps Sipil Azov, sebuah organisasi non-pemerintah yang berafiliasi dengan Azov, mendirikan partai politik Korps Nasional.

Pemimpin pertama partai tersebut adalah Andriy Biletsky, yang sebelumnya terlibat dalam Majelis Sosial-Nasional sayap kanan, dan mendirikan partai Patriot Ukraina.

Batalyon Azov berakar pada sekelompok ultras FC Metalist Kharkiv bernama Sekte 82 (1982 adalah tahun berdirinya grup).

Sekte 82, setidaknya sampai September 2013, bersekutu dengan ultras FC Spartak Moscow.

Pada akhir Februari 2014, selama krisis Ukraina 2014, ketika gerakan separatis aktif di Kharkiv, Sekte 82 menduduki gedung administrasi regional Oblast Kharkiv di Kharkiv, dan berfungsi sebagai kekuatan bela diri lokal.

Kompi Polisi Patroli Tugas Khusus yang disebut Korps Timur, dibentuk atas dasar Sekte 82.

The Jerusalem Post memuat sebuah artikel pada Oktober 2021, yang mengutip laporan Institut Studi Eropa, Rusia, dan Eurasia tentang kelompok sayap kanan lainnya, Centuria.

Centuria dilaporkan dipimpin oleh orang-orang yang memiliki hubungan dengan gerakan Azov, dan para anggotanya menerima pelatihan dari negara-negara Barat selama di Hetman Petro Sahaidachny National Army Academy (NAA).

Disebutkan, satu kadet NAA tampaknya terlibat sebagai instruktur senjata api dengan kelompok sayap kanan yang terkait dengan Azov, yang dituduh oleh Komunitas Yahudi Bersatu Ukraina menyebarkan propaganda antisemit pada 2021.

Dalam operasi khusus Rusia di Ukraina pada 2022 ini, batalyon telah memainkan peran sentral dalam klaim 'denazifikasi' Ukraina.

Menurut The Daily Telegraph, politik ekstremis Batalyon Azov dan halaman media sosial profesional berbahasa Inggrisnya, telah menarik para pejuang asing.

Termasuk orang-orang dari Brasil, Italia, Inggris, Prancis, AS, Yunani, Skandinavia, Spanyol, Slovakia, Republik Ceko bahkan Rusia.

Sekitar 50 warga negara Rusia adalah anggota resimen Azov. Kelompok ini telah menggunakan Facebook untuk merekrut individu sayap kanan dari negara lain di Eropa.

Pada 2019, di bawah kebijakan Organisasi dan Individu Berbahaya Facebook, dukungan untuk grup tidak diizinkan, meskipun kebijakan ini untuk sementara dilonggarkan, selama operasi militer Rusia ke Ukraina pada 2022.

Nasionalis kulit putih AS tidak berhasil mencoba bergabung dengan Azov. Pada 2016, Andrew Oneschuk, yang kemudian bergabung dengan kelompok teroris neo-Nazi Divisi Atomwaffen, melakukan panggilan Skype ke podcast Azov pada 2016.

Pada 2019, FBI menangkap seorang tentara AS berusia 24 tahun yang ingin pergi ke Ukraina untuk bergabung dengan resimen itu.

Pada 2020, Ukraina mendeportasi dua anggota Atomwaffen AS yang ingin bergabung dengan Resimen.

Laporan yang diterbitkan oleh Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) telah menghubungkan Batalyon Azov dengan kejahatan perang, seperti penjarahan massal, penahanan tidak sah, dan penyiksaan.

Sebuah laporan OHCHR dari Maret 2016 menyatakan, organisasi tersebut telah 'mengumpulkan informasi rinci tentang perilaku permusuhan oleh angkatan bersenjata Ukraina dan resimen Azov di dalam dan sekitar Shyrokyne (31 kilometer timur Mariupol), dari musim panas 2014 hingga saat ini.

Penjarahan massal atas rumah sipil didokumentasikan, serta penargetan wilayah sipil antara September 2014 dan Februari 2015.

Laporan OHCHR lain yang mendokumentasikan contoh pemerkosaan dan penyiksaan, menulis:

"Seorang pria dengan cacat mental menjadi sasaran perlakuan kejam, pemerkosaan dan bentuk-bentuk kekerasan seksual oleh delapan sampai 10 anggota 'Azov' dan 'Donbas' (Ukraina lainnya batalyon) pada bulan Agustus–September 2014....

"Kesehatan korban kemudian memburuk dan dia dirawat di rumah sakit jiwa..."

Sebuah laporan dari Januari 2015 menyatakan bahwa seorang pendukung Republik Donetsk ditahan dan disiksa dengan listrik dan waterboarding, yang mengakibatkan pengakuannya sebagai mata-mata untuk militan pro-Rusia.***

Sumber: Russia Today, berbagai sumber

 

 

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: Russia Today

Tags

Terkini

Terpopuler